KOMPAS.com - Harga perak mencetak lonjakan spektakuler sejak awal 2025, bahkan melampaui kenaikan emas yang selama ini menjadi logam mulia paling stabil di pasar global.
Namun, di balik euforia tersebut, Goldman Sachs memperingatkan bahwa reli tajam perak berpotensi rapuh karena tidak memiliki dukungan fundamental yang kuat seperti halnya emas.
Menurut data LSEG, pada awal perdagangan global Senin (13/10/2025), harga perak menembus rekor tertinggi sepanjang sejarah di level 51,38 dollar AS per ounce.
Tak hanya itu, harga perak berjangka di New York juga sempat mencapai 52,63 dollar AS per troy ounce, melampaui rekor tahun 1980.
Sementara itu, emas juga mencatatkan kenaikan signifikan dengan harga mencapai kisaran 4.060 dollar AS per ounce, rekor tertinggi baru yang menegaskan meningkatnya minat terhadap aset lindung nilai di tengah ketidakpastian global.
Baca juga: Harga Perak Terus Naik, Analis: Peluang untuk Aset Diversifikasi
Dilansir dari Business Insider dan CNN, reli harga logam mulia ini didorong oleh ekspektasi pasar terhadap penurunan suku bunga The Federal Reserve (The Fed), serta meningkatnya kekhawatiran atas stabilitas ekonomi global.
Situasi semakin panas setelah Presiden AS Donald Trump kembali meluncurkan perang dagang dengan China, kali ini dengan menambah tarif impor hingga 100 persen terhadap berbagai produk asal negeri tirai bambu.
Kebijakan ini memicu gejolak di pasar keuangan dan mendorong investor mencari aset aman seperti emas dan perak.
Baca juga: Harga Perak Tembus Rekor, Prediksi Robert Kiyosaki Jadi Kenyataan?
“Banyak kekhawatiran tentang ekonomi global, dan ketika itu terjadi, orang-orang beralih ke aset keras seperti perak,” kata Michael DiRienzo, CEO Silver Institute.
Selain faktor geopolitik, kekhawatiran inflasi, utang pemerintah, dan independensi bank sentral AS juga memperkuat tren peralihan ke aset safe haven.
Analis Goldman Sachs mengingatkan bahwa reli perak kali ini memiliki fondasi yang berbeda dari emas.
“Dalam jangka menengah, perak masih berpeluang naik seiring potensi pemangkasan suku bunga The Fed. Namun, dalam jangka pendek, volatilitas dan risiko penurunan harga perak jauh lebih besar dibanding emas,” tulis mereka dalam laporan riset.
Goldman Sachs menilai emas tetap lebih stabil karena pembelian besar-besaran oleh bank sentral dunia.
Baca juga: Harga Perak Meroket, Pengamat: Ada Peralihan dari Emas
Emas diakui dalam kerangka cadangan IMF dan berperan penting dalam portofolio keuangan global.
Sebaliknya, perak bergantung pada permintaan industri seperti panel surya, ponsel pintar, dan pusat data.