Tradisi Toron, mudik khas Madura yang terjadi salah satunya saat menjelang Hari Raya Idul Adha, yang disebut lebih ramai dibanding mudik Idul Fitri.
---
Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini
---
Intisari-Online.com -Mudik biasanya terjadi saat Lebaran Idul Adhla. Tapi berbeda dengan masyarakat Madura, mudik mereka terjadi saat Lebaran Idul Adha.
Kok bisa?
Masyarakat Madura mengenal tradisi Toron, ini adalah tradisi mudik masyarakat Pulau Garam itu menjelang Hari Raya Idul Adha. Menurut beberapa sumber, "toron" bisa diartikan sebagaitoronan atau turunan. Artinya, tradisi Toron adalah tradisi untuk merawat turunan keluarga.
Meski bisa dilakukan sembarang waktu, namun terdapat tiga peristiwa penting bagi masyarakat Madura untuk melakukan tradisi Toron: Idul Fitri, Idul Adha, dan Maulid. Menurut beberapa sumber, Turon paling ramai terjadi saat Hari Raya Idul Adha karena adanya kebersamaan keluarga besar yang lebih terasa saat kurban.
Ternyata, masyarakat Madura yang punya bekal cukup dan fisik yang sehat diwajibkan mengikuti tradisi Turon. Selain bersilaturahmi, kegiatan pulang kampung dilakukan untuk melakukan nyekar atau nyalase dengan berkunjung ke kuburan untuk mendoakan para pendahulu.
Tradisi Toron menjadi istimewa karena menunjukkan sifat masyarakat Madura yang punya ikatan kuat dengan kampung halaman tempat mereka dilahirkan.
Menurut budayawan Madura Abrari Alzael, sebagaimana dikutip dari Kompas.com, tradisi Toron yang dilakukan masyarakat Madura dibedakan menjadi dua. Pertama adalah Toron yang berarti turun ke bawah; yang kedua adalah Toron Tana yang berarti turun ke tanah.
"Jadi mudik di Madura itu, tidak hanya Idul Fitri saja, tapi saat Idul Adha, Maulid Nabi, hajatan, famili haji, kelahiran, kemudian ketika ada keluarga yang wafat maka orang Madura yang sedang merantau pasti pulang kampung," kata Abrari.
Sementara sosiolog dari Universitas Airlangga, Surabaya, Bagong Suyanto mengungkapkan bahwa tradisi Toron dimaknai perantau Madura sebagai cara mereka nyambung ‘bheleh’ atau kegiatan untuk menyambung kekeluargaan setelah kembali dari perantauan.
Toron kemudian dipandang sebagai sebuah tuntutan sosial bagi para perantau asal Madura agar tidak lupa kampung halaman. Saat Idul Adha, masyarakat Madura memaknainya sebagai waktu untuk bersedekah yang secara kultural mendorong masyarakat Madura merasa harus pulang.
"Momentum Idul Adha juga dimaknai orang Madura agar tidak lupa pada asal usulnya. Merefleksikan kekerabatan dan kohesi sosial masyarakat Madura," jelasnya.
Ketika silaturahmi atau nyambung bheleh biasanya mereka membawa terateran atau oleh-oleh yang ditujukan untuk tetangga, keluarga, dan ulama. Tradisi Toron ini tak bisa dilepaskan dari onggha,yang artinyamigrasi atau merantau.
Orang Madura yang merantau biasanya bertujuan menaikkan taraf perekonomian keluarga dengan mencari pekerjaan di luar Madura. Tekad kuat untuk memperbaiki kondisi ekonomi itu sekaligus menjadi motivasi saat bekerja di rantau.
Karena itulah kondisi perekonomiannya sudah membaik orang Madura punya semacam kewajiban untuk tidak melupakan tanah leluhurnya. Artinya, dia harus pulang ke kampung halamannya, ketika Toron tiba.
Menurut dosen Ilmu Sejarah Universitas Airlangga Surabaya, Moordiati, tradisi Toron sudah dilakukan masyarakat Madura sejak lama. Meski begitu, tambahnya sebagaimana dikutip dari situs resmi Unair.ac.id, belum ada sumber yang menjelaskan secara spesifik sejak kapan persisnya tradisi itu terjadi.
Catatan kolonial tentang tradisi Toron juga belum ditemukan, katanya. "Tapi, berdasarkan orang Madura yang bermigrasi ke luar daerah, sebenarnya Toron sudah mereka mulai jauh sebelum abad ke-19," tambahnya.
Moordiati juga menegaskan bahwa Toron punya arti penting bagi masyarakat Madura. Toron punya peran penting dalam menguatkan tali persaudaraan dan rasa cinta terhadap keluarga, kerabat, teman, dan tanah kelahiran, Pulau Madura.
"Toron menjadi seperti obat rasa rindu dan semangat pembangun motivasi bagi masyarakat perantau dari Madura. Hal ini juga menjadi momen yang hangat dan meningkatkan rasa persaudaraan dan cinta tanah kelahiran bagi masyarakat Madura," jelasnya.