Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 31/08/2025, 20:47 WIB
Aningtias Jatmika,
Sri Noviyanti

Tim Redaksi

 

JAKARTA, KOMPAS.com – Wita Mori Wita Hinaaku, Wita kinekewoiku. Ndepo’iangado pe’etuku, saru mia mota’uku. Itu’aimo Pentadeaku. Mekariao needo. Kaku kongkompiha metenunu. Ka melangkaio. (Wita Mori, Tanah Airku, tempat kelahiranku. Di sanalah aku berpijak bersama saudara sejiwaku. Itulah kebanggaanku. Warisan leluhur. Aku menjaga dan menenun. Jejak langkah kita.)

Penggalan syair “Wita Mori” itu berkisah tentang tanah yang menjadi rumah, tempat leluhur menitipkan doa dan kerja, serta tempat generasi baru menumbuhkan harapan.

Wita Mori sendiri merujuk pada Suku Mori, yakni kelompok etnik besar di Sulawesi Tengah (Sulteng), tepatnya di Kabupaten Morowali Utara dan sebagian Kabupaten Morowali. Pada akhir abad ke-16 hingga awal abad ke-20, wilayah tersebut merupakan bagian dari Kerajaan Mori.

Baca juga: Kisah Selpiani Jadi Operator Alat Berat di Kawasan Industri Morowali

Bagi masyarakat Morowali, bait-bait itu bukan sekadar nyanyian, melainkan ikatan batin dengan tanah leluhur. Nilai serupa tecermin dalam semboyan “Tepe Asa Moroso” yang berarti “bersatu kita teguh.” Ungkapan dari bahasa Mori dan Bungku ini menegaskan pentingnya persatuan dalam menjaga warisan alam dan membangun masa depan bersama.

Dari perut bumi lahir babak baru

Sulawesi Tengah, khususnya Morowali, dikenal sebagai tanah kaya. Dari hutan tropis, hasil laut, hingga mineral di perut bumi menjadi penopang kehidupan. Tradisi lokal, seperti tenun, tari, dan ritual adat, pun memperkaya identitas mereka.

Sebelum industri hadir, sebagian besar masyarakat Morowali hidup dari pertanian, perkebunan, dan hasil laut. Hasilnya cukup untuk bertahan hidup, tetapi belum membuka peluang ekonomi luas.

Baca juga: Pemerintah Tetapkan 3 Kawasan Ekonomi Khusus Baru: BSD, Batam, Morowali

Babak baru dimulai ketika nikel di tanah Bahodopi menarik perhatian. Pada 2013, kawasan industri nikel berdiri dan pelan-pelan mengubah Morowali menjadi pusat hilirisasi terbesar di Asia Tenggara.

Kawasan industri IMIP IMIP Kawasan industri IMIP

Di bawah naungan PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP), kawasan yang dulunya sunyi menjelma “jantung nikel” Indonesia. Luasnya sekitar 5.000 hektare—hanya seperlima wilayah Kecamatan Bahodopi—tetapi denyut kehidupannya melebihi kampung-kampung sekitar.

Bayangkan, pada 2022 penduduk Bahodopi hanya sekitar 50.000 jiwa. Kini, pekerja di kawasan IMIP mencapai lebih dari 120.000 orang, termasuk karyawan pabrik, kontraktor, dan pemasok. Di dalamnya berdiri 54 pabrik logam yang menjadi nadi baru perekonomian. [Data Badan Pusat Statistik 2022]

Busra dan jalan panjang perusahaan

Di tengah arus besar itu, ada kisah Busra. Selama 15 tahun terakhir, hidup perempuan asal Morowali ini ikut berubah bersama pertumbuhan kawasan industri.

Baca juga: Tak Hanya Pendapatan Daerah, Smelter Nikel di Morowali Tumbuhkan Usaha Masyarakat Sekitar

Dahulu, Busra adalah seorang guru honorer dengan gaji tak seberapa yang bahkan seringnya baru dibayar tiga bulan sekali.

“Saya ingin kehidupan yang lebih baik, terutama untuk anak-anak,” kenangnya saat berbincang secara eksklusif dengan Kompas.com, Selasa (24/6/2025).

Titik balik datang pada 2010 ketika Busra mendengar kabar lowongan di IMIP. Dengan tekad, ia mencoba peruntungan.

“Waktu itu gajinya lebih dari Rp 3 juta. Bagi saya, itu jumlah besar untuk seorang ibu dua anak,” tuturnya.

Bagi Busra, bekerja sebagai staf senior administrasi di Departemen Eksternal Affairs IMIP bukan sekadar pekerjaan administrasi. Ia juga berperan sebagai corong informasi perusahaan. IMIP Bagi Busra, bekerja sebagai staf senior administrasi di Departemen Eksternal Affairs IMIP bukan sekadar pekerjaan administrasi. Ia juga berperan sebagai corong informasi perusahaan.

Dari seorang guru honorer, Busra kini menjadi staf senior administrasi di Departemen Eksternal Affairs IMIP. Ia bukan hanya saksi, melainkan bagian dari transformasi besar yang terjadi di tanah kelahirannya.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
PLTN Pulau Gelasa dan Ujian Tata Kelola Risiko
PLTN Pulau Gelasa dan Ujian Tata Kelola Risiko
Pemerintah
Gunung Ditutup karena Sampah: Cermin Buram Wisata Alam Kita
Gunung Ditutup karena Sampah: Cermin Buram Wisata Alam Kita
Pemerintah
Menebus Keadilan Arjuno Welirang
Menebus Keadilan Arjuno Welirang
Pemerintah
Fortifikasi Pangan, Strategi Efektif Wujudkan SDM Unggul dan Ketahanan Gizi Nasional
Fortifikasi Pangan, Strategi Efektif Wujudkan SDM Unggul dan Ketahanan Gizi Nasional
BrandzView
FAO Masukkan Salak Bali Dalam Daftar Warisan Pertanian Baru
FAO Masukkan Salak Bali Dalam Daftar Warisan Pertanian Baru
Pemerintah
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem Sepekan ke Depan, Ini Wilayah yang Harus Waspada
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem Sepekan ke Depan, Ini Wilayah yang Harus Waspada
Pemerintah
PSN Tebu untuk Etanol di Merauke Dinilai Tak Jawab Transisi Energi Bersih
PSN Tebu untuk Etanol di Merauke Dinilai Tak Jawab Transisi Energi Bersih
LSM/Figur
GBC Indonesia Dorong Prinsip Bangunan Hijau Jadi Solusi Iklim Lewat 'Greenship Award 2025'
GBC Indonesia Dorong Prinsip Bangunan Hijau Jadi Solusi Iklim Lewat "Greenship Award 2025"
Swasta
Agroforestri Intensif Berpotensi Masuk Pasar Karbon, tapi Terkendala Dana
Agroforestri Intensif Berpotensi Masuk Pasar Karbon, tapi Terkendala Dana
LSM/Figur
IAEA: Dekarbonisasi dengan Manfaatkan Nuklir Tak Boleh Abaikan Keamanan dan Keselamatan
IAEA: Dekarbonisasi dengan Manfaatkan Nuklir Tak Boleh Abaikan Keamanan dan Keselamatan
Pemerintah
Kemenag Dorong Mahasiswa Bergerak Nyata untuk Selamatkan Bumi
Kemenag Dorong Mahasiswa Bergerak Nyata untuk Selamatkan Bumi
Pemerintah
Dari Uang hingga Simulasi Keuangan, Ini Cerita Anak Disabilitas Belajar Mandiri lewat FIESTA
Dari Uang hingga Simulasi Keuangan, Ini Cerita Anak Disabilitas Belajar Mandiri lewat FIESTA
BrandzView
Krisis Kebakaran Hutan, Tutupan Pohon Global Hilang 370 Persen
Krisis Kebakaran Hutan, Tutupan Pohon Global Hilang 370 Persen
LSM/Figur
Jepang Masuk Persaingan Global Daur Ulang Baterai Litium
Jepang Masuk Persaingan Global Daur Ulang Baterai Litium
Pemerintah
Bisnis Masa Depan, Green Economy Ciptakan 'Green Job'
Bisnis Masa Depan, Green Economy Ciptakan "Green Job"
Swasta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau