JAKARTA, KOMPAS.com – PT Astra International Tbk (ASII) menegaskan komitmennya dalam membangun ketahan desa (rural resiliency) melalui pemberdayaan masyarakat yang berkelanjutan.
Komitmen itu disampaikan dalam sesi diskusi panel bertajuk “How Community Contributes in Building Rural Resiliency and What Support Needed”, rangkaian Lestari Summit 2025 yang diselenggarakan Kompas Group (KG) Media di Hotel Raffles Jakarta, Rabu (2/10/2025).
Chief of Corporate Affairs Astra Boy Kelana Soebroto mengatakan, pengembangan masyarakat merupakan bagian dari komitmen keberlanjutan Astra. Komitmen ini tertuang dalam Astra 2030 Sustainability Aspirations.
"Astra senantiasa memberdayakan masyarakat dan memperkuat kontribusi sosial di wilayah desa melalui berbagai inisiatif yang dirancang untuk memberikan manfaat langsung," ujar Boy, Rabu.
Baca juga: Perusahaan Digital Astra Hijaukan Garut Lewat 5.000 Pohon
Inisiatif tersebut juga memberikan dampak positif jangka panjang bagi kesejahteraan masyarakat desa untuk hari ini dan masa depan Indonesia.
Sejak 2010 hingga 2024, Astra telah menjangkau 2,63 juta penerima manfaat melalui sejumlah program pemberdayaan unggulan. Program tersebut di antaranya SATU Indonesia Awards, Kampung Berseri Astra, dan Desa Sejahtera Astra.
Dalam diskusi panel yang dipandu oleh Pemimpin Redaksi Kompas.com Amir Sodikin, Astra menghadirkan Akhmad Sobirin, penerima apresiasi Astra Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia Awards 2016 Bidang Kewirausahaan.
Sobirin dikenal sebagai "Pemberdaya Gula Semut" yang sukses menggerakkan kesejahteraan masyarakat di Desa Sejahtera Astra Semedo, Banyumas, Jawa Tengah.
Baca juga: Astra Bangun 250 Rumah Layak Huni Gratis untuk Warga Banyumas dan Garut
Head of Corporate Communications Astra Windy Riswantyo yang hadir dalam diskusi panel mengungkapkan bahwa pertemuan pihaknya dengan Sobirin bermula dari SATU Indonesia Awards 2016.
Ia menjelaskan, SATU Indonesia Awards merupakan ajang pencarian talenta muda di Indonesia yang memiliki semangat menggerak komunitas dan membawa perubahan.
"Kami percaya bahwa anak muda adalah tonggak pergerakan, produktif, energik, dan bisa membawa perubahan," kata Windy.
Sobirin bercerita bahwa pengembangan gula semut di desanya lahir dari keprihatinan yang mendalam. Sepuluh tahun lalu, Desa Semedo identik dengan jerat kemiskinan dan tingginya angka kecelakaan serta kematian petani akibat terjatuh dari pohon kelapa.
Baca juga: Dukung Dekarbonisasi, Astra Property Tanam 500 Mangrove di Pulau Pramuka
“Petani kala itu masih mengandalkan sistem ijon sehingga pendapatan harian sangat rendah, sekitar Rp 20.000 hingga Rp 30.000 per hari,” ucapnya.
Keprihatinan Sobirin semakin menjadi lantaran menyaksikan keluarganya sendiri mengalami musibah yang sama akibat rendahnya keamanan kerja.
Karena kondisi itulah, pada 2012, usai menyelesaikan kuliah Teknik Mesin di Universitas Gadjah Mada, Sobirin memilih kembali ke desa asalnya. Keputusan kembali ini didorong pula oleh keyakinannya terhadap potensi bisnis gula kelapa untuk pasar ekspor, yang ia yakini bisa menjadi solusi mengangkat kesejahteraan petani.
Para pekerja di Koperasi Semedo Manise sedang mengemas produk gula semut yang telah menembus pasar internasional.Pada awal pelaksanaan program pengembangan gula semut, terdapat 25 petani yang bergabung. Kemudian, jumlahnya bertambah satu kelompok pada 2015. Titik balik usaha Sobirin terjadi setelah ia menerima apresiasi dari SATU Indonesia Awards pada 2016.
Baca juga: Sederet Upaya Keberlanjutan Astra Group, Bangun PLTS hingga Kembangkan Bahan Bakar Hidrogen
Windy menjelaskan bahwa program penghargaan ini tidak terputus pada seremonial semata, melainkan dilanjutkan dengan pembinaan yang konsisten dan jangka panjang.
"Kami mendampingi mereka untuk mengembangkan potensi dan memperluas dampaknya di masyarakat," imbuh Windy mengenai peran aktif Astra.
Sobirin mengamini bahwa pendampingan yang diterima sangat intens, bahkan mencakup pemantauan langsung di lapangan.
Sobirin merupakan salah satu penerima apresiasi yang terus menjalani pembinaan. Total, perjalanannya bersama Astra telah berlangsung selama 10 tahun. Hubungan yang baik ini membuka jalan bagi inisiatif lanjutan.
Baca juga: Dukung SDG 8, Astra Dorong UMKM Naik Kelas
Setelah memenangkan penghargaan, Desa Semedo menjadi salah satu dari 50 desa yang terpilih sebagai uji coba program Desa Sejahtera Astra (DSA) yang diluncurkan pada 2018. Melalui pendampingan DSA, Sobirin dibantu meningkatkan kualitas produksi.
"Dari peralatan produksi yang tadinya belum food grade kemudian dijadikan food grade, kemudian kami dibantu peralatan produksi, akses pasar, dan pelatihan," terang Sobirin.
Ia menambahkan, pendampingan ini bahkan membantu petani Semedo hingga mampu melakukan ekspor secara mandiri.
Kolaborasi lintas sektor dalam skala luas ini memang menjadi kunci, melibatkan para penerima apresiasi SATU Indonesia Awards dengan lebih dari 1.500 DSA dan Kampung Berseri Astra di 35 provinsi.
Baca juga: Bersama IPB, Desa Sejahtera Astra Berdayakan Masyarakat di Pemalang lewat Perhutanan Sosial
Melalui sinergi ini, kini Sobirin memberdayakan lebih dari 1.000 petani, jauh melonjak dari 25 petani di awal, dan membina 18 kelompok tani melalui Koperasi Semedo Manise.
Melalui Koperasi Semedo Manise, kini usaha Sobirin meliputi pengelolaan gula rempah, pelestarian ternak, hingga pelatihan keamanan kerja yang krusial. Produk gula semut mereka berhasil menembus pasar internasional, khususnya ke Jerman.
Keberhasilan di pasar global ini dikunci dengan diperolehnya sertifikasi organik dan fair trade. Berkat kontribusi Sobirin sebagai motor penggerak ekonomi desa, omzet yang dihasilkan mencapai miliaran rupiah per tahun.
Volume ekspor gula semut dari Semedo juga melonjak drastis, dari awalnya hanya 500 kilogram per bulan menjadi 100 ton per bulan seperti saat ini. Peningkatan ini juga mendongkrak jumlah tenaga kerja yang terlibat dari lima orang menjadi sekitar 40 orang.
Baca juga: 5 Desa Sejahtera Astra Ekspor 10 Ton Ubi ke Malaysia dan Singapura
Dampak yang paling nyata adalah peningkatan kesejahteraan petani. Sobirin memaparkan, petani yang produktif bisa menghasilkan 20 kilogram gula semut per hari.
Dengan harga Rp 22.000 per kilogram, pendapatan harian mereka bisa mencapai Rp 440.000. Ini berarti, para petani tersebut bisa mendapatkan penghasilan bulanan antara Rp 9 juta hingga Rp 10 juta. Pencapaian ini membuat banyak anak muda yang merantau kini memilih untuk pulang kampung.
Guna memfasilitasi kembalinya anak-anak muda ke sektor pertanian, Sobirin menyediakan fasilitas pendukung. Fasilitas ini mencakup BPJS Ketenagakerjaan gratis, pendampingan peralatan, dan permodalan melalui kerja sama dengan perbankan resmi.
Untuk mengetahui lebih lanjut berbagai program pemberdayaan Astra, silakan kunjungi tautan ini.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya