KOMPAS.com – Aksi nyata semua pihak dibutuhkan untuk mengatasi krisis iklim. Di Indonesia, komitmen ini diwujudkan melalui strategi ambisius Indonesia's Forestry and Other Land Use (FOLU) Net Sink 2030.
FOLU Net Sink 2030 menargetkan sektor kehutanan dan penggunaan lahan mampu menyerap lebih banyak emisi gas rumah kaca (GRK) dari yang dilepaskan pada 2030. Strategi ini merupakan langkah penting, mengingat Indonesia merupakan salah satu negara dengan hutan tropis terluas di dunia.
Strategi tersebut bertumpu pada empat pilar utama, yaitu pengurangan deforestasi dan degradasi hutan, pengelolaan hutan lestari, perlindungan serta restorasi ekosistem gambut, dan rehabilitasi hutan.
Sebagai salah satu negara dengan hutan tropis terluas di dunia, keberhasilan Indonesia menjadi faktor kunci bagi upaya mitigasi perubahan iklim global. Sektor FOLU sendiri berkontribusi hampir 60 persen terhadap target penurunan emisi nasional, menjadikannya pilar penting dalam pencapaian komitmen iklim Indonesia.
Baca juga: Menilik Dampak Investasi APRIL Group di Pangkalan Kerinci
Untuk mewujudkan target tersebut, diperlukan kolaborasi lintas sektor yang melibatkan pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat. Di tingkat industri, pelaku usaha di sektor kehutanan memiliki peran strategis dalam menerapkan praktik pengelolaan yang sejalan dengan arah kebijakan iklim nasional.
Salah satu contoh datang dari produsen kertas PaperOne, APRIL Group. Beroperasi di Pangkalan Kerinci, Riau, APRIL menjalankan model bisnis berkelanjutan yang menekankan pengelolaan hutan secara lestari, yang sejalan dengan fokus nasional dalam menekan emisi dari sektor kehutanan.
Dalam praktik operasionalnya, APRIL menerapkan pendekatan “Produksi-Proteksi”. Prinsip dasarnya adalah memastikan area hutan tanaman industri (HTI) berfungsi sebagai benteng pelindung bagi hutan alam di dalamnya.
Pendekatan tersebut diwujudkan dengan menanam pohon akasia dan eukaliptus di area produksi. Area produksi ini menjadi zona penyangga yang melindungi hutan alam bernilai konservasi tinggi dari risiko pembalakan liar dan perambahan.
Baca juga: Dari Kesehatan hingga Pendidikan, Begini Cara April Group Dukung Kesejahteraan Anak
Penerapan pendekatan “Produksi-Proteksi” diperkuat dengan komitmen “1-for-1”. Arti dari komitmen ini adalah perusahaan melindungi dan merestorasi satu hektare hutan alam untuk setiap hektare HTI yang dikelola.
Hingga akhir 2024, komitmen tersebut telah terealisasi 77 persen. Totalnya, lebih dari 465.000 hektare lahan telah dialokasikan perusahaan untuk kegiatan konservasi dan restorasi.
Seluruh inisiatif yang dilakukan APRIL Group itu merupakan bagian fundamental dari Sustainable Forest Management Policy (SFMP) 2.0 yang telah dijalankan perusahaan sejak 2015.
SFMP 2.0 menegaskan komitmen perusahaan untuk memastikan tidak ada deforestasi dalam rantai pasok, perlindungan kawasan bernilai konservasi tinggi, dan praktik kehutanan yang bertanggung jawab.
Baca juga: Peringati Hari HAM, APRIL Group Tingkatkan Akses Kesehatan dan Pendidikan Anak-anak di Riau
Fondasi tersebut kemudian diperkuat melalui komitmen satu dekade bertajuk APRIL2030 yang diluncurkan pada 2020. Komitmen ini bertujuan untuk memberikan dampak positif yang terukur bagi iklim, alam, dan juga masyarakat.
Perjalanan APRIL Group selama satu dekade terakhir menunjukkan bahwa praktik bisnis yang berorientasi keberlanjutan dapat berjalan beriringan dengan pelestarian lingkungan sekaligus mendukung upaya pencapaian target iklim nasional.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya