KOMPAS.com – Solusi iklim yang transformatif bisa dilahirkan dari komunitas kecil di pinggiran yang jauh dari panggung konferensi megah.
Hal tersebut dibuktikan oleh tiga lembaga swadaya masyarakat (LSM) di Bekasi, Yogyakarta, dan Kalimantan.
Selepas Indonesia Sustainability Forum (ISF) 2025 menutup diskusi tentang investasi hijau dan skema pembiayaan global di Jakarta, Sabtu (11/10/2025), karya Yakkum Emergency Unit (YEU) di Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta; Alam Sehat Lestari (ASRI) di Kalimantan Barat; dan Gringgo Indonesia di Bekasi mengingatkan bahwa solusi keberlanjutan justru tumbuh jauh dari panggung besar dan sorotan media.
YEU mampu mengubah daerah yang kering menjadi ladang hijau dengan sistem penampungan air hujan berteknologi internet of thing (IoT).
Kemudian, ASRI di Kalimantan Barat berhasil memulihkan ratusan hektare hutan dengan menukar bibit pohon sebagai pembayaran berobat.
Sementara, Gringgo Indonesia di Bekasi, Jawa Barat, mengonversi lumpur tinja menjadi briket bahan bakar bersih bernama Biocore.
Ketiga inovasi tersebut menunjukkan bahwa solusi keberlanjutan bukan hanya soal investasi besar dan teknologi canggih, melainkan tentang imajinasi yang berani membayangkan ulang relasi manusia dengan alam. Hal ini jarang mendapat tempat dalam skema pembiayaan iklim konvensional.
Baca juga: Mendengar Suara Perempuan Penggerak Keberlanjutan di Lestari Summit 2025
Para ibu-ibu petani di Dusun Temon, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, bersama Yakkum Emergency Unit mbangun enam tandon besar di puncak bukit yang menampung ribuan liter air hujan setiap musim. Cara ini bisa mengatasi masalah kekeringan di daerah tersebut.Di Dusun Temon, Kabupaten Gunungkidul, kekeringan panjang memaksa petani meninggalkan tanah mereka untuk menjadi buruh bangunan di kota.
YEU bersama kelompok tani setempat pun membangun enam tandon besar di puncak bukit yang menampung ribuan liter air hujan setiap musim. Kemudian, sistem sprinkler sederhana dengan sensor IoT dan panel surya dibuat untuk menyalurkan air ke ladang tanpa pompa listrik.
"Kalau tidak ada air, hidup berhenti," kenang seorang warga, seperti dikutip Kompas.com dari siaran pers.
Kini, ladang yang dulu gersang kembali menghijau sepanjang tahun, panen meningkat, dan anak muda kembali bertani.
Baca juga: ASRI Gandeng Pokja SMA 78 Jakarta Hidupkan Solusi Keberlanjutan Lingkungan di Sekolah
Sejak 2007, ASRI menjalankan program kesehatan revolusioner di sekitar Taman Nasional Gunung Palung. Lewat program ini, masyarakat bisa berobat dengan membayar menggunakan bibit pohon atau mendapat diskon besar jika terus menjaga hutan.
Program ini menjawab masalah ganda, yakni akses kesehatan mahal yang memicu penebangan liar dan degradasi hutan tropis.
Lebih dari satu dekade kemudian, penebangan ilegal turun signifikan, ratusan hektare hutan pulih, dan puluhan spesies kembali ke habitatnya.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya