JAKARTA, KOMPAS.com - Aktris Harleyava Princy atau Leya Princy menuturkan, FOMO (fear of missing out) atau takut ketinggalan tren brand lokal tidak selamanya buruk. Ia pun tergolong selalu updated dengan tren masa kini.
“Kalau aku personally (secara personal), banyak banget aku udah melihat brand (merek) lokal yang lucu-lucu, bagus-bagus, dan bajunya juga bagus-bagus,” ujar Leya dalam acara Light+ by Wardah - Skin Comfort First, Heavy on Results di Jakarta Selatan, Jumat (31/10/2025).
Baca juga:
Lebih dari sekadar tampilan produk, pemeran film Rangga & Cinta ini menilai penting juga untuk melihat apa yang ada di balik sebuah brand, bagaimana mereka membangun pesan dan hubungan dengan audiensnya.
“Tapi yang kita bisa lihat adalah campaign-nya (kampanyenya), marketing-nya (pemasarannya), terus kayak siapa aja yang udah approve (setuju), kayak generasi mana aja, dan kandungan-kandungannya gitu,” jelas Leya.
Menurut perempuan 18 tahun ini, Gen Z saat ini makin peka terhadap nilai yang dibawa oleh sebuah brand. Mereka bukan hanya melihat dari segi tampilan, tetapi juga dari pesan yang dibawa oleh brand tersebut.
Aktris Leya Princy dan aktor El Putra Sarira saat menghadiri peluncuran produk kosmetik terbaru dari Wardah di kawasan Panglima Polim, Jumat (31/10/2025)Dalam pandangannya, putri selebritas Ferry Maryadi ini melihat FOMO sebagai sesuatu yang sebenarnya tidak selalu berdampak buruk. Menurutnya, rasa ingin tahu yang muncul dari FOMO justru bisa menjadi awal yang baik untuk mengenal suatu brand lebih dalam.
“Kalau menurut aku, FOMO itu aku bilang penting banget dan karena aku juga pernah research (membaca) artikel tentang FOMO gitu waktu aku SMA. Dan menurut aku itu pintar-pintarnya kita aja sih,” jelasnya.
Fenomena FOMO di kalangan Gen Z memang menarik. Di satu sisi, rasa ingin tahu dan keinginan untuk mencoba hal baru bisa membawa seseorang pada hal baik. Namun, jika tidak disertai kesadaran, FOMO justru bisa membuat seseorang membeli sesuatu hanya karena tren.
Baca juga:
Bagi Leya, FOMO bisa menjadi dorongan bagi seseorang untuk lebih kritis dalam memilih sesuatu. Rasa penasaran saat melihat produk viral justru bisa membuka kesempatan untuk mencari tahu lebih dalam tentang apa yang ada di balik sebuah merek.
Dengan kata lain, FOMO sebenarnya mengajarkan seseorang untuk mengenal produk terlebih dahulu sebelum terburu-buru membelinya
“Kadang kita tuh harus pintar-pintar melihat, ini kita FOMO doang atau memang karena betulan bagus gitu (produknya),” ujarnya.
Lebih lanjut, ia menilai bahwa tren yang viral di media sosial memang bisa menggoda siapa pun untuk ikut mencoba, tetapi tidak semua hal yang disampaikan itu sejalan dengan kebutuhan pribadi. Oleh sebab itu, Leya menyarankan untuk selalu melihat lebih jauh dari sekadar hype.
“Kita lihat campaign-nya. Ini campaign-nya tuh cuma pengin bikin FOMO, atau memang beneran kandungannya itu jujur, gitu,” pungkasnya.
Baca juga: