JAKARTA, KOMPAS.com - Mantan Wakil Presiden (Wapres) Amerika Serikat (AS) Kamala Harris mengatakan, selama kariernya, ia tidak pernah menerima jawaban "tidak".
Harris pun mengaitkan sebagian besar kesuksesannya dengan sikap ini.
Dikutip dari CNBC, Minggu (2/11/2025), Harris, yang menjabat sebagai Wapres AS di bawah Presiden Joe Biden dari tahun 2021 hingga 2025, berbagi beberapa wawasan jujur tentang awal kariernya di podcast Diary of a CEO yang diampu Steven Bartlett.
Baca juga: OJK dan AdaKami Dorong Inklusi dan Literasi Keuangan Perempuan
WASHINGTON, DC - JANUARY 20: (L-R) Former US President Bill Clinton, former Vice President Kamala Harris, and former US Secretary of State Hillary Clinton attend the inauguration ceremonies in the U.S. Capitol Rotunda on January 20, 2025 in Washington, DC. Donald Trump takes office for his second term as the 47th President of the United States. Shawn Thew-Pool/Getty Images/AFP (Photo by POOL / GETTY IMAGES NORTH AMERICA / Getty Images via AFP)Ketika ditanya seperti apa dirinya sebagai jaksa berusia 25 tahun, Harris menjawab seperti ini
"Dia tak kenal takut. Dia tidak mendengar 'tidak, itu tidak bisa dilakukan.'," tutur Harris.
Harris mengenang kasus pertamanya sebagai jaksa muda. Saat itu Jumat malam, dan orang yang ditangkap adalah seorang perempuan muda dengan anak-anak di rumah.
"Semua pengadilan tutup dan saya pergi ke ruang sidang, dan saya bertanya kepada hakim, 'Silakan duduk kembali. Dia punya anak kecil. Dia tidak bisa tinggal di rumah selama akhir pekan,'" kata Harris.
Baca juga: 8 Perempuan Terkaya AS Berusia di Bawah 40 Tahun, Ada Taylor Swift
"Dan petugasnya berkata, 'Tidak, dia pergi hari ini. Dia akan pergi hari ini.' Dan saya tidak mau pergi, dan mereka pun menangani kasusnya," imbuhnya.
Kegigihan ini telah membawa Harris pada kesuksesan sepanjang karier yang ia jalani. Iamenjadi Wapres perempuan, warga Amerika kulit hitam, dan Asia Selatan pertama setelah menjabat sebagai senator dan jaksa agung AS di negara bagian California.
"Tidak mendengar penolakan, mungkin itu sudah menjadi bagian dari hidup saya. Saya tidak merasa nyaman dengan gagasan bahwa sesuatu itu tidak mungkin, setidaknya saya tidak merasa nyaman dengan gagasan itu tanpa mencoba menunjukkan bahwa itu mungkin dan itu mungkin tidak berubah," papar Harris.