KOMPAS.com - Tren pariwisata dunia bergeser. Ada peluang besar yang yang bisa ditangkap oleh pelaku pariwisata Indonesia pada masa depan.
Hal itu disampaikan oleh Menteri Pariwisata (Menpar) Widiyanti Putri Wardhana dalam acara Indonesia Tourism Outlook 2026 yang diinisiasi oleh Forum Wartawan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Forwaparekraf) di Jakarta beberapa waktu lalu.
Widiyanti mengatakan, pariwisata global sedang mengalami pergeseran tren yang signifikan. Pergeseran ini diproyeksikan membawa peluang besar bagi Indonesia, antara lain melalui perubahan sumber wisatawan, dinamika demografi wisatawan, dan pola pemilihan destinasi.
Baca juga: Pariwisata Berkelanjutan Tak Bisa Hanya Jadi Slogan, Ini Tantangannya
Tren pertama adalah perubahan sumber wisatawan outbound yang kini semakin beragam. Jika sebelumnya pasar pariwisata dunia didominasi oleh wisatawan dari Amerika, Eropa, dan Asia Timur.
Kini negara-negara dari Amerika Selatan, Asia Selatan, dan Timur Tengah termasuk Indonesia diperkirakan akan masuk ke dalam 15 besar pasar outbound dunia pada 2040.
“Kondisi ini menegaskan pentingnya menyesuaikan penawaran pariwisata Indonesia agar tetap relevan dan menarik bagi segmen wisatawan baru, sekaligus membuka peluang untuk mengembangkan pariwisata minat khusus,” tutur Widiyanti dalam keterangan resminya.
Situasi kawasan Malioboro pada Senin (1/9/2025) malam. Salah satu bentuknya adalah pengembangan pariwisata ramah muslim yang kini semakin diminati wisatawan global.
Menurut Crescent Rating, pada 2030 total pengeluaran wisatawan Muslim diperkirakan mencapai lebih dari 235 miliar dolar AS. Dengan populasi Muslim terbesar di dunia, Indonesia memiliki ekosistem serta fasilitas yang mendukung kebutuhan wisatawan muslim.
“Hal ini memberikan Indonesia keunggulan kompetitif untuk memperkuat posisinya sebagai destinasi ramah Muslim di tingkat global,” kata Widiyanti.
Baca juga: Indonesia Targetkan Jadi Pemimpin Pariwisata Ramah Muslim Dunia
Tren kedua adalah perubahan demografi wisatawan. Generasi Z dan milenial kini menjadi motor baru pertumbuhan pariwisata dunia dengan minat berwisata yang tinggi.
Karena itu, pariwisata Indonesia perlu menghadirkan pengalaman yang sesuai dengan preferensi generasi ini.
Generasi muda cenderung mencari inspirasi melalui media sosial, kreator perjalanan, dan generative AI.
Suasana pengunjung Monas di siang hari, Sabtu (7/6/2025), beberapa pengunjung tampak piknik di atas rumput.Gambaran tren wisata di Asia Pasifik memperlihatkan arah baru yang mendukung tema keberlanjutan. Berdasarkan hasil survei JLL Indonesia terhadap 1.000 responden Gen Z dan milenial, wisata berbasis alam, budaya autentik, wellness, dan kuliner menjadi pilihan utama.
“Generasi muda mencari pengalaman yang bermakna, bukan sekadar destinasi populer. Mereka ingin dekat dengan alam, sejarah, dan komunitas lokal,” jelas Executive Director dan Head of Strategic Consulting JLL Indonesia, Vivin Harsanto.