Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wamen Stella Ajak Anak-anak Bercerita dalam Bahasa Daerah, Apa Manfaatnya?

Kompas.com - 16/09/2025, 11:16 WIB
Melvina Tionardus,
Mahar Prastiwi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Wamendikti saintek) Stella Christie mengajak para guru di pelosok untuk memberikan PR (Pekerjaan Rumah) agar murid bercerita dalam bahasa daerah di rumah.

Kata Stella, tips ini berdasarkan bukti sains untuk melatih kecerdasan kognitif.

Cara ini dapat bermanfaat untuk memaksimalkan potensi Science, Technology, Engineering, and Mathematics (STEM) pada anak meskipun berada di pelosok Indonesia yang mungkin mengalami keterbatasan untuk belajar.

"Mintakan anak-anak kita untuk setiap hari bercerita di bahasa ibunya, bahasa daerahnya, bukan bahasa Indonesia. Karena kan di sekolah udah bahasa Indonesia. Bercerita kepada adik, kakaknya, atau ibu-ayahnya, om-tante, eyangnya, atau siapapun, satu saja yang mereka dengar di sekolah dengan bahasa daerah," kata Wamen Stella di Menara Kompas, Jakarta Pusat, Senin (15/9/2025).

Baca juga: Wamen Stella Ajak Mahasiswa Baru Terlibat Riset Dosen Sejak Awal Kuliah

Ia yakin jika guru memberikan PR (Pekerjaan Rumah) ini kepada anak-anak, Indonesia akan menjadi pintar.

"Satu saja setiap hari bercerita di bahasa daerahnya," ucapnya.

Kaitan bahasa ibu dengan kecerdasan

Dalam artikel UNICEF berjudul "Why Mother Tongue Education Holds The Key to Unlocking Every Child's Potential" di situs resminya, dikatakan bahwa ketika anak belajar dalam bahasa yang familiar dengannya maka dunia baginya terasa lebih terbuka.

Anak-anak akan memahami pengetahuan dengan percaya diri dan mudah.

Baca juga: Wamen Stella Christie Imbau Demonstran Sampaikan Aspirasi dengan Damai

Konsep tentang pengetahuan itu juga menjadi lebih jelas, ide mengalir bebas, dan kegembiraan dalam menemukan pengetahuan semakin terasa.

Sementara bahasa pengantar dapat menimbulkan rasa asing bagi anak, menciptakan dinding tak kasat mata antara mereka dan pengetahuan.

Dampak emosional dari tembok penghalang ini ialah anak-anak merasa kesulitan, kehilangan kepercayaan diri, dan memudarnya rasa ingin tahu bawaan.

"Studi secara konsisten menunjukkan bahwa anak-anak yang menerima pendidikan dalam bahasa ibu mereka mengembangkan keterampilan kognitif yang lebih kuat, terutama dalam berpikir kritis, pemecahan masalah, dan kreativitas," bunyi salah satu paragraf dalam artikel UNICEF.

Ilustrasi siswa dan guru. Dok. Canva Ilustrasi siswa dan guru.

Sejak lahir manusia sudah memiliki kemampuan STEM.

Fondasi yang kuat ini memungkinkan mereka tidak hanya memahami mata pelajaran yang kompleks tetapi juga unggul dalam bahasa lain yang mereka pelajari berikutnya.

Sebagai informasi, Wamen Stella menjadi pembicara dalam acara Literatalks perayaan HUT ke-30 Kompas.com yang bertema Jagat Literasi.

Sebelumnya Wamen Stella juga mengungkapkan bahwa sebenarnya sejak lahir manusia sudah memiliki kemampuan STEM.

Ia menyebut bayi usia 3 bulan sudah dapat membedakan apa yang dimaksud dengan banyak dan sedikit.

Baca juga: Pesan Wamen Stella ke Mahasiswa: Temukan Kepakaran Masing-masing, Jangan Hanya Ikut-ikut

Kemampuan ini berpengaruh ke kemampuan matematika persis. Dalam kata lain kemampuan kita untuk bernalar secara matematika sudah ada sejak kecil.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang

Baca tentang


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau