Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

STEM Bukan Hanya soal Rumus, Riady Foundation Ajak Guru Ubah Cara Pikir

Kompas.com - 19/09/2025, 14:39 WIB
Ayunda Pininta Kasih

Penulis

KOMPAS.com - Pendidikan berbasis STEM (Science, Technology, Engineering, dan Mathematics) sering kali dipersepsikan hanya soal rumus, robot, atau laboratorium. Padahal, esensi utamanya adalah pola pikir.

STEM mengajarkan anak-anak untuk melihat masalah dari berbagai sudut, menemukan pola, dan mencari solusi kreatif yang relevan dengan kehidupan nyata.

Karena itu, guru memegang peran penting untuk menumbuhkan pola pikir STEM di kelas. Mereka bukan hanya menyampaikan materi, melainkan juga mengasah rasa ingin tahu, logika, dan kolaborasi siswa.

Baca juga: Skor PISA Siswa Indonesia di Bawah Rata-rata, Pendidikan STEM Bisa Jadi Solusi

Kapasitas guru dalam menerapkan pembelajaran STEM menjadi kunci agar generasi muda Indonesia siap menghadapi tantangan abad ke-21.

STEM adalah pola pikir

Menjawab kebutuhan tersebut, Riady Foundation melalui program STEM Indonesia Cerdas menggelar kegiatan Makerspace Professional Development pada 19–20 September 2025 di Hotel Aryaduta Menteng, Jakarta.

Program ini merupakan tindak lanjut dari peluncuran STEM Indonesia Cerdas pada 28 Mei 2025, dan dirancang untuk memperkuat kapasitas guru dalam menghadirkan pembelajaran STEM yang kontekstual, kreatif, dan relevan.

Dewan Pembina Riady Foundation yang juga inisiator Gerakan STEM Indonesia Cerdas, Dr. Stephanie Riady, M.Ed., menegaskan STEM adalah pola pikir.

“STEM mengajarkan anak-anak kita untuk berani bertanya sebelum menjawab, mencari solusi sebelum menyerah, dan berkolaborasi sebelum berkompetisi,” ujar Stephanie.

Baca juga: Ketika Literasi Digital dan STEM Berpadu, Tambah Ilmu bagi Siswa dan Guru

Lebih dari sekadar keterampilan teknis, lanjutnya, STEM menanamkan kemampuan berpikir kritis, memecahkan masalah kompleks, membaca pola, dan mengambil keputusan berbasis data.

“STEM Indonesia Cerdas sendiri hadir sebagai inisiatif untuk menjawab tantangan peningkatan kualitas pendidikan Indonesia yang tidak hanya menekankan teori, tetapi juga mengedepankan pengalaman belajar praktis,” tambahnya.

Dalam pelatihan dua hari ini, sebanyak 74 guru sekolah dan madrasah di Jabodetabek dibekali konsep Ruang Karya, sebuah pendekatan makerspace yang mengintegrasikan teori dan praktik melalui kegiatan berbasis proyek sederhana, menyenangkan, dan relevan dengan kehidupan sehari-hari siswa.

Dengan pendampingan langsung dari Calum Walker, Koordinator Makerspace, peserta tidak hanya diajak memahami konsep, tetapi juga mempraktikkan keterampilan yang dapat segera diterapkan di ruang kelas.

“Melalui kegiatan ini kami ingin menghadirkan pengalaman belajar yang lebih bermakna bagi guru, sehingga mereka bisa menularkan semangat inovasi kepada para siswa. Harapannya, sekolah-sekolah di Indonesia semakin siap melahirkan generasi yang adaptif, kreatif, dan tangguh dalam menghadapi tantangan masa depan,” ujar Dorita Setiawan, Ph.D., Direktur STEM Indonesia Cerdas.

Selain membekali guru di Jabodetabek, hasil dari pelatihan ini akan diimplementasikan ke sekolah dan madrasah masing-masing. Guru peserta didorong merancang pembelajaran berbasis proyek yang relevan dengan keterampilan abad ke-21, sehingga berdampak nyata pada motivasi dan semangat belajar siswa.

Dorita juga menegaskan bahwa konsep makerspace ini akan diperluas ke sekolah-sekolah di wilayah 3T (tertinggal, terdepan, terluar).

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau