Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dewi Sartika dan Sakola Kautamaan Istri: Jejak Perjuangan Pendidikan Perempuan di Jawa Barat

Kompas.com - 13/09/2025, 18:00 WIB
Maya Citra Rosa

Editor

KOMPAS.com - Nama Dewi Sartika tercatat sebagai salah satu tokoh perempuan Indonesia yang berjuang di bidang pendidikan.

Sejak muda, ia mengabdikan diri untuk membuka kesempatan belajar bagi kaum perempuan, agar lebih berdaya dan memiliki masa depan yang lebih baik.

Kisah perjuangan Dewi Sartika menjadi bagian penting dari sejarah pendidikan nasional, bukan hanya untuk laki-laki, tetapi juga bagi perempuan.

Sosoknya layak dikenang setiap peringatan Hari Pendidikan Nasional yang jatuh pada 2 Mei. Dewi Sartika wafat pada 11 September 1947, namun jejak perjuangannya tetap hidup hingga kini.

Awal Kehidupan

Dewi Sartika lahir pada 4 Desember 1885. Ia merupakan putri pasangan R.A. Rajapermas, putri Bupati Bandung R.A.A. Wiranatakusuma IV yang dikenal dengan sebutan Dalem Bintang, dan R. Rangga Somanagara yang menjabat sebagai Patih Bandung.

Masa kecil Dewi Sartika dijalani di lingkungan kepatihan bersama saudara-saudaranya. Sang ayah sangat peduli pada pendidikan anak-anaknya, sehingga Dewi Sartika sempat bersekolah di Sekolah Kelas Satu (Eerste Klasse School).

Baca juga: Tawuran Remaja di Dewi Sartika Diduga Berawal dari Janjian di Medsos

Namun, kebahagiaan itu tak berlangsung lama. Pada 1893, ayahnya dituduh terlibat dalam kasus pemasangan dinamit dan dibuang ke Ternate bersama istrinya. Seluruh harta keluarga disita, membuat mereka kehilangan banyak hal. Dewi Sartika kemudian dititipkan kepada pamannya, Raden Demang Suria Karta Hadiningrat, Patih Afdeling Cicalengka.

Di tempat itu, Dewi Sartika lebih banyak diajarkan keterampilan rumah tangga seperti memasak, menjahit, menyulam, hingga tata krama. Ketika ibunya kembali dari Ternate setelah ayahnya meninggal, Dewi Sartika akhirnya berkumpul lagi dengan keluarga di Bandung.

Mendirikan Sekolah Perempuan

Kehidupan yang penuh keterbatasan justru memupuk tekad Dewi Sartika. Terinspirasi dari pengalaman ibunya yang tak berdaya saat ayahnya diasingkan, ia bertekad mendirikan sekolah khusus perempuan.

Dukungan datang dari Bupati Bandung saat itu, R.A.A. Martanegara (1893–1918), yang menyetujui gagasan Dewi Sartika. Pada 16 Januari 1904, berdirilah Sekolah Istri yang menempati pendopo kantor Kabupaten Bandung.

Baca juga: Siapa Tokoh-tokoh dalam GNB yang Usulkan Tim Reformasi Polri ke Prabowo?

Sekolah ini hanya memiliki dua kelas dengan 20 murid. Tenaga pengajarnya terdiri dari Dewi Sartika sendiri, Ibu Purma, dan Ibu Uwit. Menariknya, sebagian besar murid berasal dari keluarga pegawai rendahan di kantor Kabupaten Bandung.

Dewi Sartika menegaskan bahwa sekolah ini terbuka untuk semua perempuan. Walaupun awalnya mendapat respon dingin dari kalangan wanita priyayi, antusiasme masyarakat justru semakin besar hingga sekolah tidak mampu menampung jumlah murid.

Perkembangan Sakola Kautamaan Istri

Karena tingginya minat, pada 1905 Sekolah Istri dipindahkan ke Jalan Ciguriang. Lima tahun kemudian, pada 1910, namanya berubah menjadi Sakola Kautamaan Istri.

Sekolah ini kemudian membuka cabang di berbagai daerah Jawa Barat, antara lain Sumedang, Cianjur, Sukabumi, Tasikmalaya, Garut, dan Purwakarta.

Perhatian publik terhadap Sakola Kautamaan Istri semakin besar. Pada 1911, Gubernur Jenderal Idenburg berkunjung ke sekolah tersebut, dan pada 1916 giliran nyonya Van Limburg Stirum yang datang melihat langsung kegiatan pendidikan di sana.

Baca juga: Salip Kendaraan, Mahasiswi Unnes Tewas di Jalan Dewi Sartika Semarang

Dewi Sartika telah membuktikan bahwa pendidikan perempuan adalah kunci kemajuan bangsa. Meski telah tiada, semangat perjuangannya tetap menjadi inspirasi bagi generasi Indonesia hingga kini.

Refrensi: Rochiati Wiriaatmadja. 2009. Dewi Sartika. Jakarta: Departemen Kebudayaan dan Pariwisata. Fauziyah,E dan Samsudin. (2020). "Pemikiran Dewi Sartika Pada Tahun 1904-1947 Dalam Perspektif Islam". Jurnal Ilmiah Peradaban Islam Vol. 17 No. 2.

Artikel ini telah tayang di Tribun-Timur.com dengan judul Sosok Dewi Sartika Tokoh Pendidikan Perempuan, Belajar dari Penderitaan Ibu saat Ayah Diasingkan

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Nova Arianto Minta Pemain Timnas U17 Indonesia Tampil Maksimal di Piala Dunia, Ini Alasannya 
Nova Arianto Minta Pemain Timnas U17 Indonesia Tampil Maksimal di Piala Dunia, Ini Alasannya 
Sulawesi Selatan
Cara Cek Keaslian Sertifikat Tanah Elektronik, Tak Perlu ke Kantor BPN
Cara Cek Keaslian Sertifikat Tanah Elektronik, Tak Perlu ke Kantor BPN
Sulawesi Selatan
Guru SMPN 1 Trenggalek Dianiaya Wali Murid Gara-gara Sita HP Siswa, Polisi Lakukan Penyelidikan
Guru SMPN 1 Trenggalek Dianiaya Wali Murid Gara-gara Sita HP Siswa, Polisi Lakukan Penyelidikan
Jawa Timur
Polisi Bunuh dan Perkosa Dosen Perempuan di Jambi, Pelaku Gunakan Wig untuk Kelabui CCTV
Polisi Bunuh dan Perkosa Dosen Perempuan di Jambi, Pelaku Gunakan Wig untuk Kelabui CCTV
Sumatera Selatan
67 Jip Wisata di Gunung Bromo Dinyatakan Tidak Laik Jalan, Dishub Sarankan Ini
67 Jip Wisata di Gunung Bromo Dinyatakan Tidak Laik Jalan, Dishub Sarankan Ini
Jawa Timur
Ini Perbedaan Sertifikat Tanah Analog dan Elektronik
Ini Perbedaan Sertifikat Tanah Analog dan Elektronik
Sumatera Utara
Ribuan Warga Antusias Ikuti CFD Tegar Beriman di Bogor
Ribuan Warga Antusias Ikuti CFD Tegar Beriman di Bogor
Jawa Barat
Polisi di Jambi Bunuh Dosen Perempuan, Diduga karena Masalah Asmara
Polisi di Jambi Bunuh Dosen Perempuan, Diduga karena Masalah Asmara
Sumatera Selatan
Daftar Raja Keraton Surakarta yang Dimakamkan di Imogiri, di Mana Lokasi Makam Pakubuwono XIII?
Daftar Raja Keraton Surakarta yang Dimakamkan di Imogiri, di Mana Lokasi Makam Pakubuwono XIII?
Jawa Tengah
Gusti Neno Ungkap Tanda Alam Sebelum Wafatnya PB XIII, Pohon Tua Tumbang Saat Hujan Deras
Gusti Neno Ungkap Tanda Alam Sebelum Wafatnya PB XIII, Pohon Tua Tumbang Saat Hujan Deras
Jawa Tengah
Contoh Sertifikat Tanah Elektronik, Bentuk dan Isinya
Contoh Sertifikat Tanah Elektronik, Bentuk dan Isinya
Kalimantan Timur
Usai Terpilih Lagi Jadi Ketum Projo, Budi Arie Setiadi Ingin Dukung Gerindra
Usai Terpilih Lagi Jadi Ketum Projo, Budi Arie Setiadi Ingin Dukung Gerindra
Jawa Timur
Prosesi Adat Keraton Akan Iringi Pemakaman Sinuhun Pakubuwono XIII di Imogiri
Prosesi Adat Keraton Akan Iringi Pemakaman Sinuhun Pakubuwono XIII di Imogiri
Jawa Tengah
Onadio Leonardo Jalani Pemeriksaan Kesehatan di Polres Jakarta Barat
Onadio Leonardo Jalani Pemeriksaan Kesehatan di Polres Jakarta Barat
Jawa Timur
Profil Pakubuwono XIII, Kisah Hidupnya Sebagai Raja Keraton Surakarta hingga Sosok Penggantinya
Profil Pakubuwono XIII, Kisah Hidupnya Sebagai Raja Keraton Surakarta hingga Sosok Penggantinya
Jawa Tengah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Komentar
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau