Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Warganet Debat soal Pamer Kemesraan di Ruang Publik, Sosiolog Jelaskan Alasan Respons Keras Masyarakat

Kompas.com - 13/10/2025, 10:00 WIB
Intan Maharani

Penulis

KOMPAS.com - Beberapa waktu lalu, muncul perbincangan mengenai pantas tidaknya pasangan pamer kemesraan di tempat umum di kalangan warganet Indonesia.

Seorang pengguna X memprotes kebiasaan warganet lain yang risih melihat orang bermesraan di ruang umum, seperti transportasi umum. 

Ia mengunggah tangkapan layar dari unggahan seorang pengguna lain yang memotret pasangan sedang bermesraan di Transjakarta dan menyampaikan ketidaknyamanannya.

"Apaan dah justru normalize pamer kemesraan anj****. Ni negara minim kasih sayang, orang-nya jadi pada stres kurang ciuman dan pukpuk," tulis akun @ha****dhfn, Senin (6/10/2025). 

Baca juga: Hati-hati Romance Scams: Penipuan Virtual Modus Asmara

Unggahan tersebut kemudian memicu beragam tanggapan dari warganet. Hingga beberapa hari setelah dibuat, unggahan itu telah ditonton lebih dari 3,7 juta kali dan terus memunculkan berbagai respons di linimasa.

Sebagian mendukung pandangan tersebut sebagai bentuk ekspresi kasih sayang yang wajar, sementara sebagian lainnya menilai kemesraan di ruang publik tetap perlu memperhatikan norma sosial dan kepantasan.

"Menurut mu, ciuman di depan publik sopan nggak? kalau ada anak kecil yg lihat orang lagi ciuman bibir, gimana perasaanmu? Kalau mau pamer kemesraan kan nggak harus ciuman? Sekedar gandengan tangan, jalan di sampingnya barengan, dengerin cerita dia dengan antusias, dsbnya masih ada," balas akun @ly****jffm.

Dari perbincangan tersebut, muncul pertanyaan mengapa masyarakat cenderung bereaksi keras terhadap pasangan yang pamer kemesraan?

Reaksi masyarakat sebagai bentuk kontrol sosial

Sosiolog dari Universitas Sebelas Maret (UNS), Drajat Tri Kartono, menjelaskan bahwa reaksi keras masyarakat terhadap pasangan yang bermesraan di ruang publik tidak lepas dari fungsi kontrol sosial yang masih kuat di Indonesia.

Apalagi jika individu yang pamer kemesraan masih anak-anak atau tergolong muda, maka reaksi masyarakat merupakan bentuk dari kontrol sosial agar tindakan itu tidak menimbulkan dampak yang terlalu jauh. 

"Perlu diketahui bahwa sebenarnya umur dari orang yang pamer kemesraan ini berapa? Kalau masih anak-anak, masih muda ya, artinya belum berkeluarga. Memang itu akan menjadi upaya dari kontrol sosial," kata Drajat kepada Kompas.com, Sabtu (11/10/2025). 

Menurut Drajat, masyarakat menjalankan peran sosial untuk menjaga batas perilaku, terutama bagi anak muda yang belum menikah.

"Masyarakat itu mengontrol agar tidak terjadi perbuatan-perbuatan yang istilahnya terlalu jauh," lanjutnya.

Baca juga: Kenapa Sebagian Perempuan Bersuara Manja Saat di Dekat Pasangan?

Ia menilai, reaksi publik muncul karena pamer kemesraan di tempat umum sering dianggap tanda potensi penyimpangan moral.

Menurut Drajat, kekhawatiran masyarakat terhadap pasangan yang pamer kemesraan di ruang publik berangkat dari asumsi sosial yang lebih dalam. Perilaku yang tampak ringan di tempat umum sering kali dianggap sebagai tanda awal dari tindakan melampaui batas norma kesopanan dan kesusilaan.

Halaman Berikutnya
Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau