Nasib Generasi X Terimpit di Tengah Persaingan Kerja Lintas Generasi dan Ancaman PHK

Gen X berperan dalam membentuk lanskap sosial, ekonomi, dan budaya kontemporer.  Kini mereka menghadapi tantangan kompetisi di tempat kerja dan tekanan finansial.

Oleh Antonius Purwanto

03 Jun 2025 11:59 WIB · Kajian Data

Gen X berperan penting dalam membentuk lanskap sosial, ekonomi, dan budaya kontemporer. Namun, mereka kini menghadapi tantangan kompetisi di tempat kerja dan tekanan finansial.

Perbincangan soal lapangan kerja kerap kali hanya berfokus pada dua generasi, yaitu milenial dan generasi Z (gen Z). Persaingan di dunia kerja dipenuhi kandidat dari dua generasi berbeda ini. Bahkan, soal maraknya pemutusan hubungan kerja atau PHK yang sedang melanda dunia saat ini pun lebih banyak dikaitkan dengan dua generasi tersebut.

Di tengah hiruk pikuk dunia kerja saat ini, generasi X (gen X) yang lahir antara 1965 dan 1980 justru sering kali luput dari perhatian dan tersisih dari sorotan. Padahal, di tengah tantangan ekonomi, sosial, dan teknologi yang terus berubah, gen X sesungguhnya menanggung beban lebih berat dibandingkan generasi-generasi yang lain, seperti diungkap dalam laporan The Economist berjudul ”Why Gen X is the Real Loser Generation” (8/5/2025).

Callum Williams, penulis senior ekonomi di The Economist, berpendapat bahwa generasi X merupakan ”generasi yang benar-benar kalah” dalam banyak aspek kehidupan karena beberapa faktor kunci yang membedakan mereka dari generasi sebelumnya dan sesudahnya.

Di Indonesia, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah gen X mencapai 21,88 persen dari total populasi penduduk Indonesia atau sekitar 58,65 juta jiwa. Generasi ini merupakan populasi yang produktif secara ekonomi.

Namun, sebagian dari kelompok usia ini justru kehilangan pekerjaan pascapandemi Covid-19, bahkan tidak sedikit yang menjadi pengangguran. Menurut data terbaru BPS, per Februari 2025, jumlah pengangguran terbuka di Indonesia mencapai 7,28 juta jiwa. Dari jumlah itu, 5,05 persen di antaranya masuk kategori gen X (usia 45-59 tahun) yang menganggur.

Infografik Angkatan Kerja (AK) menurut Golongan Umur
Infografik Angkatan Kerja Menurut Golongan Umur

Adapun per Mei 2025, Kementerian Ketenagakerjaan (Kemenaker) mencatat total angka terkena PHK sebanyak 26.455 orang. Angka PHK disumbang terbanyak dari wilayah Jawa Tengah, DKI Jakarta, dan Riau. Diperkirakan angka PHK akan terus melonjak.

Dalam konteks saat ini, PHK bisa dilihat sebagai bagian dari disrupsi besar yang sedang terjadi di dunia kerja. Kemunculan otomatisasi, kecerdasan buatan, dan perubahan perilaku konsumen mendorong perusahaan agar terus beradaptasi. Sayangnya, adaptasi itu sering kali dibayar mahal oleh para pekerja, termasuk dari kalangan generasi X.

Lantas di dunia kerja yang padat persaingan milenial dan gen Z saat ini, bagaimana nasib generasi X? Apakah benar mereka sudah ”habis” dan tidak ikut bersaing di dunia kerja? Apa saja yang menjadi tantangan generasi ini?

Siapakah generasi X?

Secara umum, gen X adalah kelompok demografis yang lahir setelah generasi baby boomers dan sebelum generasi milenial. Para ahli demografi menyebutkan bahwa gen X lahir antara tahun 1965 dan 1980. Artinya, pada 2025 ini, gen X termuda berusia 45 tahun dan gen X tertua berusia 60 tahun.

Istilah ”generasi X” pertama kali dipopulerkan fotografer Robert Capa pada tahun 1950-an dalam sebuah esai foto yang menggambarkan kaum muda pasca-Perang Dunia II. Namun, istilah ini baru benar-benar populer ketika digunakan kembali penulis Kanada, Douglas Coupland, dalam bukunya berjudul Generation X: Tales for an Accelerated Culture pada tahun 1991. Buku ini mencerminkan sikap skeptis, individualistik, dan kadang sinis dari kelompok usia yang hidup di masa transisi besar.

Gen X adalah generasi yang membentuk arah budaya pop modern. Mereka adalah audiens pertama MTV, penikmat musik grunge dan hip hop awal, dan penggemar film klasik, seperti Star Wars dan The Breakfast Club. Band seperti Nirvana, Pearl Jam, dan Soundgarden adalah ikon musik gen X. Sementara teknologi seperti walkman, Nintendo, dan VHS adalah bagian dari kehidupan mereka.

Infografik Penduduk Indonesia menurut Generasi
Infografik Penduduk Indonesia Menurut Generasi

Generasi X dikenal sebagai gen bust. Mereka tumbuh dalam lingkungan yang ditandai perubahan sosial dan ekonomi. Generasi X sering digambarkan sebagai mandiri dan skeptis, serta menjadi yang pertama tumbuh dengan teknologi digital awal, yang memengaruhi cara mereka beradaptasi dengan perubahan.

Meski tidak disebut sebagai digital native, gen X terbukti masih cukup adaptif terhadap perkembangan teknologi. Mereka adalah pengguna awal komputer dan internet, serta menjadi saksi migrasi dari mesin tik ke Microsoft Word, dari pager ke telepon seluler.

Bagaimana dengan generasi X di Indonesia? BPS mencatat, jumlah penduduk dari generasi X yang lahir antara 1965 dan 1980 mencapai 58,65 juta jiwa atau 21,88 persen dari total populasi.  Kelompok usia ini berperan penting dalam perekonomian. Pada tahun 2024, BPS mencatat jumlah angkatan kerja untuk kelompok usia: 45-49 tahun sekitar 16,14 juta orang; 50-54 tahun sekitar 14,13 juta orang, dan 55-59 tahun sekitar 11,46 juta orang.

Dalam konteks sosio ekonomi Indonesia, gen X pernah merasakan dampak buruk krisis ekonomi tahun 1997 yang membuat rata-rata harga makan di warteg dari Rp 2.000 melambung hingga Rp 5.000 kala itu.

Mereka juga mengalami dampak dari gelembung dot-com pada awal tahun 2000 dan krisis keuangan global 2008. Setiap kali mereka mulai membangun stabilitas hidup, krisis ekonomi menghantam, menggoyahkan fondasi yang telah mereka bangun.

Pencari kerja melihat papan informasi lowongan saat Bursa Kerja di GOR Sidoarjo, Sidoarjo. Selasa (27/5/2025). Dalam bursa kerja ini, pemerintah Kabupaten Sidoarjo menghadirkan 40 perusahaan dengan total 1.00 lowongan pekerjaan dari berbagai sektor industri. 0. Job Fair kali ini dikemas secara hybrid, menggabungkan pelamaran secara online dan proses verifikasi langsung di lokasi. Kompas/Bahana Patria Gupta (BAH)
KOMPAS/BAHANA PATRIA GUPTA
Pencari kerja melihat papan informasi lowongan saat Bursa Kerja di GOR Sidoarjo, Sidoarjo. Selasa (27/5/2025). Dalam bursa kerja ini, Pemerintah Kabupaten Sidoarjo menghadirkan 40 perusahaan dengan total 1.00 lowongan pekerjaan dari berbagai sektor industri. "Job Fair" kali ini dikemas secara hibrid, menggabungkan pelamaran secara daring dan proses verifikasi langsung di lokasi.

Tantangan gen X di dunia kerja

Tempat kerja saat ini bisa jadi telah menghadirkan tantangan yang tak terduga bagi semua orang, termasuk gen X. Di satu sisi, sebagian dari gen X telah mencapai tujuan karier yang tinggi. Namun, tidak semua orang dari gen X juga berhasil. Meskipun tangguh, banyak yang merasa mandek di tempat.

Dalam kondisi tersebut, gen X kini menghadapi beragam tantangan. Mulai dari ketidakstabilan ekonomi pascapandemi, diskriminasi usia di tempat kerja, dan perubahan teknologi yang cepat, termasuk munculnya kecerdasan buatan atau AI yang sangat memukul gen X.

Di tengah ketidakpastian ekonomi global yang dipengaruhi beberapa faktor, termasuk pandemi Covid-19, perang dagang antarnegara hingga konflik geopolitik, generasi ini harus mempersiapkan masa depan finansialnya dalam situasi yang serba sulit. Ketidakstabilan ini tecermin dalam fluktuasi kurs mata uang, harga emas, serta naik-turunnya pasar saham yang sulit diprediksi.

Gen X juga mengalami diskriminasi usia, terutama di lingkungan kerja yang didominasi generasi yang lebih muda. Kesempatan kerja tampak terbatas. Ada persaingan ketat dari semua pihak, termasuk gen Z dan kaum milenial.

Pada masa lalu, pekerja yang lebih tua sering dianggap sebagai pakar di bidangnya, dengan kebijaksanaan yang cukup untuk membimbing mereka yang baru saja menghadapi tantangan. Namun, di masa kini, gen X bisa menjadi korban diskriminasi di tempat kerja, diabaikan untuk promosi demi bakat yang lebih muda yang dapat ”mengikuti” tren.

Faktor-faktor itu dikombinasikan dengan persepsi bahwa gen X tidak sepenuhnya cocok dengan kategori pekerja digital yang paham teknologi sehingga membuat mereka berada dalam posisi yang rentan.

Pekerja membentangkan spanduk dukungan untuk PT Sritex yang menjadi tempat kerja mereka selama ini di depan Pengadilan Niaga Semarang, Kota Semarang, Jawa Tengah, Selasa (21/1/2025). Pengadilan Niaga Semarang sebelumnya telah memutus pailit PT Sri Rejeki Isman (Sritex) dan tiga anak perusahaannya dengan mengabulkan permohonan salah satu kreditor perusahaan tekstil tersebut pada Oktober 2024. Rapat Rapat kreditor dalam kepailitan PT Sri Rejeki Isman (Sritex) kembali digelar di Pengadilan Niaga Semarang. Kompas/P Raditya Mahendra Yasa 21-01-2025
Kompas/P Raditya Mahendra Yasa
Pekerja membentangkan spanduk dukungan untuk PT Sritex yang menjadi tempat kerja mereka selama ini di depan Pengadilan Niaga Semarang, Kota Semarang, Jawa Tengah, Selasa (21/1/2025).

Selain ketatnya persaingan di dunia kerja, gelombang PHK massal, seperti yang terjadi hingga pertengahan 2025, juga menciptakan ketidakpastian dan kekhawatiran di kalangan pekerja, termasuk pekerja gen X. Meski generasi ini memiliki pengalaman kerja yang panjang, bahkan puluhan tahun di dunia kerja, tetapi posisi mereka relatif rentan di tengah ketidakpastian ekonomi dan perkembangan teknologi.

Ketika perusahaan melakukan pemangkasan tenaga kerja, gen X acap kali menjadi korban pertama. Sebab, mereka dianggap lebih mudah diganti dengan tenaga kerja baru yang lebih muda dan biaya yang lebih rendah.

Padahal di tengah ketatnya dunia kerja saat ini, mencari pekerjaan baru bagi Gen X bisa menjadi tantangan tersendiri. Mereka mungkin menghadapi kesulitan untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan pekerjaan baru, terutama karena tuntutan kerja yang berbeda dari generasi yang lebih muda.

Tidak seperti generasi milenial (1981-1996) atau generasi Z (1997-2009), yang masih punya waktu untuk berganti haluan dan bereksperimen, gen X berada pada titik di mana taruhannya terasa lebih tinggi. Di tempat kerja, gen X sering merasa terjepit antara generasi milenial dan gen Z yang lebih muda dan tech-savvy di tempat kerja.

Meski gen X merupakan pengadopsi teknologi awal, laju perubahan digital yang cepat bisa menjadi tantangan bagi mereka. Bersaing dengan alat, platform, dan proses baru bisa terasa berat, terutama dengan generasi yang lebih muda dan lebih melek teknologi mulai memasuki dunia kerja.

Dampak terhadap Generasi X

Ketatnya persaingan kerja dan ancaman PHK bisa berdampak besar pada keuangan gen X, apalagi jika mereka tidak memiliki persiapan keuangan yang memadai. Sebab, meski banyak dari mereka telah bekerja puluhan tahun, tidak sedikit dari mereka yang belum memiliki perlindungan sosial yang memadai. Ketika perusahaan merampingkan tenaga kerja akibat otomatisasi atau krisis ekonomi, para pekerja acap kali menjadi korban pertama.

Survei global yang dilakukan Ipsos menemukan bahwa 31 persen gen X merasa ”tidak terlalu bahagia” atau ”tidak bahagia sama sekali”, persentase tertinggi di antara semua generasi. Sementara survei Alvara tahun 2024 menunjukkan ada dua aspek yang paling dicemaskan gen X, yaitu kesehatan dan pendapatan.

Di Indonesia, gen X menghadapi tantangan ganda. Tidak seperti generasi sebelumnya, banyak dari mereka juga merupakan bagian dari ”generasi sandwich”, dengan kewajiban mengasuh anak-anak dan orang tua mereka.

Tidak sedikit gen X yang masih membantu anak-anak mereka yang sudah dewasa secara finansial, baik untuk membayar sewa, biaya kuliah, maupun sekadar bertahan hidup di dunia yang semakin mahal. Pada saat yang sama, orangtua mereka mencapai usia di mana mereka membutuhkan lebih banyak dukungan, baik itu dukungan finansial, medis, maupun sekadar bantuan sehari-hari.

Peserta mengikuti pelatihan montir sepeda motor di Rusunawa Pulogebang, Jakarta Timur, Selasa (4/2/2025). Sebanyak 10 orang peserta mengikuti pelatihan dengan mobile training unit (MTU) yang diselenggarakan Pusat Pelatihan Kerja Daerah (PPKD) Kota Jakarta Timur tersebut. Pelatihan ini sangat bermanfaat untuk warganya karena dapat meningkatkan kemampuan, sehingga dapat jadi modal untuk mencari lapangan kerja maupun berwirausaha. Selama 10 hari, peserta mendapat materi teori dan praktek dasar montir motor. Pelatihan keterampilan kerja ini sebagai upaya Pemprov DKI Jakarta meningkatkan keahlian dan keterampilan sumber daya manusia sekaligus mengatasi masalah pengangguran. Sebanyak dua instruktur memberikan materi kepada para peserta selama 20 hari kerja. Para peserta mendaftarkan diri secara langsung ke PPKD Jakarta Timur melalui daring. Peserta pelatihan nantinya akan mendapatkan sertifikat keahlian kerja dan informasi lowongan kerja. Sistem pelatihan dengan menjemput bola ini selalu disambut antusias oleh warga. Kompas/Riza Fathoni (RZF)
Kompas/Riza Fathoni
Peserta mengikuti pelatihan montir sepeda motor di Rusunawa Pulogebang, Jakarta Timur, Selasa (4/2/2025). Sebanyak 10 peserta mengikuti pelatihan dengan ”mobile training unit” (MTU) yang diselenggarakan Pusat Pelatihan Kerja Daerah (PPKD) Kota Jakarta Timur tersebut. Pelatihan ini sangat bermanfaat untuk warganya karena dapat meningkatkan kemampuan sehingga dapat menjadi modal untuk mencari lapangan kerja ataupun berwirausaha.

Peran ganda ini menyeret mereka ke berbagai arah, membuat mereka kelelahan secara emosional dan tantangan dalam menjaga keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi. Sambil menjaga orang lain, generasi X juga berusaha memastikan mereka sendiri tidak akan mengalami masalah keuangan saat mereka pensiun.

Selain itu, pascapandemi Covid-19 memberikan dampak signifikan. Banyak dari mereka kehilangan pekerjaan atau pendapatan. Tekanan ekonomi semakin mempertajam beban ekonomi yang dihadapi gen X.

Namun, tidak semua tentang gen X bersifat suram dan muram. Beberapa riset dan kajian menunjukkan bahwa mereka adalah generasi yang tangguh dan pantang menyerah. Mereka belajar menghadapi perubahan dengan fleksibilitas dan mulai beradaptasi dengan keadaan. Mereka terus berusaha membangun kehidupan yang lebih bermakna meskipun menghadapi rintangan yang tidak mudah.

Gen X menyadari bahwa mereka perlu beradaptasi. Sebagian dari mereka bekerja lebih keras, mempelajari pengodean AI, atau terjun ke pekerjaan serabutan untuk tetap bertahan. Sebagian lainnya beralih sepenuhnya ke peluang baru. Mereka tidak takut bekerja keras.

Untuk bertahan di dunia kerja yang terus berubah, langkah proaktif untuk mengembangkan keterampilan dan beradaptasi adalah kunci. Selain itu, menjaga mentalitas positif dan membangun jaringan yang kuat akan membantu untuk tetap berkembang dan siap menghadapi tantangan yang akan datang. (LITBANG KOMPAS)


Kerabat Kerja

Penulis:

Antonius Purwanto
 | 

Editor:

Budiawan Sidik A
 | 

Penyelaras Bahasa:

Lucia Dwi Puspita Sari