Jakarta,Sonora.Id – Lantunan musik Batak terdengar akrab di sebuah sudut Toba Dream, Jakarta, Sabtu (23/8/2025). Suasana penuh sukacita itu menjadi saksi lahirnya Yayasan Lestari Sumatera Utara, sebuah wadah yang diprakarsai untuk merawat dan mempromosikan budaya Batak ke panggung dunia.
“Selama ini kami sudah berusaha melakukan banyak hal untuk Bonani Pasogit, terutama Danau Toba. Tetapi agar bisa berbuat lebih besar, kita perlu wadah resmi. Lewat yayasan ini kita bisa bergotong royong dan berkomunikasi dengan lebih banyak pihak,” ujar Hendrik Manik, Ketua Yayasan Lestari Sumatera Utara.
Kelahiran yayasan ini tak lepas dari perjalanan panjang Samosir Music International (SMI) yang sejak 2014 konsisten digelar di Pulau Samosir. Festival itu telah memperkenalkan musik dan budaya Batak ke telinga dunia, dari panggung lokal hingga lintas negara. Kini, lewat naungan yayasan, festival tersebut akan dikelola lebih profesional dan berkelanjutan.
Bagi Hendrik, musik adalah bahasa universal yang bisa menjembatani perbedaan. Karena itu, SMI selalu menghadirkan kolaborasi lintas budaya—dari musisi lokal hingga internasional—serta menghadirkan workshop, diskusi budaya, dan ruang belajar bagi generasi muda.
Humas Yayasan, Nelly Marlinda, menambahkan harapannya agar lembaga ini menjadi pusat pengembangan budaya yang inklusif. “Dengan dukungan semua pihak, semoga budaya Batak bisa naik kelas, bahkan go internasional,” ujarnya.
Lebih dari sekadar melestarikan tradisi, Yayasan Lestari Sumatera Utara bertekad menghadirkan wajah baru budaya Batak: dinamis, kreatif, sekaligus membumi. Dari tepian Danau Toba, gema musik dan nilai-nilai kearifan lokal itu diharapkan terus bergema hingga ke panggung dunia.