AturUang

Ini Cara Memahami Perbedaan Utang Baik dan Utang Buruk agar Bijak Kelola Uang

Ini Cara Memahami Perbedaan Utang Baik dan Utang Buruk agar Bijak Kelola Uang
Reporter: Ramadhan Widiantoro  |  Editor: Ramadhan Widiantoro


MOMSMONEY.ID - Berikut cara membedakan utang baik dan utang buruk dalam keuangan agar kita bisa bagi uang tersebut untuk keperluan menabung atau investasi.

Mengelola keuangan pribadi bukan hanya soal menabung atau berinvestasi, tetapi juga pahami bagaimana utang bekerja dalam kehidupan sehari-hari. 

Tidak semua utang bersifat negatif. Melansir dari NerdWallet, ada utang yang justru bisa menjadi “alat” untuk membangun aset, namun ada pula utang yang bisa menjerat hingga merusak kestabilan finansial. 

Inilah pentingnya membedakan antara utang baik dan utang buruk sebelum mengambil keputusan finansial.

Baca Juga: Ramalan Zodiak Keuangan dan Karier Selasa 9 September 2025, Siap-Siap Peluang Baru

Apa itu utang baik?

Utang baik adalah pinjaman yang memiliki tujuan jelas untuk meningkatkan nilai aset atau pendapatan di masa depan. Misalnya:

Pinjaman pendidikan

Investasi pada pendidikan umumnya memberikan hasil berupa peningkatan keterampilan dan pendapatan di masa depan. Namun, idealnya cicilan pinjaman pendidikan tidak melebihi 10% dari penghasilan bulanan setelah lulus.

Kredit pemilikan rumah (KPR)

Membeli rumah melalui KPR bisa dianggap utang baik karena nilainya cenderung naik seiring waktu. Agar sehat secara finansial, pastikan cicilan KPR tidak lebih dari 36% dari total penghasilan bulanan.

Pinjaman kendaraan

Kendaraan sering kali menjadi kebutuhan untuk menunjang produktivitas kerja. Akan tetapi, cicilan plus biaya operasional sebaiknya tidak lebih dari 20% penghasilan bulanan, dengan tenor pinjaman maksimal empat tahun.

Baca Juga: Agar Tak Menyesal, Berikut Ini Cara Mengatur Keuangan Sebelum Resign!

Apa itu utang buruk?

Sebaliknya, utang buruk biasanya digunakan untuk kebutuhan konsumtif atau barang yang nilainya menurun. Beberapa contoh umum:

1. Kartu kredit dengan bunga tinggi

Jika tidak dilunasi setiap bulan, bunga kartu kredit yang bisa mencapai lebih dari 20% per tahun dapat menumpuk dan menguras keuangan.

2. Pinjaman untuk konsumsi diskresioner

Menggunakan pinjaman pribadi untuk liburan, membeli gawai terbaru, atau gaya hidup berlebihan bisa membahayakan kesehatan finansial.

3. Pinjaman jangka pendek berbunga tinggi

Jenis pinjaman ini sering kali membuat peminjam terjebak dalam siklus utang karena bunganya tidak masuk akal dibandingkan jumlah pinjamannya.

Baca Juga: Intip yuk, Ramalan Zodiak Karier & Keuangan Hari Ini Minggu 7 September 2025

Cara bijak mengelola utang

1. Hitung rasio utang terhadap pendapatan. Pastikan total cicilan tidak lebih dari 30–40% penghasilan bulanan.

2. Prioritaskan utang berbunga tinggi. Lakukan pembayaran ekstra pada utang dengan bunga terbesar agar tidak semakin membengkak.

3. Gunakan metode manajemen utang. Misalnya metode bola salju (melunasi utang terkecil lebih dulu) atau metode avalanche (melunasi utang dengan bunga tertinggi).

4. Hindari utang untuk gaya hidup. Belilah barang konsumtif dengan tabungan, bukan pinjaman.

Utang tidak selalu berkonotasi buruk. Utang yang dikelola dengan bijak justru bisa menjadi strategi untuk membangun aset dan meningkatkan kualitas hidup. 

Namun, ketika utang digunakan untuk kebutuhan konsumtif atau tidak terkontrol, ia bisa menjadi jebakan berbahaya. 

Kuncinya ada pada perencanaan, disiplin, serta kemampuan membedakan mana utang yang sehat dan mana yang harus dihindari. 

Setelah pemahaman ini, Anda bisa lebih percaya diri dalam melangkah menuju kebebasan finansial.

 

Selanjutnya: 8 Ide Renovasi Rumah Instan yang Bikin Hunian Lebih Rapi dan Nyaman

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News