Oleh: Martian Damanik, Jurnalis KompasTV
Bagi pemain game Championship Manager (CM) tahun 1990-an, Luis Enrique adalah pemain incaran.
Kenapa? Bukan faktor skill atau teknik saja, Enrique adalah pemain yang bisa main di beberapa posisi.
Misalnya di bek kanan, bek kiri, sayap kanan dan kiri, serta gelandang. Hanya posisi bek tengah dan kiper yang belum pernah dimainkannya.
Baca Juga: Luis Enrique Rela PSG Gagal 'Unbeaten' di Ligue 1 Asalkan Bisa Tekuk Arsenal
Enrique jadi salah satu andalan di FC Barcelona, tapi dia sebenarnya pemain pindahan sang rival abadi, Real Madrid.
Pemain yang pindah dari Madrid ke Barcelona atau sebaliknya pasti disebut pengkhianat.
Pengkhianatan Enrique adalah salah satu pengkhianatan terbesar dalam sejarah rivalitas "El Clasico".
Baru semusim pindah, amarah fans Madrid pun makin menjadi, saat Enrique cetak gol kemudian merayakan sambil membentangkan dan mencium logo Barcelona di hadapan ultras Stadion Barnebeu.
Lima musim bersama El Real rupanya tidak meninggalkan kesan apapun baginya.
Bagi Enrique, kepindahannya adalah hal wajar karena kontrak tidak diperpanjang.
Jadi cara dia merayakan gol sama saat membobol gawang Barcelona musim 1995/1996
"Saya tidak peduli dengan apa yang dipikirkan orang. Adalah kebanggaan berseragam El Barca serta cetak gol di Bernabeu (markas Real Madrid)," katanya.
Dia pun jadi idola baru di rakyat Catalan karena totalitasnya di lapangan membela Barcelona, hingga akhiri karir tahun 2004.
Pemain kelahiran Gijon dan mengawali karirnya bersama Sporting Gijon ini membela Barcelona sejak tahun 1996.
Dia tetap berada di Barcelona melanjutkan karir sebagai pelatih Barcelona B.
Karir awalnya sebagai pelatih biasa-biasa saja tidak semoncer Josep "Pep" Guardiola. Tak ada gelar juara saat menangani AS Roma dan Celta.
Tak heran banyak yang meragukan ketika dia ditunjuk jadi manajer pelatih FC Barcelona tahun 2014.
Apalagi kebijakannya di awal jadi manajer sering melakukan rotasi dan memainkan pemain muda, yang ditentang pemain bintang Barcelona.
Tapi Enrique mengalah, suasana kamar ganti pun kembali kondusif.
Dia sukses meramu trio Messi-Neymar- Suarez jadi penyerang paling menakutkan di La Liga dan Liga Champions.
Secara statistik, Barcelona selama era Enrique lebih hebat dari era Guardiola. Cuma tiga musim di Barcelona, petualangannya berlanjut ke tim nasional Spanyol.
Pencapaian tertingginya jadi Runner Up UEFA Nations League. Dia gagal di semi final Piala Eropa 2020 dan 16 besar Piala Dunia 2022.
Tapi dia punya warisan, memanggil dan memainkan pemain muda tanpa pengalaman.
Enrique bahkan tidak memanggil bek Sergio Ramos atau kiper David De Gea.
Dia lebih memilih kiper Unai Simon dari Bilbao atau bek Villareal Pau Tores, serta gelandang 17 tahun Barcelona Pedri.
Ini kemudian jadi pertanyaan, apakah filosofi Enrique bisa berjalan saat ditunjuk jadi manajer Paris Saint Germain (PSG) musim 2023/2024.
Baca Juga: PSG Tekuk Arsenal, Luis Enrique: Kami Tunjukkan Mentalitas yang Sesungguhnya
PSG klub kaya pemiliknya tak akan segan mengeluarkan dana untuk membeli pemain paling hebat di dunia.
Lionel Messi, Neymar Junior, atau Kylian Mbappe sudah pernah didatangkan, tapi PSG cuma dapat gelar lokal saja, belum jadi juara Eropa. Enrique cuma disodori kontrak 2 tahun
Bagaimana Enrique mewujudkan itu? Musim pertamanya di PSG tanpa Messi dan Neymar, sementara Mbappe hatinya sudah di Real Madrid.
Bagikan perspektif Anda, sumbangkan wawasan dari keahlian Anda, dan berkontribusilah dalam memperkaya pemahaman pembaca kami.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.