Perempuan Berisiko Menjadi Korban Penipuan Keuangan, Mengapa Demikian?

Saras Bening Sumunar - Senin, 20 Oktober 2025
Perempuan korban penipuan
Perempuan korban penipuan Freepik

Parapuan.co Dalam era digital yang serba cepat dan canggih seperti sekarang, peluang untuk berkembang di dunia keuangan terbuka luas bagi semua orang.

Di balik kemudahan bertransaksi, investasi, hingga berbelanja online, tersimpan pula ancaman yang sering kali tidak disadari, yakni penipuan keuangan. Saat ini, penipuan kian halus dan sulit dibedakan dari aktivitas legal.

Terkait hal tersebut, perempuan justru lebih sering menjadi sasaran empuk dalam berbagai modus penipuan finansial. Fenomena ini bukan semata karena kurangnya pengetahuan, tetapi juga adanya faktor psikologis, sosial, dan kultural yang membuat perempuan lebih rentan terhadap tipu daya komunikasi persuasif dan emosional.

Mengapa perempuan lebih berisiko jadi sasaran penipuan keuangan

Melansir dari laman Nasdaqperempuan umumnya memiliki tingkat empati yang tinggi dan kecenderungan untuk mempercayai orang lain dalam konteks emosional.

Hal ini sering dimanfaatkan oleh pelaku kejahatan untuk menciptakan kedekatan personal sebelum melancarkan aksi penipuan, seperti melalui romance scam atau ajakan investasi oleh seseorang yang seolah-olah peduli.

Ketika kepercayaan terbentuk, pengawasan terhadap tanda-tanda manipulatif menjadi melemah, sehingga keputusan finansial kerap diambil berdasarkan rasa iba atau kasih, bukan analisis logis.

Lebih jauh lagi, faktor ketimpangan akan literasi keuangan juga bisa menjadi alasan lainnya.

Walaupun tingkat pendidikan perempuan terus meningkat, literasi keuangan di kalangan perempuan masih cenderung lebih rendah dibanding laki-laki, terutama di ranah investasi dan pengelolaan aset.

Baca Juga: Mengapa Perempuan Lebih Rentan Jadi Korban Penipuan Keuangan di Dunia Digital?