Surabaya, Sonora.ID - Dinamika kebijakan fiskal Amerika Serikat di bawah kepemimpinan presiden baru Donald Trump, perang yang berkepanjangan di beberapa negara dan maraknya efisiensi global serta pemutusan hubungan kerja (PHK) yang terjadi di mana-mana, sangat mempengaruhi kondisi perekonomian Indonesia.
Jawa Timur sebagai salah satu provinsi yang juga menjadi tolak ukur pertumbuhan ekonomi di daerah, mencatat angka 5,03 persen di Kuartal Ke-4 Tahun 2024. Hal ini terkuak dalam Rapat Pleno ALCo APBN KiTa Regional Jawa Timur s.d 31 Januari 2025, yang berlangsung secara hybrid (gabungan luring dan daring) di Surabaya 26 Februari 2025 lalu.
Kegiatan ini selain dihadiri oleh Perwakilian Menteri Keuangan di Jatim juga diikuti oleh local expert.
Berdasarkan informasi yang disampaikan dalam press release oleh Bidang Penyuluhan, Pelayanan, dan Hubungan Masyarakat Kantor Wilayah DJP Jawa Timur (P2 Humas Kanwil DJP Jatim) dijelaskan bahwa, dalam kegiatan tersebut disampaikan implementasi kebijakan fiskal regional Jatim sampai dengan Januari 2025 meliputi : perkembangan ekonomi regional Jatim, realisasi APBN di Jatim dan kinerja APBN Jatim.
Perkembangan ekonomi regional Jatim tercatat tetap tumbuh di Tri Wulan Ke-4 Tahun 2024 sebesar 5,03% (yoy).
Terjadi peningkatan aktivitas produksi maupun mobilitas masyarakat. Sisi permintaan didominasi oleh Komponen Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (PK-RT).
Sedangkan, pada sisi penawaran, Industri Pengolahan masih menjadi lapangan usaha utama yang berkontribusi besar terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Jatim.
Jawa Timur menjadi kontributor terbesar kedua terhadap perekonomian Pulau Jawa dan Nasional tahun 2024, yaitu masing-masing sebesar 25.23% dan 14.39%.
Sementara itu Tingkat inflasi year on year (yoy) di Jawa Timur menunjukkan perbaikan dan semakin terkendali. Inflasi Januari 2025 sebesar 1,06% (yoy).
Komoditas utama pendorong inflasi adalah daging ayam ras, minyak goreng, cabai rawit.
Demikian juga di kegiatan perdagangan internasional Jawa Timur per bulan Desember 2024 menunjukkan angka sebesar USD 2,10 Miliar untuk ekspor, sedangkan untuk impor sebesar USD 2,77 Miliar.