Sonora.ID - Usia remaja adalah tahapan perkembangan yang penting untuk membentuk kepribadian seorang anak. Pada usia ini pula, kemampuan berpikir mereka mulai lebih berkembang sehingga rentan membandingkan diri dengan orang lain. Interaksi dengan lingkungan pergaulan maupun eksplorasi berbagai pengalaman baru dapat membuat mereka merasa minder atau rendah diri.

Konselor DearAstrid, Frida Rufina, S.Psi mengatakan bahwa secara umum remaja adalah masa transisi menuju dewasa. Saat remaja, anak cenderung mengurangi komunikasi dengan orang tuanya karena anak lebih banyak menghabiskan waktunya bersama teman sebayanya. Hal inilah yang membuat kebanyakan remaja sering membanding-bandingkan dirinya dengan temannya.

“Remaja itu adalah masa transisi yang mana mempersiapkan ke masa dewasa, jadi untuk tugas perkembangannya berarti remaja itu harus bisa mulai mandiri, mulai berkurang interaksi dengan keluarga dan lebih berarah dengan teman sebaya,“ kata Konselor DearAstrid, Frida Rufina, S.Psi, Kamis (24/4/2025).

“Secara umum remaja itu memang fase dimana dia itu sedang aktif-aktifnya dengan teman, jadi lebih mudah membandingkan diri dengan temannya. Jadi masa remaja ini, masa dimana dia mengeksplore, mencari jati diri, mencari identitasnya,“ tambahnya.

Minder ini berkaitan dengan Self-Esteem. Disampaikan Frida, Self-Esteem adalah harga diri, ini menggambarkan pandangan atau nilai seseorang terhadap dirinya sendiri.

Jika remaja memiliki Self-Esteem yang bagus, mereka bisa lebih percaya dengan diri sendiri, mencintai diri, menghargai diri, dan menerima kekurangan dan kelebihan diri sendiri. Namun jika remaja memiliki Self-Esteem yang kurang atau Low Self-Esteem, maka mereka cenderung menjadi minder, merasa banyak kekurangan di dalam dirinya.

“Minder itu dikaitkan sama Self-Esteem atau harga diri. Self-Esteem itu kaitannya dengan bagaimana dia menilai diri sendiri. Ketika berinteraksi dengan temannya, secara nggak langsung kan dia pasti membandingkan. Nah dari membandingkan itu, dia lihat kelebihan diri sendiri, kekurangan diri sendiri, terus temannya kelebihannya gimana, kekurangannya gimana, nah itu yang bisa menjadikan minder, “ kata dia.

“Kalau Self-Esteem yang bagus berarti anak sadar akan kelebihan dan kekurangan. Dia tahu kalau kelebihan itu harus dikembangkan, tapi tidak sombong. Kalau dengan kekurangan, nggak sampai membuat dia terpuruk. Terus dia berani mengambil resiko, karena dia tahu dia punya value, dia punya nilai. Lalu kalau ada masalah, dia juga bisa mengatasi masalah itu. Terkait dengan boundaries, karena saya berharga, jadi saya tidak akan mudah diinjak-injak oleh orang lain. Sebaliknya kalau Low Self-Esteem, dia minder, terus terkait dengan boundaries ini, dia mudah ditabrak, jadi hak yang seharusnya dia terima itu, dia tidak dapat, karena diserobot oleh orang lain misalnya,“ jelasnya. 

Menurut Frida, memiliki Self-Esteem yang rendah lebih memungkinkan remaja mengalami gangguan suasana hati seperti mudah cemas dan ketika menghadapi permasalahan ada kecenderungan mereka mudah menyerah. Kemudian remaja dengan Low Self-Esteem cenderung berperilaku negatif, hal itu menjadi alasan tidak langsung remaja kerap dicap nakal. 

“Terus juga dia jadi mudah cemas, mudah khawatir, ketika menghadapi permasalahan itu dia seperti kalah sebelum bertarung, gampang menyerah,“ terang Frida.