Advertorial

LG Keluar Konsorsium Baterai EV, Menperin: Target dan Jadwal Pengurangan Emisi Karbon Tidak Terpengaruh

Kompas.com - 24/04/2025, 20:48 WIB

KOMPAS.com - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) konsisten mendukung percepatan pengembangan ekosistem kendaraan listrik di Indonesia, termasuk dalam mendorong produksi baterai kendaraan listrik.

Seperti diketahui, populasi kendaraan listrik di Indonesia setiap tahun mengalami peningkatan. Pada 2024, total populasi kendaraan listrik di Indonesia mencapai 207.000 unit. Jumlah ini meningkat 78 persen ketimbang tahun sebelumnya yang hanya 116.000 unit.

Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita menjelaskan, perkembangan ekosistem kendaraan listrik di Indonesia ini semakin tumbuh seiring kapasitas yang jauh melampaui perkembangan pasar.

“Peningkatan tersebut didorong berbagai kebijakan strategis dari pemerintah, termasuk memberikan kepastian dan kemudahan usaha, penyusunan roadmap, serta pengoptimalan tingkat komponen dalam negeri (TKDN),” kata Menperin dalam siaran tertulis yang diterima Kompas.com, Kamis (24/4/2025).

Kemenperin, lanjutnya, menargetkan industri otomotif dalam negeri dapat memproduksi 9 juta unit sepeda motor listrik roda dua dan tiga serta 600.000 unit mobil dan bus listrik pada 2030.

Target tersebut diharapkan dapat berkontribusi terhadap pengurangan konsumsi bahan bakar minyak (BBM) 21,65 juta barrel atau setara pengurangan emisi CO2 sebanyak 7,9 juta ton secara total.

Hingga saat ini, terdapat 63 perusahaan yang memproduksi sepeda motor listrik roda dua dan tiga di Indonesia. Adapun jumlah kapasitas produksinya 2,28 juta unit per tahun dengan total investasi Rp 1,13 triliun.

Kemudian, terdapat sembilan perusahaan yang memproduksi mobil listrik dengan jumlah kapasitas produksi 70.060 unit per tahun dan investasi Rp 4,12 triliun.

Terdapat pula tujuh perusahaan yang memproduksi bus listrik dengan jumlah kapasitas produksi 3.100 unit per tahun dan total investasi sebesar Rp 0,38 triliun.

“Jadi, keseluruhan investasi tersebut Rp 5,63 triliun. Investasi ini perlu kami jaga karena membawa multiplier effect bagi perekonomian kita, termasuk pada peningkatan jumlah tenaga kerja di Indonesia,” ungkapnya.

Menperin mengimbau agar publik tak perlu khawatir terkait mundurnya LG Energy Solution dari investasi proyek kendaraan listrik (EV) di Indonesia. Pasalnya, kini terdapat mitra investasi baru dari perusahaan Tiongkok, yakni Huayou.

Perusahaan yang berkantor pusat di Tongxiang Zhejiang itu bergerak dalam kegiatan penelitian, pengembangan, manufaktur material baterai lithium-ion energi, serta material kobalt. Komponen ini biasanya digunakan mulai elektronik hingga kendaraan listrik.

Menperin menilai, pergantian investor merupakan hal yang lazim terjadi dalam konsorsium bisnis atau proyek skala besar. Ini tidak mengganggu target program pengembangan EV di Indonesia.

“Akselerasi pengembangan ekosistem kendaraan listrik di Indonesia tetap berjalan sesuai rencana dan target, apalagi sudah ada yang berproduksi,” tutur Menperin.

Saat ini, sudah ada dua perusahaan yang memproduksi baterai untuk motor listrik, yaitu PT Industri Ion Energisindo dan PT Energi Selalu Baru. PT Industri Ion Energisindo memiliki kapasitas produksi 10.000 paks baterai per tahun dan investasi Rp 18 miliar.

Sementara itu, PT Energi Selalu Baru memiliki kapasitas produksi sebanyak 12.000 pak baterai per tahun dan investasi sebesar Rp 15 miliar.

Selain itu, terdapat dua industri baterai sel untuk mobil listrik, yaitu PT HLI Green Power dan PT International Chemical Industry.

PT HLI Green Power merupakan konsorsium antara Hyundai Grup dan LG sebagai produsen sel baterai dengan kapasitas tahap pertama sebanyak 10 GWh. Total investasi perusahaan ini 1,1 miliar dollar AS.

Industri sel baterai tersebut akan memasok 150.000 hingga 170.000 unit kendaraan bermotor listrik melalui PT Hyundai Energy Indonesia. Perusahaan ini memiliki kapasitas produksi mencapai 120.000 pak baterai kendaraan bermotor listrik dengan total investasi sebesar Rp 674 miliar.

Sementara itu, PT International Chemical Industry memiliki kapasitas produksi mencapai 100 MWh per tahun atau setara dengan 9 juta sel. Perusahaan ini menargetkan total kapasitas produksi 256 MWh per tahun atau setara dengan 25 juta sel.

Selain PT Hyundai Energy Indonesia, terdapat produsen baterai paks lainnya, yaitu PT Gotion Green Energy Solutions Indonesia. Perusahaan ini memiliki nilai investasi lebih dari 8,7 juta dollar AS dengan kapasitas produksi 17.952 unit per tahun.

Sejalan dengan kebijakan hilirisasi

Kemenperin melanjutkan, pengembangan ekosistem kendaraan listrik di Indonesia sejalan dengan kebijakan hilirisasi yang menjadi program prioritas pemerintahan Presiden Prabowo Subianto.

“Semangat tersebut sesuai misi Asta Cita Presiden, yakni melanjutkan hilirisasi dan industrialisasi untuk meningkatkan nilai tambah di dalam negeri,” imbuh Menperin.

Kemenperin juga telah memacu hilirisasi nikel untuk produksi baterai kendaraan listrik. Inisiatif ini dilakukan untuk menciptakan nilai tambah dari sumber daya alam Indonesia, khususnya nikel.

Kebijakan tersebut diharapkan dapat membuat industri baterai EV nasional lebih mandiri dan kompetitif. Dengan demikian, tidak lagi bergantung pada impor.

Menperin Agus Gumiwang. DOK. Kemenperin Menperin Agus Gumiwang.

Bahkan, Kemenperin turut mendorong pengembangan teknologi daur ulang baterai untuk mendukung terciptanya ekosistem baterai kendaraan listrik secara terintegrasi. Hal ini bertujuan untuk memastikan keberlanjutan industri baterai kendaraan listrik di Indonesia.

“Kami ingin memastikan adanya integrasi industri baterai EV dari hulu (pengolahan nikel) hingga hilir (produksi baterai), termasuk dalam pengembangan teknologi daur ulang,” tuturnya.

Sesuai amanat Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2019 tentang Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (Battery Electric Vehicle) untuk Transportasi Jalan, pemerintah juga memberikan insentif, baik kepada konsumen maupun industri manufaktur.

Insentif kepada konsumen, antara lain PPnBM 0 persen dan PPN DTP, BBN dan PKB KBLBB 0 persen dari dasar pengenaan pajak, suku bunga yang rendah dan uang muka 0 persen, diskon tambah daya listrik, serta pelat nomor khusus.

Sementara itu, insentif kepada industri manufaktur, meliputi tax holidaymini tax holidaytax allowance, fasilitas Bea Masuk (Master List), BMDTP, dan Super Tax Deduction. “Dengan adanya sejumlah insentif ini untuk produsen, diharapkan akan memicu produksi berbagai jenis kendaraan listrik di Indonesia, sehingga juga terciptanya ekosistem yang kuat dan berdaya saing,” ujar Agus.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau