Advertorial

Dokter Spesialis Rekomendasikan Air Minum Terdistilasi, Ini Alasannya

Kompas.com - 19/05/2025, 13:14 WIB

KOMPAS.com - Ginjal memiliki fungsi yang sangat penting bagi tubuh manusia. Salah satunya, menyaring limbah dan racun dari darah manusia.

Dokter Spesialis Penyakit Dalam dr Luh Putu Swastiyani menjelaskan, ginjal juga berperan menjaga keseimbangan elektrolit, tekanan darah, serta memproduksi hormon yang penting bagi kesehatan. Oleh karena itu, menjaga kesehatan ginjal sangat penting.

“Kerusakan ginjal memberi dampak kesehatan serius bagi organ tubuh lain, seperti jantung, hati, bahkan otak,” tutur dr Luh dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Rabu (7/5/2025).

Untuk menjaga kesehatan ginjal, dr Luh menyarankan masyarakat mengonsumsi makanan bergizi dan kaya serat, seperti sayuran dan buah-buahan. Selain itu, hindari konsumsi garam berlebihan serta makanan olahan yang terkontaminasi zat-zat kimia.

Tak kalah penting, pastikan tubuh tetap terhidrasi dengan air minum yang berkualitas. Salah satu jenis air yang direkomendasikan adalah air terdistilasi.

Dokter Luh memaparkan, air yang telah melalui proses distilasi dapat menghilangkan banyak kontaminan, termasuk logam berbahaya dan bahan kimia.

Selain itu, air hasil distilasi, seperti Amidis, juga memiliki kadar mineral anorganik dan kontaminan yang sangat rendah, bahkan mencapai 0 parts per million (ppm).

“Artinya, air ini bebas dari unsur-unsur berbahaya,” tuturnya. 

Dalam proses distilasi, lanjut dr Luh, tahap pemasakan dan pemurnian sangat penting untuk membersihkan air dari mineral, bakteri, partikel-partikel berbahaya, dan virus. Dengan demikian, air yang dihasilkan bebas dari unsur berbahaya, seperti timbal (Pb), besi teroksidasi, merkuri, arsenik, dan aluminium yang dapat merusak kesehatan.

Air murni yang dihasilkan melalui proses distilasi pada suhu 110 derajat Celsius lebih aman untuk dikonsumsi karena dapat membantu mengoptimalkan fungsi ginjal dalam tubuh.

“Proses distilasi menjadikan air lebih murni dan aman untuk dikonsumsi, terutama bagi ginjal yang membutuhkan cairan bersih tanpa beban tambahan,” tutur dr Luh.

Penjelasan dr Luh sejalan dengan laporan dalam jurnal berjudul Hydration and Kidney Health yang diterbitkan oleh Nutrients pada 2020. Jurnal ini menekankan pentingnya menjaga keseimbangan hidrasi dan menjelaskan dampak jangka panjang dehidrasi terhadap fungsi ginjal.

Amidis 15 liter dan Amidis 220 mililiter DOK. Amidis Amidis 15 liter dan Amidis 220 mililiter

Dalam laporan itu, disebutkan bahwa dehidrasi kronis dapat menyebabkan hiperfiltrasi ginjal dan mempercepat penurunan fungsi ginjal. Oleh karena itu, masyarakat dianjurkan untuk mengonsumsi air minum tanpa tambahan gula ataupun zat aditif.

Jurnal tersebut juga menyebutkan bahwa air murni lebih disarankan dibandingkan minuman manis atau berkafein, yang berpotensi mengganggu kesehatan ginjal dalam jangka panjang.

Dokter Luh juga mengingatkan pentingnya memenuhi kebutuhan cairan tubuh dengan memilih air murni hasil distilasi, seperti Amidis, guna mendukung kesehatan ginjal. Selain itu, masyarakat juga dianjurkan untuk memeriksakan kesehatan secara berkala agar dapat mengetahui kondisi tubuh secara menyeluruh dan mencegah gangguan sejak dini.

“Jangan lupa untuk melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala untuk mendeteksi masalah ginjal lebih awal,” ujar dr Luh.

Sebagai informasi, Amidis tersedia dalam kemasan galon sekali pakai berukuran 15 liter yang praktis untuk dikonsumsi rutin setiap hari. Berkat desainnya yang antitumpah, galon ini juga cocok untuk dibawa saat beraktivitas di luar ruangan bersama orang-orang terkasih.

Selain galon, Amidis juga tersedia dalam kemasan botol berukuran 220 mililiter (ml) yang ringan dan minimalis. Ukurannya yang praktis menjadikannya pilihan ideal bagi konsumen yang ingin menyimpan minuman di dalam tas untuk aktivitas sehari-hari.

Saat ini, produk Amidis dapat ditemukan di Alfamidi dan toko-toko terdekat di berbagai kota di Indonesia. Untuk informasi lebih lengkap, Anda dapat mengunjungi akun resmi @amidisIndonesia di Instagram dan TikTok.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau