Fokus adalah keterampilan yang semakin langka di zaman ini.
Fokus sering kali disematkan dengan hal-hal akademis dan riset.
Misalnya adalah para pengamat politik yang memiliki fokus penelitian pada kondisi politik suatu bangsa.
Mereka memfokuskan diri pada pengumpulan data, pengkajian mendalam, dan mengawal praktik politik yang dijalankan suatu pemerintahan.
Namun, apakah fokus terbatas itu saja? Apa itu fokus sebenarnya? Bagaimana fokus itu tetap relevan di zaman ini?
Dalam buku Deep Work-Kesungguhan Kerja: Cara Berhasil Fokus di Dunia yang Ramai & Penuh Gangguan, Cal Newport mengulas pentingnya merebut kembali keterampilan fokus.
Dengan memiliki ‘fokus’, seseorang mampu menerapkan ‘Deep Work’ atau ‘Kesungguhan Kerja’, yang menjadi keterampilan berharga baik untuk masa kini maupun untuk zaman mendatang.
Deep Work menjadi gagasan dan metode penting yang didalami Cal Newport.
Newport mengamati dan mengalami sendiri bagaimana perubahan zaman banyak menuntut dirinya.
Meskipun kemajuan teknologi banyak membantu aktivitas manusia di banyak bidang pekerjaan, manusia sesungguhnya dihadapkan pada masalah tersembunyi di balik kemudahan-kemudahan tersebut.
Salah satu masalah utama itu adalah tuntutan berjejaring (networking).
Di era industri ekonomi, Newport menggambarkan bagaimana pekerjaan profesional yang menuntut kesungguhan kerja (Deep Work) hanya sedikit jumlahnya.
Pekerjaan-pekerjaan pada masa itu dapat diselesaikan dengan baik tanpa menuntut fokus dan kelihaian menangkal distraksi.
Akan tetapi, ketika zaman beralih pada ekonomi informasi yang ditandai dengan masuknya internet, balas-membalas surel, dan maraknya media sosial sebagai kehadiran seseorang di dunia maya, pekerjaan intelektual yang menuntut Deep Work semakin tinggi.
Sayangnya, sebagian besar orang belum sepenuhnya sadar terhadap fenomena ini.
Dalam testimoninya, Jason Benn bahkan mengungkapkan, “Aku selalu terhubung dengan internet dan mengecek surel. Aku sulit menahan diri untuk itu.”
Mungkin itu tidak hanya dialami oleh seorang pengembang program yang bisa dibilang moncer ini.
Kita pun sebagai orang yang biasa dan masih berjuang untuk sukses sering kali terjebak di situasi yang sama.
Itulah mengapa, Newport mendalami pentingnya memiliki kemampuan Deep Work yang memiliki unsur fokus dalam kerja, sebagai gagasan utama dalam buku Deep Work.
Menurutnya, Deep Work adalah keterampilan penting di kompetisi global dunia ekonomi informasi.
Jika kita serius memahami, melatih, dan mengembangkan keterampilan ini, kita akan menghasilkan karya orisinal yang memukau dan dapat mengubah dunia.
Dari Menara Bollingen Menuju Deep Work
Pembahasan dalam buku Deep Work diawali dengan penjelasan Menara Bollingen Carl Jung.
Cal Newport mendapat inspirasi mengenai Deep Work dari kisah Carl Jung yang membangun tempat pengasingan untuk tempatnya fokus bekerja.
Menara yang dimaksud Newport adalah rumah batu dua lantai yang dibangun di Bollingen, Swiss.
Psikiater Carl Jung membangun tempat tersebut bukan tanpa tujuan.
Sebagai cendekiawan, Carl Jung memiliki gagasan yang menentang Sigmund Freud, tokoh yang sudah cukup terkenal dan mendapat kredibilitas publik terkait gagasan-gagasan ilmiahnya.
Untuk tujuan itulah, Jung perlu menyibukkan diri dengan riset-riset mendalam yang penting untuk menguatkan argumennya.
Jung setiap hari ke Bollingen bukan untuk melarikan diri, tetapi untuk mengasah riset dan gagasannya.
Ia bahkan membangun rutinitas hariannya: bangun pukul 7 pagi; 2 jam menulis; meditasi atau berjalan-jalan di pedesaan setiap sore; dan mengusahakan tidur 10 jam.
Keberhasilan di bidang yang menuntut kemampuan kognitif seperti yang dilakukan Jung sangat bergantung pada Deep Work atau kesungguhan kerja.
Bahkan, penelitian-penelitian psikologi dan neurosains mutakhir mendukung kebiasaan Deep Work.
Bagaimanapun tekanan mental dalam bekerja ternyata memiliki fungsi penting untuk meningkatkan kemampuan seseorang.
Tekanan mental inilah yang diterapkan dalam konsep dan metode Deep Work, istilah yang dikembangkan dan diciptakan oleh Cal Newport sendiri.
Newport mendefinisikan Deep Work sebagai aktivitas profesional yang dilakukan pada keadaan konsentrasi bebas gangguan.
Deep Work juga mendorong kemampuan kognitif seseorang hingga mencapai potensi maksimalnya.
Dengan begitu, Deep Work dapat menambah nilai-nilai baru pada seseorang yang mengusahakannya dan tentunya dapat meningkatkan tingkat kemahirannya yang mungkin sulit dicapai orang lain.
Newport menekankan bahwa Deep Work dibutuhkan untuk memeras setiap tetes nilai terakhir dari kapasitas intelektual seseorang sehingga ia dapat terus bertumbuh dan berkembang.
Newport juga memahami bahwa Deep Work sulit bisa dijadikan sebuah kebiasaan atau poros kehidupan seseorang, tetapi ini adalah hal krusial yang dibutuhkan dunia saat ini.
Baca buku sepuasnya di Gramedia Digital Premium
Ada banyak orang yang sadar atau tidak sadar telah mempraktikkan kebiasaan ini.
Michel de Montaigne, misalnya, menerapkan metode Jung dengan bekerja di perpustakaan.
Mark Twain menulis karyanya di sebuah properti di Quarry Farm, New York.
Woody Allen penulis dan sutradara film yang menerima 23 nominasi juga melakukannya.
Selain itu, ada juga Peter Higgs yang melakukan isolasi dan terhindar dari wartawan.
Sebagai fisikawan, ia melakukan pekerjaan ilmiahnya secara tertutup atau mengisolasi diri.
Ia baru muncul ketika penyerahan nobel penghargaan yang diraihnya.
JK Rowling sering absen dari media sosial selama menulis novel, padahal teknologi sedang berkembang-berkembangnya.
Ketika mengerjakan The Casual Vaccancy, asisten Rowling memulai akun Twitter, meski prioritas utamanya adalah menulis.
CEO Microsoft Bill Gates mempunyai ‘minggu berpikir’ dua kali dalam setahun dengan mengurung diri di vila tepi danau hanya untuk membaca dan berpikir.
Neal Stephenson, penulis Cyberpunk tidak aktif di dunia maya, meskipun dia membantu kita membentuk konsepsi populer tentang era internet.
Segelintir orang yang mendedikasikan diri untuk bekerja secara sungguh-sungguh dan merebut kembali fokus, telah merasakan manfaat dan menikmati hasilnya.
Fakta penting dari Deep Work dan fokus ini sering tidak disadari atau bahkan diabaikan oleh pekerja intelektual modern.
Mereka melupakan konsep Deep Work karena berkembangnya sarana berjejaring (net work tools) yang memecah belah perhatian sebagian besar pekerja intelektual.
Situasi ini mendorong munculnya Shallow Work (Kerja Sembarangan).
Era sarana berjejaring ini ditandai dengan terus-menerus sibuk membalas email dan kerap kali istirahat untuk mengalihkan perhatian.
Hal yang menyedihkannya adalah aktivitas-aktivitas yang seharusnya dilakukan dengan kesungguhan kerja atau Deep Work seperti membuat strategi bisnis atau pembuatan proposal, justru terbagi-bagi fokusnya sehingga hasilnya berkualitas rendah.
Pergeseran budaya menuju kerja sembarangan ini sulit dibendung dan diubah.
Dalam Deep Work, seorang jurnalis Nicholas Carr sampai berkomentar, “Semakin Anda meluangkan waktu untuk kerja sembarangan, hal itu secara permanen mengurangi kapasitas Anda untuk bekerja sungguh-sungguh... sepertinya internet memangkas kemampuanku berkonsentrasi dan kontemplasi.”
Ia sendiri menuliskan gagasan-gagasannya menjadi buku The Shallows yang meneliti efek internet pada otak dan kebiasaan kerja.
Bahkan, ada banyak buku dari pemikir lain yang membahas tema ini.
Gagasannya sama: sarana berjejaring mengganggu kita dari pekerjaan yang membutuhkan konsentrasi tanpa putus dan secara bersamaan menurunkan kapasitas untuk tetap fokus.
Merebut Kembali Harta Berharga
Bagi Newport, kesungguhan kerja adalah keterampilan yang memiliki nilai tinggi saat ini.
Keterampilan ini penting untuk menjaga kita untuk tetap berdaya guna dan tidak tertinggal dengan kemampuan teknologi.
Cal Newport bahkan sampai melakukan pemadatan jadwal dengan berusaha keras meminimalkan hal remeh-temeh dalam hidupnya sambil memastikan hasil maksimal dari waktu yang digunakan.
Di samping manfaat pada pekerjaannya, komitmen pada Deep Work memberikan manfaat nonprofesional.
Kebiasaan ini memungkinkannya untuk meluangkan waktu untuk keluarga dan membaca buku.
Newport bahkan mengakui bahwa dengan kebiasaan ini, ia dapat mengenalikan banyak distraksi dalam hidupnya dan mengurangi kegelisahan yang tampaknya kian merasuki kehidupan sehari-hari banyak orang.
Dalam buku Deep Work, Newport mengungkapkan, “Aku mengeliminasi hal-hal remeh tanpa ampun serta dengan susah payah menumbuhkan intensitas kesungguhan kerja... Aku nyaman merasa bosan dan secara mengejutkan ini bisa menjadi keterampilan yang menguntungkan.”
Buku ini menjelaskan ketertarikan Newport sebagai penulis terhadap kesungguhan kerja dan merinci jenis strategi yang telah membantunya mengusahakan kebiasaan itu.
Melalui buku ini, ia ingin membantu orang-orang yang ingin hidup berporos pada metode kesungguhan kerja atau Deep Work, di samping mengembangkan praktiknya sendiri untuk mencapai potensi maksimal dan menghasilkan kualitas.
Buku Deep Work mendorong kita untuk membangun menara Bollingen kita masing-masing dan meyakini bahwa hidup yang bersungguh-sungguh adalah kehidupan yang baik.
Buku ini wajib dibaca oleh siapa pun, khususnya para pekerja profesional yang bergelut di pekerjaan intelektual dan menuntut fokus.
Jika selama ini kita meragukan atau mengabaikan peran fokus dan kesungguhan kerja, buku ini bisa memurnikan kembali peran penting elemen-elemen itu bagi hidup kita.
Dengan begitu, kita semakin yakin dan berani untuk mengusahakan bahkan sampai berusaha merebut kembali ‘fokus’ yang sering kali kita biarkan direnggut oleh banyak distraksi.
Harapannya, setelah membaca buku ini, kita diingatkan betapa berharganya hidup fokus dan kesungguhan kerja sehingga kita memeluk erat dan menjadikannya bagian dari hidup kita.
Mari bersungguh-sungguh dan terus berlatih fokus!
Buku Deep Work ini bisa dipesan secara online di Gramedia.com.