Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pentingnya Membangun Personal Branding di Era Digital

Kompas.com - 26/05/2025, 12:00 WIB
Buku From Zero to Survive Sumber Gambar: Dok. Elex Media Komputindo Buku From Zero to Survive
Rujukan artikel ini:
From Zero to Survive: Seni…
Pengarang: Theo Derick
|
Editor Ratih Widiastuty

Dalam buku From Zero to Survive, Theo Derick menekankan pentingnya personal branding di era digital seperti sekarang.

Ketika berbicara tentang personal branding, topik ini tidak lagi sekadar relevan bagi mereka yang sedang membutuhkan penghasilan tambahan atau baru memulai karier.

Personal branding telah menjadi kebutuhan strategis, baik bagi individu yang sedang merintis maupun mereka yang telah berada di puncak kesuksesan.

Beberapa tokoh besar seperti Bong Chandra, Andrew Susanto, Hermanto Tanoko, Grace Tahir, dan Putri Tanjung merupakan contoh nyata dari keberhasilan membangun personal branding dengan luar biasa.

Rasanya kalau mereka masih butuh pendapatan tambahan seperti tidak relevan.

Namun, mereka tetap menggarap personal branding secara serius.

Di era digital ini, seseorang dikenal bukan semata-mata karena yang paling hebat atau memiliki produk terbaik, tetapi karena memiliki online presence yang kuat dan konsisten membangun citra diri.

Bahkan jika suatu produk tidak berada di peringkat teratas dari segi kualitas, ia tetap memiliki peluang besar untuk laku di pasaran selama publik mengetahui keberadaannya, kisah di balik brand tersebut, serta siapa sosok di baliknya.

Inilah kekuatan dari personal branding.

Lebih jauh, personal branding membuka banyak peluang, selama individu tersebut memiliki nilai (value) yang ditawarkan.

Orang akan datang karena melihat adanya manfaat dan value yang bisa diberikan.

Memang benar bahwa menjadi seorang influencer dapat menghasilkan penghasilan yang besar.

Namun, pertanyaannya adalah: apakah hal tersebut bersifat berkelanjutan? Apakah dapat menjadi sumber pendapatan jangka panjang? Di sinilah kita perlu memikirkan pentingnya membangun personal branding.

Sering kali muncul persepsi bahwa penampilan fisik adalah segalanya.

Memang benar, dalam beberapa konteks, terutama di dunia hiburan, penampilan memiliki pengaruh tertentu.

Namun, banyak individu yang sukses dengan mengoptimalkan kemampuan dan keunggulan mereka tanpa harus memiliki “beauty privilege.”

Banyak pula yang naik ke permukaan melalui kekuatan cerita (storytelling), narasi suara (voice over), atau tulisan yang menggugah.

Walau membutuhkan usaha lebih, kesuksesan tetap bisa diraih.

Tidak ada yang dapat memprediksi siapa yang akan menyukai konten yang dibagikan.

Namun, selalu akan ada audiens selama individu tersebut tampil konsisten, memiliki nilai, memberi dampak, dan tampil autentik.

Inilah alasan mengapa personal branding menjadi sangat penting di zaman sekarang.

Personal Branding Era Digital Menurut Theo Derick

Selama dua tahun terakhir, konsistensi Theo Derick dalam membangun personal branding melalui konten digital telah membentuk ekosistem yang mendukung perkembangan bisnisnya secara keseluruhan.

Dari perjalanan tersebut, dia menemukan dua hal krusial dalam personal branding, terutama bagi siapa pun yang ingin naik ke level berikutnya atau mempertahankan keberlangsungan bisnis dalam jangka panjang.

Pertama, personal branding dapat membuka akses.

Baca buku sepuasnya di Gramedia Digital Premium

Dengan personal branding yang kuat, akses ke berbagai pihak menjadi lebih mudah, baik dari bawah ke atas, maupun sebaliknya.

Misalnya, dalam mengundang narasumber untuk sebuah acara, komunikasi bisa langsung dilakukan secara informal, tanpa proses panjang.

Personal branding menyederhanakan banyak hal—mulai dari bisnis, kolaborasi, hingga networking.

Bagi para pelaku usaha yang merintis dari nol, akses ke tokoh yang lebih berpengalaman dan memiliki sumber daya sangatlah penting.

Namun, bahkan bagi mereka yang sudah berada di puncak, personal branding tetap dibutuhkan untuk menjaga relevansi.

Seorang triliuner sekalipun membutuhkan strategi agar bisnisnya bertahan lintas generasi, dan salah satunya adalah dengan tetap terhubung dengan figur-figur yang sedang berpengaruh di zamannya.

Kedua, personal branding menghadirkan aset tak berwujud (intangible asset) berupa integritas, rekam jejak, dan kepercayaan.

Semakin lama seseorang membangun citra positif secara konsisten dan lurus, semakin banyak pula pihak yang menaruh kepercayaan.

Kepercayaan ini secara alami akan membuka berbagai peluang baru yang sebelumnya mungkin tidak terbayangkan.

Sering kali muncul pertanyaan, “Jika sebuah perusahaan telah memiliki branding yang kuat, mengapa pendirinya masih perlu membangun personal branding?” Jawabannya terletak pada satu kata: persona.

Pada akhirnya, branding perusahaan dan personal branding akan bertemu di satu titik yaitu persona.

Persona inilah yang menjembatani koneksi antara brand dan audiens.

Banyak perusahaan besar pun kini lebih memilih bekerja sama dengan individu yang memiliki personal branding kuat sebagai representasi dari brand mereka.

Personal branding memiliki peran penting tidak hanya dalam konteks bisnis, namun juga dalam kehidupan sehari-hari.

Sebagai contoh, Theo Derick punya bisnis penyewaan ruang untuk keperluan pameran di mal dan gedung perkantoran.

Awalnya bisnisnya sangat sulit untuk dapat masuk ke mal-mal besar.

Meski memiliki modal yang cukup besar, belum tentu proposal disetujui oleh pihak manajemen.

Namun kini, setelah personal branding-nya dikenal di berbagai kalangan, justru para manajer mal yang aktif mengundangnya untuk bekerja sama.

Bahkan, pernah ada pemilik mal yang menonton podcast-nya dan langsung menghubungi Theo untuk mengadakan acara di lokasi mereka.

Dampaknya sangat signifikan terhadap peningkatan pendapatan perusahaan.

Kesimpulannya, personal branding bukan sekadar soal popularitas, viralitas, atau jumlah pengikut di media sosial.

Personal branding adalah tentang membangun kepercayaan, membuka akses, dan menciptakan peluang-peluang yang mungkin tidak terbayangkan sebelumnya.

Membangun personal branding berarti membuka pintu rezeki, membagikan keberkahan, dan memberi dampak lebih luas ke banyak orang.

Bagi kamu yang mau belajar personal branding dan tip-tip bisnis menarik lainnya secara lebih lengkap dan komprehensif, kamu bisa baca bukunya Theo Derick berjudul From Zero to Survive.

Buku tersebut tersedia di toko Gramedia, Gramedia.com, dan e-commerce.

Rekomendasi Buku Terkait

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau