| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.904.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.295   -10,00   -0,06%
  • IDX 7.113   44,39   0,63%
  • KOMPAS100 1.038   7,95   0,77%
  • LQ45 802   5,08   0,64%
  • ISSI 229   1,99   0,87%
  • IDX30 417   1,49   0,36%
  • IDXHIDIV20 489   1,52   0,31%
  • IDX80 117   0,66   0,57%
  • IDXV30 119   -0,75   -0,63%
  • IDXQ30 135   0,08   0,06%

Ekonomi Melemah, Harga Saham Ritel Ikut Merosot


Minggu, 08 Juni 2025 / 17:37 WIB
Ekonomi Melemah, Harga Saham Ritel Ikut Merosot
ILUSTRASI. ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto/nym. . Saham-saham sektor ritel masih berada di bawah tekanan sepanjang tahun ini, mencerminkan dampak dari kondisi ekonomi yang melemah


Reporter: Rashif Usman | Editor: Tri Sulistiowati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Saham-saham sektor ritel masih berada di bawah tekanan sepanjang tahun ini, mencerminkan dampak dari kondisi ekonomi yang melemah. Sejumlah emiten mencatat penurunan harga saham yang cukup dalam secara tahun berjalan atau year to date (ytd).

Contohnya, saham PT MAP Aktif Adiperkasa Tbk (MAPA) tercatat turun 34,58% ytd ke level Rp 700 per saham. PT Ace Hardware Indonesia Tbk (ACES) juga mengalami koreksi tajam sebesar 32,28% ytd, menjadi Rp 535 per saham. Saham PT Hero Supermarket Tbk (HERO) melemah 21,42% ytd dan kini diperdagangkan di level Rp 444 per saham.

Sementara itu, PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT) mengalami penurunan sebesar 10,88% ytd ke posisi Rp 2.540. Adapun saham PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI) melemah 10,64% ytd ke level Rp 1.260 per saham.

Analis sekaligus VP Marketing, Strategy and Planning Kiwoom Sekuritas, Oktavianus Audi, menilai bahwa tekanan pada saham emiten ritel saat ini mencerminkan kombinasi beberapa faktor utama.

Baca Juga: Harga Saham Sido Muncul (SIDO) Tengah Tertekan, Masih Layak Koleksi?

Pertama, terdapat kekhawatiran terhadap berlanjutnya penurunan daya beli masyarakat. Sejak awal 2025, Indonesia telah mengalami deflasi bulanan sebanyak tiga kali pada Januari, Februari, dan Mei.

Kedua, tekanan struktural juga terlihat dari menyusutnya kelompok kelas menengah. Pada 2024, jumlah kelas menengah tercatat hanya 47,85 juta orang atau 17,13% dari populasi, turun dari 21,5% pada 2019. Fenomena ini mencerminkan pelemahan daya dukung konsumsi domestik.

Ketiga, indikator ekonomi makro pada kuartal I-2025 juga menunjukkan perlambatan. Produk domestik bruto (PDB) tumbuh 4,87% secara tahunan (yoy), melambat dari 5,02% yoy pada kuartal IV-2024. Sementara itu, nilai tukar rupiah terdepresiasi sekitar 2,4% terhadap dolar Amerika Serikat (AS)

Kondisi ini berdampak negatif terhadap saham sektor ritel, yang kini menghadapi beberapa sentimen negatif, seperti adanya perlambatan kinerja keuangan, meskipun kuartal I-2025 bertepatan dengan momen Lebaran. 

"Pendapatan emiten ritel menunjukkan tren pertumbuhan lebih rendah dalam dua tahun terakhir," kata Audi kepada Kontan, Minggu (8/6).

Kemudian, ada beban rotasi sektoral yang terjadi karena investor mengalihkan portofolio mereka ke sektor lain akibat ketidakpastian ekonomi global, termasuk kebijakan tarif dari AS di bawah Trump dan meningkatnya tensi geopolitik.

Terakhir, terdapat beban tingkat suku bunga yang masih tinggi, yang menyebabkan penundaan konsumsi melalui kredit terutama untuk pembelian barang-barang non-primer.

"Kami berpandangan netral pada sektor ritel seiring dengan sentimen yang terjadi saat ini," ucap Audi.

Dihubungi terpisah, Analis Korea Investment & Sekuritas Indonesia (KISI), Muhammad Wafi, menjelaskan bahwa tekanan yang terjadi pada saham sektor ritel disebabkan oleh meningkatnya kekhawatiran investor terhadap prospek ekonomi domestik yang dinilai semakin suram.

Menurutnya, pelaku pasar kini cenderung fokus mengambil sikap wait and see sambil mencermati perkembangan ekonomi lebih lanjut.

"Di saat yang sama terjadi rotasi sektor ke sektor yang minim risiko seperti consumer staples dan perbankan," ujar Wafi kepada Kontan, Minggu (8/6).

Meski begitu, Wafi menilai koreksi harga saham ritel saat ini mulai menciptakan peluang menarik bagi investor. Dalam analisisnya, saham ACES saat ini diperdagangkan pada level -1 standard deviation (SD) dari valuasi historis EV/EBITDA dan memiliki price earning ratio (PER) di kisaran 15 kali, yang mengindikasikan ruang penurunan terbatas.

Saham MAPI dan MAPA juga dinilai sudah dalam kondisi oversold, dengan PER sekitar 11 kali, lebih rendah dibandingkan rata-rata historisnya di level 16 kali.

Sementara itu, meskipun harga saham AMRT juga telah terkoreksi, valuasinya masih relatif mahal dibandingkan dengan emiten sejenis, karena diperdagangkan pada PER sekitar 25 kali.

Rekomendasi Saham

Wafi merekomendasikan trading buy saham ACES, MAPI, MAPA dan AMRT di target harga masing-masing Rp 650, Rp 1.300, Rp 1.000 dan Rp 2.800.

Audi menyarankan buy saham ACES, AMRT dan MAPI di target harga berturut-turut Rp 684, Rp 2.640 dan Rp 1.450.

Baca Juga: Indeks Saham Sektor Energi Melesat, Cek Prospek dan Rekomendasi Sahamnya

Selanjutnya: Kisruh Tambang Raja Ampat, Gubernur Papua: Pemberitaan Itu Hoaks

Menarik Dibaca: Promo Es Krim Alfamart Periode 1-15 Juni 2025, Es Krim Oreo Beli 2 Gratis 1

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Banking Your Bank

[X]
×