Reporter: Dimas Andi | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja indeks saham sektor energi (IDX Energy) tumbuh cukup mengesankan sejauh tahun 2025 berjalan. Bahkan, kinerja IDX Energy tumbuh lebih baik dibandingkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan beberapa indeks sektoral lainnya.
Mengacu data Bursa Efek Indonesia (BEI), IDX Energy tercatat berada di level 2.829,59 pada penutupan perdagangan Kamis (5/6) atau naik 0,50% dibandingkan hari sebelumnya. Sejak awal tahun, indeks saham sektor energi meningkat 4,88% year to date (ytd).
Capaian IDX Energy ada di bawah indeks saham sektor teknologi, barang baku, dan transportasi dan logistik. Kinerja IDX Energy juga lebih tinggi dibandingkan IHSG yang hanya tumbuh 0,47% ytd sejak awal tahun.
Baca Juga: Pelambatan Ekonomi Bayangi Emiten Komponen Otomotif, Begini Rekomendasi Analis
Head of Research Kiwoom Sekuritas Indonesia Liza Camelia Suryanata menyampaikan, pasar komoditas energi dan pertambangan tampak bergairah yang ditunjukkan oleh tren penguatan harga komoditas ini dalam jangka pendek.
Sebagai contoh, merujuk data Trading Economics, harga futures batubara mengalami kenaikan 6,18% dalam sebulan terakhir atau month to month (mtm) ke level US$ 104,85 per ton pada Jumat (6/6). Harga minyak dunia jenis West Texas Intermediate (WTI) juga melonjak 11,21% mtm ke level US$ 1,210 per barrel pada Jumat (6/6) lalu.
“Rebound harga komoditas energi dan tambang ini jelas menjadi salah satu katalis utama yang mendorong kinerja saham-saham energi,” ujar Liza, Kamis (5/6).
Dia juga menyebut, ada beberapa saham yang paling menonjol dari sektor energi yang memberi kontribusi besar terhadap IDX Energy sepanjang 2025. Di antaranya adalah DSSA, RATU, PGAS, DEWA, dan SHIP.
Asal tahu saja, DSSA yang merupakan kode saham PT Dian Swastatika Sentosa Tbk (DSSA) harga sahamnya melesat 53,51% ytd hingga Kamis (5/6). DSSA menjadi saham dengan kontribusi terbesar (top leaders) kedua bagi IHSG dengan bobot 76,37 poin.
Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta juga sepakat, perbaikan harga komoditas dari posisi lower base dalam sebulan terakhir membuat kinerja saham-saham di IDX Energy berbalik menguat.
Kenaikan harga komoditas ini cukup dipengaruhi oleh sentimen seperti meredanya tensi perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China. “Industri manufaktur di negara-negara maju juga mulai kembali ekspansif, sehingga permintaan komoditas energi meningkat,” imbuh dia, Minggu (8/6).
Baca Juga: Intip Rekomendasi Saham United Tractors (UNTR) yang Incar Tambang Baru di Luar Negeri
Sentimen Dividen dan Buyback Saham
Nafan menambahkan, laju kinerja IDX Energy turut dipengaruhi aksi korporasi berupa pembagian dividen dan buyback saham yang dilakukan oleh sejumlah emiten anggota indeks sektoral tersebut.
Liza juga mengamini bahwa sektor energi di Indonesia merupakan salah satu sektor dengan tingkat dividen yield tertinggi dibandingkan sektor saham lainnya. Dia mencontohkan, ITMG memiliki indikasi dividen yield mencapai 15,57%, kemudian ada ELSA yang memiliki dividen yield sekitar 8,61%, serta ADRO dengan potensi dividen yield sebesar 7,5%.
Tingginya potensi dividen yield ini di atas kertas dapat mendorong para investor untuk masuk ke saham-saham sektor energi. Namun, Liza juga mencatat bahwa arus dana asing di IDX Energy mulai turun secara bertahap, sehingga menandakan bahwa investor asing mulai keluar secara perlahan dari sektor ini.
Di samping itu, masih ada kekhawatiran harga komoditas energi masih rawan mengalami koreksi signifikan dalam jangka panjang. Misalnya, batubara yang sejak awal tahun sebenarnya masih berada dalam tren koreksi lantaran harganya turun 16,29% ytd.
Padahal, ada banyak emiten yang bergerak di bidang pertambangan batubara dalam IDX Energy. Ditambah lagi, Indonesia merupakan salah satu negara pengekspor batubara terbesar. “Kondisi ini akan memberi dampak negatif terhadap prospek IDX Energy dalam jangka panjang,” terang Liza.
Sementara, menurut Nafan, selama isu perang dagang tidak lagi memanas dan ketidakpastian ekonomi global meredam, maka harga komoditas energi dan pertambangan tetap berpeluang meningkat pada sisa tahun ini. Hal tersebut jelas menjadi sentimen positif bagi saham-saham penghuni IDX Energy.
Baca Juga: Cermati Saham-Saham yang Paling Banyak Dikoleksi Investor Asing dalam Sepekan
Rekomendasi Saham
Terkait saham potensial di IDX Energy, Nafan merekomendasikan accumulative buy saham ITMG dengan entry level di kisaran Rp 22.050—22.150 per saham. Saham ITMG diperkirakan dapat menyentuh target harganya di kisaran 22.750—25.650 per saham.
Rekomendasi accumulative buy juga disematkan untuk saham AADI dengan entry level area di kisaran Rp 6.775—7.175 per saham. Saham AADI ditargetkan dapat menembus level sekitar Rp 7.425—9.500 per saham.
Nafan juga memberikan rekomendasi accumulative buy kepada saham-saham seperti BUMI, PGAS, RAJA, dan RATU yang belum menembus target harga tertingginya yakni masing-masing di level Rp 176 per saham, Rp 2.210 per saham, Rp 3.380 per saham, dan Rp 7.525 per saham.
Di lain pihak, Liza melihat saham seperti MEDC, ENRG, dan ELSA berpeluang menjadi jawara di IDX Energy. Salah satu indikatornya adalah tingkat price to earning ratio (PER) saham tersebut yang tergolong murah. MEDC memiliki PER di level 6,10 kali, ENRG 4,75 kali, dan ELSA 4,62 kali.
Seluruh PER ini berada di bawah rata-rata industri energi global yang biasanya lebih dari 10 kali, sehingga menunjukkan bahwa ketiga saham ini masih undervalued.
Selanjutnya: Laba Maskapai Reasuransi (MREI) Naik 21,48% YoY hingga April 2025
Menarik Dibaca: Promo Es Krim Alfamart Periode 1-15 Juni 2025, Es Krim Oreo Beli 2 Gratis 1
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News