JAKARTA, KOMPAS.com – Tidur yang berkualitas dapat membuat seseorang lebih segar dan berenergi pada pagi hari.
Untuk mendapatkan tidur yang berkualitas, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu faktor biologis, psikologis, dan pengaturan kamar tidur.
“Ada tiga variabel yang memengaruhi tidur, yakni biologis, psikologis, dan pengaturan kamar tidur. Dari ketiganya, variabel yang paling memengaruhi tidur adalah biologis,” ujar Certified Sleep & Recovery Coach Vishal Dasani di Jakarta beberapa waktu lalu.
Baca juga: Apakah Orang Dewasa Harus Tidur 8 Jam Setiap Hari?
Faktor biologis mencakup ritme sirkadian dan sleep pressure, atau tekanan untuk tidur. Ritme sirkadian tentang waktu tidur, sedangkan sleep pressure tentang bagaimana manusia tertidur.
Menurut Vishal, setiap orang memiliki waktu tidur yang berbeda-beda. Dengan kata lain, tidak semua orang harus tidur sebelum pukul 00.00.
“Ritme sirkadian sangat dipengaruhi oleh genetik dan usia, sementara sleep pressure sangat dipenaruhi oleh tingkat kegiatan sehari-hari. Semakin sering beraktivitas, semakin mudah untuk tidur. Dan semakin nyenyak juga kamu tertidur,” papar dia.
Ritme sirkadian diatur oleh otak manusia. Inilah yang membuat beberapa orang bisa tidur lebih cepat dan bangun lebih pagi, tidur larut malam dan bangun lebih pagi, atau tidur larut malam dan bangun lebih siang.
Dapat dikatakan bahwa ritme sirkadian adalah jam internal manusia yang mengatur kapan manusia harus tidur, dan kapan manusia harus bangun.
Ada hormon melatonin dan kortisol yang berperan dalam ritme sirkadian. Melatonin adalah hormon yang membuat manusia mengantuk, dan kortisol adalah hormon yang membuat manusia lebih waspada atau terjaga.
Sementara itu, sleep pressure adalah tekanan untuk tidur yang diproduksi sesaat sejak manusia terbangun sampai manusia memutuskan untuk tidur.
“Ketika kita tidur, sleep pressure menurun. Ibaratnya seperti HP yang baterainya terisi 100 persen di pagi hari. Ketika digunakan sepanjang hari, baterainya akan melemah dan sistem memberi tahu kita untuk mengisi daya baterai,” tutur Vishal.
Baca juga: Terlalu Lelah tapi Sulit Tidur, Pakar Tidur Jelaskan Alasannya
Pada manusia, sleep pressure adalah sinyal yang diberikan oleh tubuh bahwa kita sudah cukup lelah dan sudah waktunya untuk beristirahat.
“Hanya saja, terkadang manusia memilih untuk mengabaikannya. Dan sleep pressure bisa ditahan dengan kafein. Saat mengonsumsi kafein, peningkatan sleep pressure tertahan. Artinya, kafein membuat kita terbangun di waktu yang salah, dan membuat kita kesulitan untuk tertidur,” jeas dia.
Secara psikologis, perasaan manusia sebelum tidur dapat memengaruhi kualitas tidur mereka. Misalnya saja, perasaan kantuk menghilang sesaat setelah tubuh berbaring di atas kasur, meskipun kamu sudah lelah dan mengantuk.
Vishal mengatakan, ini bisa terjadi ketika manusia memikirkan terlalu banyak hal sebelum tidur, baik itu tentang masa lalu, masa depan, deadline pekerjaan, dan lain-lain.