JAKARTA, KOMPAS.com – Berbicara tentang tidur, kualitas tidur tidak bisa dipisahkan dari ritme sirkadian dan sleep pressure. Keduanya sama-sama memengaruhi kualitas tidur manusia.
Ritme sirkadian berkaitan dengan jam internal yang mengatur kapan manusia harus bangun dan tidur, sedangkan sleep pressure adalah tekanan untuk tidur.
Certified Sleep & Recovery Coach Vishal Dasani mengatakan, setiap orang memiliki ritme sirkadian dan sleep pressure yang berbeda-beda.
Baca juga: Apakah Orang Dewasa Harus Tidur 8 Jam Setiap Hari?
Artinya, dua orang dalam satu ruangan yang sama tidak mungkin memiliki jam tidur dan bangun yang sama. Mengapa demikian?
“Ritme sirkadian adalah tentang timing. Timing manusia menjadi waspada dan mengantuk. Setiap manusia memiliki ritme sirkadian, dan ini diatur oleh otak,” ujar Vishal di Jakarta beberapa waktu lalu.
Ritme sirkadian diatur oleh otak manusia. Inilah yang membuat beberapa orang bisa tidur lebih cepat dan bangun lebih pagi, tidur larut malam dan bangun lebih pagi, atau tidur larut malam dan bangun lebih siang.
Ritme sirkadian dipengaruhi oleh genetik dan usia. Untuk genetik, ini berkaitan dengan hormon melatonin dan kortisol.
Melatonin adalah hormon yang membuat manusia mengantuk, dan kortisol adalah hormon yang membuat manusia lebih waspada atau terjaga.
“Tapi, perlu diketahui bahwa melatonin tidak membuatmu tertidur. Melatonin bisa membuatmu mengantuk, tapi apa yang membuatmu tertidur adalah tingkat kelelahanmu,” kata Vishal.
Jadi, meskipun kamu sudah mengantuk, kamu tetap tidak akan bisa tidur apabila tubuhmu belum memberi sinyal bahwa kamu sudah lelah dan perlu beristirahat.
Terkait melatonin sendiri, hormon ini biasanya meningkat dengan cepat dua sampai tiga jam sebelum waktu tidurmu. Jika terbiasa tertidur pukul 23.00, melatonin akan meningkat sekitar pukul 20.00 atau 21.00.
Baca juga: Terlalu Lelah tapi Sulit Tidur, Pakar Tidur Jelaskan Alasannya
Pada pagi hari, hormon melatonin menurun seiring meningkatnya hormon kortisol.
“Kortisol bertanggungjawab akan tingkat energi manusia. Ketika tingkat kortisol tinggi, artinya manusia harus aktif,” ucap Vishal.
Seiring bertambahnya usia, waktu tidur setiap orang mengalami perubahan berdasarkan aktivitas yang dilakukan sehari-hari.
Inilah yang membuat manusia dapat memiliki waktu tidur yang berbeda-beda sepanjang hidupnya.