Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ledakan Amunisi Garut Dinilai Akibat TNI Terlalu Ditarik ke Urusan Sipil

Kompas.com - 13/05/2025, 16:09 WIB
Nicholas Ryan Aditya,
Danu Damarjati

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Menurut lembaga pemerhati militer dan hak asasi manusia, Imparsial, tragedi ledakan amunisi di Garut merupakan akibat dari TNI yang terlalu jauh ditarik untuk mengurusi hal-hal di luar tugas utamanya.

“Imparsial menilai peristiwa jatuhnya korban jiwa dalam disposal amunisi afkir menunjukkan adanya gejala masalah yang lebih besar, yakni ketidakprofesionalan TNI akibat terlampau jauh ditarik dalam urusan-urusan non-pertahanan," kata Direktur Imparsial, Ardi Manto Adiputra, dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Selasa (13/5/2025).

Baca juga: Ledakan Amunisi di Garut, Pengamat: Harusnya Tak Ada Warga Sipil di Radius Bahaya

Imparsial menyebut peristiwa tersebut sebagai bukti ketidakprofesionalan TNI dalam menjalankan tugas pokoknya sebagai alat pertahanan negara.

Imparsial mengkritisi kecenderungan pelibatan TNI dalam berbagai urusan sipil, seperti program makan bergizi gratis, penanganan kenakalan siswa, dan pengamanan lembaga-lembaga sipil.

Baca juga: Tugas-tugas Baru TNI: Didik Anak Nakal, Tanam Kedelai, hingga Jaga Kejaksaan

Menurut mereka, hal ini mengaburkan fokus TNI dari tugas utamanya dan berisiko menyebabkan kelalaian seperti dalam insiden di Garut.

"Kecenderungan menarik TNI untuk terlibat dalam urusan-urusan sipil adalah ancaman serius bagi profesionalisme TNI yang mengakibatkan TNI menjadi lalai dan menggerus keahlian TNI dalam tugas utamanya sebagai alat pertahanan negara," ungkap Ardi.

Lebih lanjut, Ardi mengatakan bahwa keberadaan warga sipil di sekitar lokasi disposal menunjukkan lemahnya pengamanan dan minimnya sosialisasi dari pihak militer.

Padahal, kegiatan pemusnahan bahan peledak seharusnya dilakukan dengan sistem pengamanan berlapis dan keterlibatan masyarakat melalui informasi yang terbuka.

"Keberadaan warga sipil yang berada dalam jarak bahaya menunjukkan lemahnya pengamanan dari pihak TNI dan kurangnya sosialisasi kepada warga tentang jarak dan batas aman lokasi disposal," kata dia.

Baca juga: Budi Djiwandono Dukung TNI Investigasi Transparan Ledakan Amunisi di Garut

Imparsial pun mendesak beberapa langkah tegas.

Pertama, pemerintah diminta bertanggung jawab penuh atas kerugian dan kehidupan keluarga korban meninggal dunia.

Kedua, Panglima TNI diminta mengevaluasi menyeluruh operasi, termasuk pejabat pelaksana dan komando yang terlibat.

Ketiga, meminta Panglima TNI agar tegas menolak mengikuti permintaan sipil yang terlalu menarik-narik TNI ke ranah sipil.

Keempat, penegasan kembali peran TNI sebagai alat pertahanan negara, bukan alat politik elite.

"Dengan demikian, sudah sepatutnya TNI diletakkan kembali pada fungsi dan tugas utamanya yakni sebagai alat pertahanan negara," tegasnya.

Baca juga: Ledakan Amunisi Garut Terjadi Setahun Usai Peristiwa Gudang Peluru Cibubur

Diberitakan sebelumnya, ledakan dahsyat terjadi di kawasan Desa Sagara, Kecamatan Cibalong, Kabupaten Garut, Jawa Barat, pada Senin (12/5/2025) pagi.

Peristiwa tersebut terjadi saat TNI melaksanakan pemusnahan amunisi kedaluwarsa.

Peristiwa memilukan ini menewaskan 13 orang, terdiri dari empat prajurit TNI dan sembilan warga sipil.

Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau