Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
WT. Daniealdi
Dosen UNIKOM Bandung

Pemerhati masalah politik, pertahanan-keamanan, dan hubungan internasional. Dosen Hubungan Internasional, FISIP, Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM), Bandung.

Menunggu Segera Langkah Politik Prabowo Redakan Krisis Sosial

Kompas.com - 30/08/2025, 11:10 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

KERUSUHAN yang meledak di Jakarta dan berbagai daerah lain sejak Jumat (29/8/2025) hingga Sabtu (30/8/2025) pagi, menandai bahwa krisis politik dan sosial di Indonesia sudah masuk fase berbahaya.

Awalnya publik turun ke jalan karena marah pada DPR: tunjangan jumbo, ucapan elite yang tidak sensitif, dan parodi-parodi yang dianggap melecehkan rakyat.

Kemudian kemarahan itu berlipat ganda setelah Affan Kurniawan, pengemudi ojek online berusia 21 tahun, tewas dilindas kendaraan taktis Brimob di Pejompongan, Jakarta.

Jumat malam, ratusan ribu orang kembali bergerak. Jakarta penuh sesak oleh massa di sekitar DPR, Polda Metro, dan Mako Brimob.

Di Bandung, pagar DPRD Jabar terbakar. Di Surabaya, demonstran mendobrak pagar Gedung Negara Grahadi. Di Medan dan Solo, aksi massa juga dibalas dengan gas air mata dan water cannon.

Sementara di Makassar, gedung DPRD kota rusak dan puluhan mobil terbakar. Tiga orang tewas dalam peristiwa tersebut.

Baca juga: Asal Anggota DPR Bahagia

Eskalasi yang semula berbentuk protes kini telah bertransformasi menjadi kerusuhan sosial. Jika situasi ini terus tak terkendali, maka arah tuntutan publik bisa langsung tertuju ke Presiden Prabowo.

Di sisi lain, ada risiko aparat justru semakin represif dalam merespons situasi, yang hanya akan memperbesar kemarahan massa.

Inilah titik genting yang akan menentukan: apakah Presiden Prabowo tampil sebagai pemimpin sejati, atau sekadar melanjutkan pernyataan-pernyataan simpatik tanpa langkah politik nyata.

Tragedi Affan Kurniawan hanyalah pemicu. Akar kemarahan publik jauh lebih dalam. Polisi yang seharusnya melindungi kini dipandang sebagai ancaman.

Ketika aparat dianggap musuh rakyat, legitimasi hukum runtuh. Tanpa legitimasi itu, negara kehilangan otoritas moral untuk memaksa ketaatan. Itulah yang kini terjadi di jalanan Jakarta, Bandung, hingga Makassar.

Presiden bisa saja menganggap peristiwa ini ditunggangi aktor politik tertentu atau ada intervensi asing.

Namun faktanya, faktor fundamental yang melahirkan situasi hari ini dikondisikan sendiri oleh pemerintahannya: belanja negara yang tak mengalir ke rakyat, komunikasi elite yang melecehkan publik, dan kultur represif aparat yang dibiarkan.

Peristiwa Affan hanyalah katalis, percikan kecil yang meledakkan frustrasi yang sudah menumpuk.

DPR: Simbol elitisme yang menyulut bara

DPR menjadi sumber kemarahan berikutnya. Pernyataan ngawur Adies Kadir yang menyebut harga kos-kosan di Jakarta mencapai puluhan juta rupiah per bulan jelas jauh dari realitas rakyat kebanyakan.

Halaman:


Terkini Lainnya
Klaim Hotman: Nadiem Tak Terima Uang dan Tidak Mark Up Laptop Chromebook, Mirip Kasus Tom Lembong
Klaim Hotman: Nadiem Tak Terima Uang dan Tidak Mark Up Laptop Chromebook, Mirip Kasus Tom Lembong
Nasional
PPP NTB Resmi Dukung Mardiono Pimpin Kembali PPP di Periode 2025–2030
PPP NTB Resmi Dukung Mardiono Pimpin Kembali PPP di Periode 2025–2030
Nasional
Anggota DPR Usul SPPG Diwajibkan Beri Santunan ke Korban Keracunan MBG
Anggota DPR Usul SPPG Diwajibkan Beri Santunan ke Korban Keracunan MBG
Nasional
Terpentalnya Budi Gunawan dan Kabinet yang Makin Gemuk
Terpentalnya Budi Gunawan dan Kabinet yang Makin Gemuk
Nasional
Sempat Ditunda, Lisa Mariana Bakal Diperiksa Bareskrim Hari Ini
Sempat Ditunda, Lisa Mariana Bakal Diperiksa Bareskrim Hari Ini
Nasional
Masih Tahan 583 Orang, Polisi Cari Dalang hingga Penyandang Dana Kericuhan Agustus 2025
Masih Tahan 583 Orang, Polisi Cari Dalang hingga Penyandang Dana Kericuhan Agustus 2025
Nasional
Protes Subhan Saat Gibran Dibela Pengacara Negara di Sidang Gugatan Rp 125 Triliun: Ini Kan Pribadi...
Protes Subhan Saat Gibran Dibela Pengacara Negara di Sidang Gugatan Rp 125 Triliun: Ini Kan Pribadi...
Nasional
Budi Arie Di-reshuffle: Siang Masih Rapat di Senayan, Sore Dicopot Prabowo
Budi Arie Di-reshuffle: Siang Masih Rapat di Senayan, Sore Dicopot Prabowo
Nasional
Ahmad Dhani: Harus Ada UU Anti-flexing
Ahmad Dhani: Harus Ada UU Anti-flexing
Nasional
KPK Lelang Rampasan Koruptor 17 September, Ada Gelang Naga hingga Pabrik
KPK Lelang Rampasan Koruptor 17 September, Ada Gelang Naga hingga Pabrik
Nasional
Hotman Paris Tanggapi soal Rapat Tertutup Pakai Headset yang Dipimpin Nadiem
Hotman Paris Tanggapi soal Rapat Tertutup Pakai Headset yang Dipimpin Nadiem
Nasional
Uji Materi di MK Persoalkan Pancasila Sebagai Sumber Hukum
Uji Materi di MK Persoalkan Pancasila Sebagai Sumber Hukum
Nasional
Prabowo: BRICS Pilar Kuat Stabilitas Geopolitik Saat Ini
Prabowo: BRICS Pilar Kuat Stabilitas Geopolitik Saat Ini
Nasional
Prabowo Ikuti Rapat BRICS dari Rumah Kertanegara
Prabowo Ikuti Rapat BRICS dari Rumah Kertanegara
Nasional
Prabowo Larang Flexing, Ahmad Dhani: Wong Saya Enggak Pernah
Prabowo Larang Flexing, Ahmad Dhani: Wong Saya Enggak Pernah
Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau