KOMPAS.com – Sejumlah sekolah di Jawa Barat mengaku mengalami kendala dalam penggunaan dan perawatan laptop Chromebook bantuan dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek).
Sejak program distribusi perangkat ini dimulai pada 2019 hingga 2024, tidak semua sekolah mampu memanfaatkan Chromebook secara optimal.
Di SD Yayasan Pendidikan Umum (YPU), Kota Bandung, misalnya, dari total 15 unit Chromebook yang diterima pada 2020, tiga di antaranya mengalami kerusakan dan belum dapat diperbaiki hingga saat ini.
"SD kami termasuk angkatan pertama atau mungkin kedua yang mendapatkan bantuan Chromebook. Jumlahnya 15 unit," ujar Wali Kelas IV SD YPU, Fahmi Arif, saat ditemui di sekolah, Rabu (16/7/2025).
Baca juga: 4 Tahun Tak Terjamah, Chromebook Bantuan Negara Masih Utuh dalam Kotak di Sekolah
Fahmi mengatakan dirinya sempat mengikuti pelatihan selama tiga hari terkait penggunaan Chromebook dan membagikan ilmunya kepada guru-guru lain. Namun, adaptasi tidak berjalan mulus, terutama bagi guru senior yang terbiasa menggunakan sistem operasi Windows.
“Guru-guru muda cepat bisa mengoperasikan. Tapi yang sudah senior agak kesulitan, karena terbiasa dengan sistem operasi Windows,” katanya.
Menurut Fahmi, perbedaan utama antara Chromebook dengan laptop konvensional adalah soal konektivitas. "Kalau laptop biasa bisa dipakai secara offline, Chromebook awalnya harus terkoneksi internet. Tapi sekarang sudah ada fitur login offline, walaupun tidak sefleksibel laptop biasa," ujar dia.
Sayangnya, tiga unit Chromebook yang rusak di awal penggunaan tak kunjung diperbaiki karena sulitnya mendapatkan layanan servis dan suku cadang.
“Saya sempat lapor juga waktu awal-awal tahun 2021, tapi tanggapannya kurang jelas. Akhirnya perangkat yang rusak tidak kami pakai lagi sampai sekarang,” ungkap Fahmi.
Baca juga: Kronologi Dugaan Korupsi Pengadaan Chromebook, Seret Nama Nadiem Makarim
Dari sisi efisiensi, Fahmi menilai laptop biasa masih lebih unggul dibanding Chromebook. Meskipun Chromebook memiliki kelebihan seperti layar putar 360 derajat yang bisa dijadikan tablet, namun secara fungsi belum bisa menandingi laptop berbasis Windows.
"Secara fungsi, kami lebih nyaman pakai laptop biasa, karena terbiasa pakai Windows," ujar dia.
Pihak sekolah juga sempat membagikan Chromebook kepada para guru, namun karena kerusakan yang terjadi saat peminjaman, kini perangkat disimpan di sekolah dan digunakan lebih hati-hati.
“Ada guru yang meminjamkan ke anaknya di rumah, karena bentuknya seperti tablet. Eh pas dikembalikan malah rusak. Jadi sekarang perangkat disimpan di sekolah dan digunakan lebih hati-hati,” katanya.
Sejak setahun kemudian, SD YPU membangun laboratorium komputer untuk mengoptimalkan penggunaan Chromebook yang masih berfungsi.
Baca juga: Jejak Pendidikan dan Karier Jurist Tan, Tersangka Korupsi Chromebook
Kondisi berbeda terlihat di SDN Sukasenang, Desa Cipakat, Singaparna, Kabupaten Tasikmalaya. Kepala Sekolah Asep Abdul Mutolib menyampaikan bahwa seluruh 15 unit Chromebook yang diterima pada 2021 masih dalam kondisi baik dan aktif digunakan dalam kegiatan belajar mengajar.