KOMPAS.com – Pelatih Tottenham Hotspur, Ange Postecoglou, dengan nada emosional dan tegas menepis anggapan bahwa dirinya adalah "badut" dalam konferensi pers jelang final Liga Europa melawan Manchester United, Selasa (20/5/2025) malam waktu setempat di Stadion San Mamés, Bilbao.
Komentar keras ini disampaikan Postecoglou setelah munculnya laporan di media Inggris Evening Standard yang menyebut dirinya "berada di antara status pahlawan atau badut" tergantung pada hasil pertandingan final Tottenham vs Manchester United.
Tottenham akan mengakhiri musim penuh tekanan dengan laga penentu: meraih trofi Eropa pertama dalam 17 tahun, atau menutup musim dengan tangan kosong setelah catatan liga terburuk mereka sejak kembali ke divisi utama pada 1978.
Menanggapi narasi media yang menyorot reputasinya, pelatih asal Australia itu menyampaikan pembelaan penuh semangat.
“Terlepas dari hasil besok, saya bukan badut dan tidak akan pernah menjadi badut,” ujar Postecoglou dengan suara bergetar.
“Anda benar-benar mengecewakan saya ketika menggunakan istilah seperti itu untuk menggambarkan seseorang yang selama 26 tahun telah bekerja keras, tanpa bantuan siapa pun, hingga bisa memimpin klub di final kompetisi Eropa.”
“Jika ketidakberhasilan dalam satu pertandingan membuat saya jadi badut menurut Anda, saya bahkan tidak tahu bagaimana harus menjawab,” lanjutnya.
Postecoglou kemudian menggambarkan perjalanan pribadinya yang penuh tantangan—dari anak imigran di Australia hingga kini berdiri di ambang sejarah bersama Tottenham.
“Orangtua saya meninggalkan segalanya karena anak-anak mereka. Saya lahir di Yunani, dan ayah saya memastikan saya memahami arti menjadi orang Yunani,” katanya.
“Saya tumbuh di Australia, di mana sepak bola bukanlah olahraga utama. Tapi di sana, semangat kami adalah seseorang akan berani melawan siapa pun, tak peduli seberapa besar atau kuat mereka.”
“Saya membawa semua itu dalam diri saya. Dan karena itu, berdiri di sini hari ini sebagai pelatih klub besar di final Eropa adalah sesuatu yang sudah membuat saya bangga.”
Penampilan buruk Spurs di Premier League membuat Son Heung-min dkk merosot ke posisi ke-17 dengan 38 poin, setelah kalah dalam 21 pertandingan, yang merupakan rekor klub.