KOMPAS.com – Dalam tradisi Jawa, malam 1 suro sering dikaitkan dengan weton tulang wangi yang dipercaya memiliki daya tarik yang kuat.
Biasanya, pemilik weton wangi tulang bisa merasakan tanda-tanda tertentu menjelang malam 1 Suro, misalnya adalah badan pegal, gelisah, atau mudah emosi.
Budayawan sekaligus dosen Program Studi Ilmu Sejarah di UNS Surakarta, Drs. Tundjung Wahadi Sutirto, M.Si mengatakan, mereka memiliki daya spiritual yang sensitif.
Baca juga: 7 Mitos yang Populer soal Malam Satu Suro, Sudah Tahu?
“Maka orang dengan weton tulang wangi itu penggambaran wataknya sangat peka terhadap lingkungan, baik lingkungan yang terlihat maupun yang tidak kasat mata,” kata Tundjung, disadur dari Kompas.com, Selasa (24/6/2025).
Ada 11 weton yang dianggap istimewa karena termasuk weton tulang wangi.
Deretan weton tersebut adalah Senin Kliwon, Senin Wage, Senin Pahing, Selasa Legi, Rabu Kliwon, Rabu Pahing, Kamis Wage, Sabtu Wage, Sabtu Legi, Minggu Pon, dan Minggu Kliwon.
Malam 1 Suro dianggap memiliki nuansa magis dan mistis.
Dalam tradisi Jawa, ada kepercayaan bahwa roh leluhur turun ke bumi pada malam tersebut. Mereka akan berada di sekitar lingkungan tempat tinggal manusia.
Tundjung mengatakan, pemilik weton tulang wangi punya kedekatan dengan makhluk halus atau astral. Ini berkaitan dengan daya spiritual mereka yang sensitif.
“Maka mereka yang memiliki weton itu bisa bersinggungan dengan roh-roh itu. Sehingga bisa berdampak pada energi negatif yang terserap olehnya,” papar dia.
Tundjung menyarankan agar pemilik weton tulang wangi lebih mendekatkan diri kepada Tuhan pada malam 1 Suro, untuk menghindari dampak negatif tersebut.
Mereka bisa mendekatkan diri kepada Tuhan dengan cara berdoa. Bisa pula melakukan meditasi untuk menjaga keseimbangan energi diri.
“Siapa saja yang hitungan kelahirannya menunjukkan weton tulang wangi agar memperbanyak melakukan pendekatan diri dengan yang Maha Kuasa dengan berbagai cara misalnya berdoa atau meditasi,” imbau Tundjung.
Baca juga: Cara Mengetahui Weton Jawa dari Tanggal Lahir
Untuk diketahui, weton tulang wangi adalah bentuk kepercayaan masyarakat dalam menyambut 1 Suro atau 1 Muharram, seperti dituturkan oleh Kepala Pusat Unggulan Iptek Javanologi Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Prof. Sahid Teguh Widodo.
Munculnya weton tulang wangi merupakan bentuk self-cultivation atau budidaya diri untuk menapaki sesuatu yang baru, dalam hal ini untuk menyambut Tahun Baru Islam.
Sahid mengatakan, keyakinan akan weton tulang wangi muncul karena budaya Jawa tidak bersifat antropologi, tetapi lebih ke kosmologi. Artinya, orang Jawa meyakini bahwa dirinya bagian dari semesta alam.
Menurut dia, gejala-gejala yang dirasakan oleh pemilik weton tulang wangi menjelang malam 1 Suro tidak jauh dengan self-cultivation untuk menjadi subyek di semesta alam.
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini