KOMPAS.com - Di Indonesia, kanker paru-paru merupakan jenis kanker tertinggi yang diderita laki-laki. Penyakit ini memang lebih banyak menyerang perokok aktif dan pasif, tetapi ada sejumlah faktor lain selain kebiasaan merokok yang bisa memicu kanker paru-paru.
Memperingati Hari Kanker Paru Sedunia, sudah saatnya kita lebih peduli pada kanker ini. Apalagi angka kematian akibat kanker paru-paru di Indonesia cukup tinggi karena penyakitnya baru diketahui di stadium lanjut.
Menggali statistik dari survei Global Cancer Observatory (GLOBOCAN) tahun 2022, serta data kejadian kanker lainnya antara tahun 1988 hingga 2017, para peneliti mengidentifikasi adenokarsinoma sebagai jenis kanker paru-paru yang paling umum di seluruh dunia.
Adenokarsinoma adalah jenis kanker paru-paru yang paling umum terjadi pada orang yang bukan perokok.
Baca juga: Hari Kanker Paru Sedunia 1 Agustus, Sejarah dan Risikonya pada Perempuan
Dikutip dari situs CDC.gov, salah satu penyebab terbesar kanker paru-paru selain rokok adalah paparan radon di dalam ruangan.
Radon adalah gas alami yang terbentuk di bebatuan, tanah, dan air. Gas ini tidak dapat dilihat, dirasa, atau dicium. Ketika radon masuk ke dalam rumah atau gedung melalui celah atau lubang, ia dapat terperangkap dan menumpuk di udara di dalamnya sehingga terhirup. Dalam jangka panjang, radon dapat menyebabkan kanker paru-paru.
Jenis zat lain yang diketahui bisa meningkatkan risiko kanker paru-paru adalah asbestos, arsenik, asap knalpot diesel, serta beberapa jenis silika dan kromium. Banyak zat ini meningkatkan risiko kanker paru bagi perokok.
Baca juga: 1 Agustus 2025 Hari Apa? Inilah Makna Hari Kanker Paru Sedunia
Tinggal di daerah dengan tingkat polusi udara yang lebih tinggi juga meningkatkan risiko kanker paru-paru.
Menurut studi yang dimuat dalam The Lancet Respiratory Medicine, tIngginya angka kanker paru pada bukan perokok, terutama pada perempuan, dapat dikaitkan dengan meningkatnya tingkat polusi seperti di negara Asia Timur seperti China.
Baca juga: Hadapi Polusi Udara, 8 Makanan Nabati Ini Bantu Sehatkan Paru-paru
Tim peneliti berpendapat bahwa salah satu alasan di balik meningkatnya kejadian kanker paru-paru pada non-perokok adalah meningkatnya polusi udara, dan beberapa penelitian sebelumnya telah menghubungkan adenokarsinoma dan polusi udara.
Risiko terkena kanker paru-paru mungkin lebih tinggi jika orang tua atau saudara dalam keluarga inti pernah menderita kanker paru-paru.
Hal ini bisa terjadi karena mereka juga merokok, sama-sama tinggal atau bekerja di tempat yang terpapar radon dan zat lain yang dapat menyebabkan kanker paru-paru, atau karena mutasi genetik yang diwariskan.
Gejala kanker paru sama saja, terlepas dari apakah pasien merokok atau tidak. Beberapa orang memiliki gejala umum seperti merasa tidak enak badan atau merasa lelah sepanjang waktu. Beberapa orang juga sering batuk, batuk darah, atau mengalami nyeri dada, mengi, atau sesak napas.
Baca juga: Polusi Udara Dapat Menyebabkan Penuaan Dini? Ini Kata Dokter
Gejala-gejala ini dapat terjadi bersamaan dengan penyakit lain. Jika Anda mengalami salah satu gejala ini, konsultasikan dengan dokter untuk melakukan pemeriksaan dan mencari penyebabnya.
Sekitar 50 - 60 persen kanker paru-paru yang ditemukan pada orang yang tidak pernah merokok adalah adenokarsinoma (sejenis kanker paru-paru non-sel kecil yang bermula di sel-sel yang melapisi kantung udara kecil paru-paru dan menghasilkan zat seperti lendir).
Sekitar 10 - 20 persen adalah karsinoma sel skuamosa (kanker yang terbentuk di sel-sel tipis dan datar yang melapisi bagian dalam paru-paru). Beberapa adalah kanker paru-paru sel kecil, dan sisanya adalah jenis kanker paru-paru lainnya.
Baca juga: Kanker Paru Tak Bergejala, Penting Lakukan Deteksi Dini
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini