JAKARTA, KOMPAS.com - Pernah merasa bersalah saat bersantai, seolah waktu yang kamu habiskan untuk beristirahat adalah bentuk kemalasan? Kamu berasa waktu bersantai tersebut seharusnya bisa dipakai untuk bekerja.
Menurut psikolog Irma Gustiana, perasaan itu muncul karena tubuh dan pikiran sudah terbiasa berada dalam mode autopilot untuk terus produktif. Padahal waktu istirahat juga bagian penting dari keseimbangan hidup.
Baca juga:
Ia menjelaskan, banyak orang, terutama di usia produktif, sulit menikmati waktu jeda karena terbebani pikiran untuk terus melakukan sesuatu.
“Perasaan bersalah ketika tidak produktif itu terjadi karena tubuh itu sudah autopilot untuk harus produktif sehingga kalau santai itu rasanya seperti ada yang berbeda,” ucap Irma dalam acara Media Gathering #TenangBersamaBlueBird di Jakarta Selatan, belum lama ini.
Perasaan bersalah saat tidak produktif bisa jadi tanda stres dan kelelahan emosional. Psikolog berbagi cara mengubah cara pandang ini.Bila merasa bersalah saat bersantai, Irma menyarankan agar seseorang mulai mengajak tubuh dan pikirannya untuk bekerja sama dalam menerima kenyataan bahwa istirahat bukanlah hal yang salah.
Menurutnya, waktu tenang justru bisa membantu menjaga kestabilan emosi dan energi.
“Maka sekarang coba untuk diajak kerja sama tubuh dan pikirannya bahwa tidak masalah untuk ambil waktu jeda dan bersantai sejenak,” ujarnya.
Irma menekankan, pentingnya mengubah cara pandang terhadap produktivitas. Tidak setiap waktu harus diisi dengan aktivitas yang terlihat berguna. Berhenti sejenak justru menjadi ruang untuk memulihkan tenaga dan fokus.
Perasaan bersalah saat tidak produktif bisa jadi tanda stres dan kelelahan emosional. Psikolog berbagi cara mengubah cara pandang ini.Banyak orang yang terbiasa menuntut diri terlalu keras tanpa memberi ruang untuk jeda.
Irma mengatakan, salah satu cara untuk mencegah perasaan bersalah itu adalah dengan berbicara pada diri sendiri secara positif.
“Coba bicara dengan diri sendiri, berikan validasi bahwa diri kamu juga butuh rehat, supaya tidak merasa bersalah yang intens saat sedang istirahat,” katanya.
Memberi validasi berarti mengakui bahwa istirahat bukan kelemahan. Pikiran yang terus dipenuhi rasa bersalah bisa berdampak negatif pada kesehatan mental dan membuat seseorang kehilangan semangat.
Baca juga:
Psikolog Irma Gustiana dalam acara Media Gathering #TenangBersamaBlueBird, di Jakarta Selatan, Kamis (17/10/2025)Ia menambahkan, terlalu memaksakan diri untuk selalu produktif justru bisa menjadi bumerang.
Kondisi ini tidak hanya membuat pikiran lelah, tetapi juga menurunkan kemampuan seseorang untuk fokus dan bekerja dengan baik.
“Terlalu memaksakan diri nantinya bisa mengganggu fokus, kinerja, dan juga peran kita. Jadi di otak merasa bersalah terus menerus,” ungkapnya.
Menurut Irma, kebiasaan merasa bersalah karena beristirahat bisa menjadi tanda bahwa seseorang mengalami stres atau kelelahan emosional.
Tubuh sebenarnya memberi sinyal untuk berhenti sejenak, tetapi sering kali diabaikan.