JAKARTA, KOMPAS.com – Apa penyebab seseorang gampang panik, khususnya ketika menghadapi situasi yang sebenarnya tidak terlalu genting?
Sebagai contoh, ia mudah panik ketika menghadapi perubahan kecil dalam rencana, lupa membawa barang, atau tiba-tiba dihubungi atasan.
Baca juga:
Menurut psikolog Irma Gustiana, reaksi panik seperti itu bisa jadi bukan sekadar sifat bawaan, tapi hasil dari pengalaman masa lalu dan pola pikir yang tertanam sejak lama.
Psikolog Irma Gustiana dalam acara Media Gathering #TenangBersamaBlueBird, di Jakarta Selatan, Kamis (17/10/2025)Irma menjelaskan, seseorang bisa tumbuh menjadi pribadi yang mudah panik karena sejak kecil didoktrin untuk selalu sempurna dan tidak boleh salah.
“Seseorang menjadi panikan itu karena dulunya dia pernah didoktrin untuk harus sempurna, harus bisa sehingga otaknya akan dalam keadaan yang selalu siaga,” kata Irma dalam acara Media Gathering #TenangBersamaBlueBird, di Jakarta Selatan, belum lama ini.
Kondisi ini membuat seseorang hidup dalam kewaspadaan berlebih. Otak seolah tak pernah bisa beristirahat dan terus mencari potensi ancaman, bahkan di situasi yang sebenarnya aman.
Irma menyebut, hal ini bisa termasuk sebagai respons trauma masa lalu yang tidak disadari.
“Jadi di dalam dirinya itu akan ada perasaan yang mengancam di sekitar dia. Kondisi ini bisa termasuk sebagai trauma respon masa lalu,” tambahnya.
Baca juga:
Psikolog Irma Gustiana menjelaskan, seseorang gampang panik akibat tuntutan untuk selalu sempurna dan trauma masa lalu yang belum disadari.Menurutnya, rasa panik sering muncul ketika seseorang menghadapi situasi yang memicu kembali kenangan atau emosi tak menyenangkan pada masa lalu.
“Kondisi panik itu bisa membuat seseorang tegang karena dia menganggapnya dalam kondisi yang bahaya,” jelasnya.
Sebagai contoh, seseorang yang dulu sering dimarahi karena melakukan kesalahan kecil bisa tumbuh menjadi pribadi yang sangat takut membuat kesalahan di tempat kerja.
Saat menghadapi situasi yang serupa, seperti lupa mengirim laporan atau telat datang rapat, tubuhnya akan langsung bereaksi secara fisik, misalnya jantung berdebar, napas pendek, dan keringat dingin.
“Bisa jadi seseorang punya pengalaman yang tidak enak sehingga ketika dihadapkan dengan kondisi yang sama, perasaan tegang itu muncul,” ujar Irma.