Trump Mau Pakai Jet Boeing 747 Bekas Qatar, Pakar Ingatkan Risikonya

Kompas.com - Diperbarui 16/05/2025, 06:35 WIB
Reska K. Nistanto

Penulis

KOMPAS.com -  Keputusan Donald Trump untuk mempertimbangkan pesawat Boeing 747 bekas milik Qatar Airways sebagai Air Force One sementara, menuai kekhawatiran serius dari para pakar keamanan dan dunia intelijen.

Trump dilaporkan tertarik pada pesawat mewah tersebut dengan interior kelas VVIP dan konfigurasi kepresidenan, karena dinilai lebih hemat dibandingkan program Air Force One baru milik pemerintah AS senilai lebih dari 5 miliar dollar AS.

Namun, kalangan ahli memperingatkan bahwa penggunaan pesawat bekas dari negara lain, terutama dari Timur Tengah, menimbulkan potensi ancaman terhadap keamanan nasional.

Pakar keamanan siber dan pertahanan menilai bahwa pesawat yang sebelumnya dioperasikan oleh maskapai asing, seperti Qatar Airways, sangat mungkin telah mengalami modifikasi atau ditanam perangkat yang bisa digunakan untuk pengawasan.

Baca juga: Dibanding RI, seperti Apa Pesawat Kepresidenan Negara Lain?

“Memanfaatkan pesawat bekas dari negara asing, tanpa rekonstruksi menyeluruh, membuka celah bagi penyadapan, pemantauan elektronik, hingga potensi sabotase,” ujar salah satu mantan pejabat intelijen kepada The Register.

Meski jet tersebut tampil mewah dan konon dibeli dengan harga murah dari Qatar, fungsi Air Force One jauh melampaui sarana transportasi presiden.

Pesawat Kepresidenan AS, Air Force OneRepro bidik layar via Lifestyel Asia Pesawat Kepresidenan AS, Air Force One

Pesawat itu harus berfungsi sebagai pusat komando strategis saat krisis, dengan sistem komunikasi aman, pertahanan rudal, dan kemampuan beroperasi dalam situasi darurat nuklir semua fitur yang tidak ada dalam pesawat komersial biasa.

Penggunaan pesawat dari negara asing juga membawa pesan simbolik yang rumit. Beberapa analis mengatakan bahwa penggunaan aset bekas dari negara Timur Tengah bisa menimbulkan spekulasi atau kesan ketergantungan diplomatik yang tidak pantas bagi seorang Presiden AS.

Baca juga: Donald Trump Isyaratkan Tunda Blokir TikTok di AS untuk Ketiga Kalinya

Di sisi lain, kubu Trump menilai langkah ini sebagai simbol efisiensi anggaran dan antitesis dari pengeluaran “boros” pemerintah Biden untuk program pesawat presiden baru.

Air Force One sementara

Sebelumnya diberitakan, pemerintah Qatar berencana menghibahkan pesawat jumbo jet Boeing 747-8 kepada Amerika Serikat (AS), untuk digunakan sebagai Air Force One sementara, sembari menunggu pesawat kepresidenan yang baru selesai dibuat oleh Boeing.

Kabar ini muncul di sela kunjungan Trump ke Qatar minggu ini, sebagai bagian dari perjalanan luar negeri besar pertamanya ke Timur Tengah di masa jabatan keduanya.

Menurut laporan ABC News, Qatar menawarkan pesawat Boeing 747-8 kepada Trump yang dianggap sebagai "istana terbang" karena saking mewahnya.

"Mereka memberi kita hadiah," kata Trump kepada wartawan di Gedung Putih pada Senin (12/5/2025), sebagaimana dilansir BBC.

Baca juga: Joe Sutter, Pencipta Boeing 747 Pertama Tutup Usia

"Maksud saya, saya bisa menjadi orang bodoh yang mengatakan, 'Tidak, kami tidak menginginkan pesawat terbang yang gratis dan sangat mahal,'" sambung Trump.

Trump menyampaikan, AS telah banyak membantu negara lain selama bertahun-tahun dalam hal keamanan dan keselamatan.

Dia menambahkan, akan menjadi isyarat yang sangat baik jika Qatar menyediakan Boeing 747-8 bagi AS. Sebelumnya, seorang juru bicara Qatar mengatakan, memang ada rencana dan pembahasan mengenai "penggunaan sementara" pesawat.

Namun, juru bicara tersebut menegaskan tidaklah tepat menyebut pesawat itu sebagai hadiah.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau