Ada 1-2 Satelit Starlink Jatuh Tiap Hari, Apa Dampaknya?

Kompas.com - 06/10/2025, 11:31 WIB
Lely Maulida,
Reska K. Nistanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Selama sepekan terakhir, langit Amerika Utara diwarnai kilatan cahaya tak biasa. Warga Kanada dan California mendapati pemandangan seperti meteorit yang jatuh dari langit.

Namun ternyata, kilatan cahaya itu dihasilkan meterorit, melainkan satelit Starlink yang jatuh kembali lagi ke atmosfer Bumi.

Insiden ini terjadi cukup intens. Bahkan dilaporkan bahwa ada satu hingga dua satelit Starlink yang jatuh ke atmosfer Bumi setiap harinya.

Menurut pakar astrofisika Harvard, Jonathan McDowell, yang secara rutin merekam naik turunnya satelit Starlink, frekuensi satelit milik Elon Musk yang jatuh ke Bumi menunjukkan peningkatan.

McDowell juga memperkirakan bahwa jumlah satelit yang terbakar di langit malam akan bertambah hingga lima satelit per hari. Penyebabnya, jumlah satelit yang beroperasi di orbit rendah Bumi (Low Earth Orbit/LEO), kian bertambah.

Baca juga: Mengenal Taara Google, Internet Tanpa Kabel dan Satelit, Pesaing Starlink

Satelit Starlink saja diperkirakan ada lebih dari 8.000 unit yang mengangkasa, dan jumlahnya terus bertambah seiring waktu. Belum lagi satelit dari perusahaan dan negara lain yang juga ditempatkan di orbit yang sama.

"Kami kira ada sekitar 30.000 satelit orbit rendah Bumi (Starlink, Amazon Kuiper, dan lainnya) dan mungkin 20.000 satelit lagi pada jarak 1.000 km dari sistem China," kata McDowell.

Sebagian besar membentang di orbit rendah Bumi dengan ketinggian 2.000 kilometer (km) di atas Bumi.

Dilansir EarthSky, umur satelit LEO macam Starlink hanya sekitar 5-7 tahun saja. Karena itu, McDowell memproyeksikan ada lima kali satelit Starlink yang jatuh per hari di waktu mendatang.

"Untuk satelit orbit rendah, kami memprediksi siklus penggantian lima tahun, dan itu artinya ada lima kali (satelit) jatuh per hari," lanjut dia.

Ilustrasi artistik Satelit Survei Eksoplanet Transit (TESS) NASA yang sedang mempelajari beberapa planet transit. MIT Ilustrasi artistik Satelit Survei Eksoplanet Transit (TESS) NASA yang sedang mempelajari beberapa planet transit.

Selain karena usia, beberapa fenomena jatuhnya satelit terjadi karena alasan lain. Misalnya karena aktivitas matahari yang tinggi, sehingga memperpendek masa pakai satelit.

Alasan lainnya yaitu karena anomali fungsi satelit, seperti terjadi pada Juli 2024, di mana roket Falcon 9 gagal meluncurkan 20 satelit Starlink ke orbit yang seharusnya.

Sebagian besar satelit yang jatuh ke Bumi itu memang tidak menimbulkan dampak berbahaya bagi Bumi.

Kendati demikian, Badan Penerbangan Federal (Federal Aviation Administration/FAA) Amerika Serikat memperingatkan bahwa pada tahun 2035, akan ada satu orang yang terluka setiap dua tahun akibat puing-puing yang jatuh dari satelit, dihimpun KompasTekno dari Gizmodo, Senin (6/10/2025).

Bisa rusak lapisan ozon

Walau secara umum aman, temuan lainnya terkait dampak satelit yang terbakar di atmosfer, terungkap dalam studi yang diterbitkan tahun 2024 lalu.

Baca juga: Komdigi Larang Internet Starlink Dipasang di Kendaraan

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau