KOMPAS.com - Strava dilaporkan berencana melantai di bursa saham alias melakukan Initial Public Offering (IPO).
Aplikasi pencatat aktivitas olahraga populer ini melihat "demam" lari dan marathon di kalangan anak muda, utamanya Gen Z, sebagai momentum untuk go public.
Kabar Strava berniat IPO ini diungkap baru-baru ini oleh CEO Strava, Michael Martin, kepada outlet media Financial Times.
Martin menyebut Strava berencana untuk go public “pada waktu yang tepat”. Ia menegaskan, langkah ini akan memberi Strava akses modal tambahan untuk memperluas bisnis dan melakukan lebih banyak akuisisi strategis.
Baca juga: Duduk Perkara yang Bikin Strava Tuntut Garmin Setop Jual Produknya
Untuk saat ini, bos yang baru menjabat sejak 2 Januari 2024 ini belum membeberkan jadwal pasti IPO Strava.
Namun, laporan sebelumnya menyebutkan bahwa Strava sudah mengundang bank investasi besar seperti Goldman Sachs dan JPMorgan untuk mempresentasikan rencana penawaran sahamnya.
Kabar Strava mau IPO ini sebenarnya bukan hal yang benar-benar baru. Michael Horvath, salah satu pendiri Strava yang dulu menjabat sebagai CEO, sudah sempat menyinggung kemungkinan Strava akan IPO bahkan sebelum ia mundur dari jabatannya pada 2023.
Saat diwawancarai pada 2022, Horvath menjelaskan bahwa IPO bukan tujuan utama Strava, tapi alat untuk mencapai tujuan yang lebih besar.
“IPO hanyalah sarana, bukan tujuan akhir. Itu sesuatu yang akan kami pertimbangkan jika waktunya sudah tepat,” kata Horvath, sebagaimana dikutip KompasTekno dari Fortune, Selasa (14/10/2025).
Ia mengeklaim orang yang akan menggantikannya sebagai CEO akan membutuhkan keahlian yang berbeda untuk menavigasi "babak selanjutnya" perusahaan.
Jadi, Horvath tampaknya ingin menegaskan bahwa Strava tidak ingin terburu-buru go public hanya demi gengsi, tetapi akan melakukannya jika kondisi bisnis, pasar, dan kepemimpinan perusahaan sudah siap.
Baca juga: Strava Tuntut Garmin Setop Jual Hampir Semua Perangkat
Ilustrasi event lariDidirikan pada 2009, Strava awalnya dikenal sebagai aplikasi pelacak aktivitas olahraga, seperti lari, bersepeda, dan hiking.
Namun seiring waktu, Strava berkembang menjadi jejaring sosial berbasis kebugaran, di mana pengguna bisa saling memberi semangat lewat fitur “kudos” (acungan jempol) dan membandingkan kecepatan, jarak, atau catatan waktu dengan teman-temannya.
Formula tersebut terbukti berhasil dan disukai pengguna. Strava kini tak hanya jadi alat pencatat olahraga, tapi juga ruang interaksi digital bagi komunitas pelari dan pesepeda.