KOMPAS.com - Setiap sore di hari Kamis, Jumat, dan Minggu, suasana lapangan sepak bola Desa Mojoarum, Kecamatan Gondang, Tulungagung, Jawa Timur, tampak berbeda.
Anak-anak dengan jersey kebanggaan mereka berlatih serius di bawah bimbingan sosok yang dulu hanya mereka kenal lewat layar kaca dan cerita orang tua,Evan Dimas.
Mantan kapten Timnas U-19 Indonesia ini kini hadir bukan sebagai pemain, melainkan sebagai pelatih dan pembimbing di Sekolah Sepak Bola (SSB) Saraswati Nuswantara.
Latihan Kamis, (19/06/2025) lalu terasa lebih istimewa karena kehadiran Sofie Imam Faizal, asisten pelatih fisik Timnas Indonesia, yang datang langsung menyaksikan aktivitas di SSB tersebut.
Sebelum latihan dimulai, Evan Dimas dan Sofie berdiri berdampingan, memberikan motivasi kepada para pemain muda.
Baca juga: Evan Dimas Pulang ke Akar, Menanam Spirit Sepak Bola di Tulungagung
Tanpa mikrofon, hanya suara hati yang menyampaikan pesan dari pengalaman panjang mereka di dunia olahraga.
“Saya melihat Evan Dimas dari berita-berita yang beredar katanya dia jauh dari sepak bola. Tetapi realitanya, dia tetap dekat dengan sepak bola,” ujar Sofie.
“Salah satu yang saya banggakan, dia punya suatu prestasi individu dan kualitas permainan yang luar biasa,” lanjutnya.
Sejak dilepas Persik Kediri di pertengahan musim lalu, Evan Dimas memang tak lagi muncul di Liga 1.
Namun, keputusannya bukan bentuk pengunduran diri, melainkan pilihan sadar untuk membina usia dini. Ia kini fokus melatih anak-anak desa melalui SSB Saraswati Nuswantara.
“Saat ini dia memutuskan bergabung dengan SSB Saraswati. Saya rasa pilihannya cukup bagus,” kata Sofie. “Karena apa yang dia pilih ini, mungkin saat dia menjadi pemain bisa ditularkan ke generasi penerus atau anak-anak muda di Tulungagung, khususnya di desa ini,” tambahnya.
Baca juga: Dulu Kapten Timnas, Kini Evan Dimas Jadi Pelatih SSB di Tulungagung
Lebih dari 20 anak kini rutin berlatih bersama Evan Dimas. Mereka belajar teknik dasar seperti passing dan dribbling, namun yang lebih penting lagi, mereka menyerap nilai-nilai yang mengantarkan Evan ke puncak kariernya: kerja keras, sportivitas, dan kerendahan hati.
“Tulungagung punya potensi besar,” ucap Sofie. “Lihat saja ada Arsyad Yusgiantoro, sebelumnya Yongki Ari Wibowo, lalu Coach Bima pelatih kiper Timnas U-16. Itu semua dari Tulungagung.”
Karena potensi itulah, ia berharap kehadiran Evan Dimas bukan sekadar persinggahan.
“Semoga tidak hanya sementara di sini. Suatu hari bisa sama-sama dengan Mas Evan Dimas memberikan sesuatu untuk sepak bola usia dini di Tulungagung,” harapnya.