JAKARTA, KOMPAS.com — Saat negara-negara berlomba memperkuat hubungan bilateral lewat kekuatan ekonomi, politik, dan militer, Taiwan menempuh jalur berbeda, yakni diplomasi lunak atau soft power diplomacy.
Di Indonesia, strategi tersebut hadir dalam bentuk promosi wisata ramah muslim, kerja sama pendidikan tinggi, serta pertukaran budaya yang makin intensif.
Untuk memahami lebih dalam bagaimana Taiwan mengoptimalkan soft power-nya, Kompas.com berkesempatan mewawancarai Deputy Representative Taipei Economic & Trade Office (TETO) di Indonesia Dr Trust H J Lin.
Menurut Trust, soft power bukan sekadar konsep diplomatik. Ia melihatnya sebagai upaya membangun kedekatan antarmanusia lewat pengalaman langsung dan keterbukaan budaya.
“Baik pariwisata maupun diplomasi, pada dasarnya memiliki tujuan yang sama, yakni menjalin persahabatan dengan sukacita dan hati yang tulus,” ujar Trust mengutip pernyataan Menteri Luar Negeri Taiwan Dr Lin Chia-Lung saat ditemui Kompas.com di Kantor TETO Indonesia, Jakarta, Kamis (5/6/2025).
Ia menegaskan, setiap individu berpotensi menjadi duta, dan setiap langkah seorang turis adalah bagian tak terpisahkan dari diplomasi. Berbekal pengalaman panjangnya di Kementerian Perekonomian dan Biro Pariwisata, Trust kini bertugas sebagai jembatan yang menyambungkan Taiwan dan Indonesia di berbagai sektor.
Pariwisata ramah muslim, dari Taipei hingga Alishan
Berbekal pengalaman panjang di Kementerian Perekonomian dan Biro Pariwisata sebelum masuk ke dunia diplomasi, Trust paham betul bagaimana sektor wisata bisa menjadi jembatan antarnegara.
Menurutnya, wisatawan Indonesia cenderung menyukai pengalaman wisata beragam, mulai dari alam, kuliner, belanja, hingga pasar malam yang khas di Asia Timur.
Taiwan merespons kebutuhan tersebut dengan menghadirkan wisata empat musim, mulai dari bunga sakura dan Festival Lampion di musim semi, festival kuliner es buah tropis di musim panas, bersepeda saat musim gugur, hingga relaksasi di pemandian air panas saat musim dingin.
Dengan beragam pilihan mulai dari santapan lezat yang diakui MICHELIN Guide hingga kuliner tradisional, dan pasar malam yang ramai hingga pusat modern fesyen, Taiwan tidak diragukan lagi menjadi surga kuliner dan belanja bagi semua orang.
Sejumlah destinasi favorit wisatawan Indonesia di antaranya adalah Taipei, Jiufen, Sun Moon Lake, dan kawasan Pegunungan Alishan.
Tak hanya itu, Taiwan juga memperkuat posisinya sebagai salah satu destinasi paling ramah bagi wisatawan muslim. Negara ini kini menempati peringkat ketiga dunia untuk kategori Muslim-friendly destination, naik signifikan dari posisi ke-10 beberapa tahun lalu.
“Kami menyediakan fasilitas shalat di bandara, stasiun, hingga tempat wisata. Bahkan, hampir 400 hotel dan restoran di Taiwan telah bersertifikasi halal,” jelas Trust.
Untuk memperkenalkan potensi wisata tersebut ke pasar Indonesia, TETO aktif melakukan kampanye publik. Salah satunya adalah dengan berpartisipasi dalam Car Free Day (CFD) di Jakarta pada April lalu dan mengundang influenser Andrew Kalaweit untuk mempromosikan aktivitas hiking dan bersepeda di Taiwan.
Acara Lari Amal lainnya “Taiwan Excellence Happy Run 2025” pada Juni juga digelar dengan tujuan untuk mempromosikan gaya hidup sehat dan meningkatkan persahabatan antara Taiwan dan Indonesia. Di acara ini pula, TETO menyuguhkan pertunjukan beberapa brand Taiwan yang telah memenangkan penghargaan dan produk-produk inovatif.
Taiwan juga akan berpartisipasi dalam International Islamic Expo yang digelar di Jakarta Convention Center (JCC) pada Jumat (11/7/2025) dan Minggu (13/7/2025), serta ASTINDO Travel Fair di PIK Avenue dari Kamis (28/8/2025) hingga Sabtu (30/8/2025) untuk memberikan informasi wisata terkini ke Indonesia.
Sementara itu, melalui iklan di transportasi umum dan mengundang para pemimpin opini utama untuk memperkenalkan Taiwan, Taiwan berharap dapat menarik lebih banyak orang Indonesia untuk mengunjungi pulau tersebut dan merasakan sendiri keajaibannya.
“Dengan berbagai kemudahan ini, kami ingin wisatawan Indonesia merasa aman dan nyaman saat menjelajahi Taiwan,” tambah Trust.
Pendidikan dan budaya sebagai jembatan
Diplomasi lunak Taiwan juga sangat bertumpu pada kerja sama pendidikan. Saat ini, Indonesia menjadi negara penyumbang pelajar asing terbesar kedua di Taiwan. Tercatat, lebih dari 400.000 mahasiswa dan pekerja migran asal Indonesia telah berkontribusi terhadap kehidupan sosial dan ekonomi di sana.
Trust menuturkan, pemerintah dan perusahaan Taiwan menyediakan beasiswa komprehensif, termasuk biaya hidup bulanan dan tiket pesawat. Selain itu, lulusan juga diberi kesempatan untuk bekerja di Taiwan setelah menyelesaikan pendidikan.
“Taiwan sangat terbuka terhadap anak muda Indonesia untuk belajar, menguasai bahasa Mandarin, atau memulai karier profesional,” ujarnya.
Sebagai bukti komitmen itu, Taiwan akan mengadakan Pameran Pendidikan Tinggi 2025 di Jakarta, Bandung, Makassar, Medan dan Surabaya, mulai dari Sabtu (9/8/2025) hingga Minggu (17/8/2025). Sekitar 70 universitas Taiwan dijadwalkan hadir untuk menjaring calon pelajar baru dari Tanah Air.
Selain memberi manfaat langsung dalam hal pendidikan dan ekonomi, pelajar dan pekerja migran Indonesia juga memperkuat pertukaran budaya. Trust menyebut mereka sebagai duta informal yang membawa kekayaan budaya Indonesia ke Taiwan, sekaligus memperkenalkan budaya lokal Taiwan kepada komunitas Indonesia.
Dari kisah Batu Maori hingga teknologi mangga
Sebagai diplomat dengan akar kuat di dunia pariwisata, Trust kerap menyaksikan bagaimana interaksi budaya mampu melampaui sekat diplomasi formal. Salah satu momen paling berkesan baginya adalah saat ia mengundang suku Maori dari Selandia Baru untuk berpartisipasi dalam festival budaya di Taiwan.
“Mereka memberikan saya sebuah batu yang telah didoakan, satu per satu, bersama oleh seluruh komunitasnya. Itu hadiah paling bermakna yang pernah saya terima,” kenangnya.
Di sisi lain, ia juga mengamati bagaimana pekerja migran asal Indonesia belajar keterampilan baru selama di Taiwan dan menerapkannya di kampung halaman.
Salah satunya adalah teknik penanaman pohon mangga agar buahnya lebih besar dan manis. Setelah dibagikan ke masyarakat desa, teknik ini berhasil meningkatkan produktivitas dan pendapatan petani setempat.
“Pertukaran seperti ini tidak hanya mengubah kehidupan individu, tapi juga masyarakat secara keseluruhan,” kata Trust.
Misi Teknis Taiwan telah hadir di Indonesia selama 49 tahun dan akan merayakan ulang tahun ke-50 pada 2026. Fokusnya adalah mendampingi petani lokal dalam mengadopsi teknologi pertanian yang lebih efisien.
Pop culture dan harapan untuk generasi muda
Selain bidang pendidikan dan teknologi, Trust juga melihat kekuatan budaya populer Taiwan sebagai sarana menjangkau generasi muda Indonesia.
Ia menyebut grup F4 dan serial Meteor Garden sebagai ikon budaya Taiwan yang masih relevan hingga kini.
“Kami sedang mempertimbangkan untuk menggelar reuni F4 tahun depan (2026) sebagai bagian dari promosi pariwisata yang menyentuh sisi emosional generasi muda,” tuturnya.
Tak hanya itu, Taiwan juga mendorong pengembangan musik pop, kartun, kuliner, dan desain kreatif sebagai wajah baru diplomasi budaya yang lebih dinamis dan inovatif.
Trust juga mengungkapkan kekagumannya terhadap masyarakat Indonesia yang ramah dan terbuka. Baginya, hal ini mudahkan lahirnya koneksi antarbudaya. Ia percaya, hubungan antara Taiwan dan Indonesia akan terus berkembang di berbagai bidang, terutama jika dibangun melalui interaksi sehari-hari atau program people-to-people exchange, bukan hanya kebijakan tingkat tinggi.
“Kami percaya, hubungan yang dibangun dari saling pengertian dan interaksi manusiawi akan jauh lebih kuat dibanding relasi yang semata-mata didasari kepentingan ekonomi,” ujarnya.
Ia pun berharap, generasi muda menjadi penggerak utama dalam memperkuat jalinan antarnegara ini. Taiwan, menurutnya, akan terus membuka pintu untuk kerja sama jangka panjang yang lebih inklusif dan berdaya guna.
“Taiwan dan Indonesia bukan sekadar tetangga regional. Tetapi kita adalah sahabat yang saling mendukung, dengan semangat gotong royong lintas budaya,” ucap Trust.