Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
M. Ikhsan Tualeka
Pegiat Perubahan Sosial

Direktur Indonesian Society Network (ISN), sebelumnya adalah Koordinator Moluccas Democratization Watch (MDW) yang didirikan tahun 2006, kemudian aktif di BPP HIPMI (2011-2014), Chairman Empower Youth Indonesia (sejak 2017), Direktur Maluku Crisis Center (sejak 2018), Founder IndoEast Network (2019), Anggota Dewan Pakar Gerakan Ekonomi Kreatif Nasional (sejak 2019) dan Executive Committee National Olympic Academy (NOA) of Indonesia (sejak 2023). Alumni FISIP Universitas Wijaya Kusuma Surabaya (2006), IVLP Amerika Serikat (2009) dan Political Communication Paramadina Graduate School (2016) berkat scholarship finalis ‘The Next Leaders’ di Metro TV (2009). Saat ini sedang menyelesaikan studi Kajian Ketahanan Nasional (Riset) Universitas Indonesia, juga aktif mengisi berbagai kegiatan seminar dan diskusi. Dapat dihubungi melalui email: ikhsan_tualeka@yahoo.com - Instagram: @ikhsan_tualeka

Indonesia Disanksi IOC: Saatnya Menata Ulang Rumah Olahraga Kita

Kompas.com - 26/10/2025, 06:45 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

KEPUTUSAN Komite Olimpiade Internasional (IOC) menjatuhkan sanksi kepada Indonesia pada 22 Oktober 2025, adalah pukulan telak bagi dunia olahraga nasional.

Sebagai konsekuensi dari sanksi tersebut, IOC meminta seluruh federasi olahraga internasional tidak menggelar ajang olahraga di Tanah Air, termasuk berbagai event intenasional di bawah IOC, setelah Jakarta menolak visa bagi atlet Israel yang hendak berlaga di Kejuaraan Dunia Senam Artistik 2025.

Alasan politik luar negeri Indonesia—yang tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Israel dan invasi negara itu terhadap rakyat Palestina—oleh IOC dinilai bertabrakan langsung dengan prinsip universalitas olahraga: bahwa olahraga tidak boleh dikaitkan dengan politik, ras, atau agama.

Alasan IOC itu sebenarnya terbantahkan dan menjadi standar ganda bila melihat bagaimana mereka memboikot atlet Rusia di berbagai event olahraga internasional karena adanya invasi besar-besaran militer Rusia terhadap Ukraina.

Sementara atlet Israel dibiarkan IOC bebas untuk bertanding atau mengikuti berbagai event, meskipun militer Israel jelas telah melakukan genosida di Gaza, Palestina.

Kendati demikian, sanksi IOC ini mengingatkan publik terutama di Tanah Air, pada sejarah lama yang berujung pada lahirnya GANEFO (Games of the New Emerging Forces). Satu antitesa multi event olahraga internasional yang diinisiasi oleh Presiden Soekarno tahun 1963.

Kala itu, Indonesia juga bersitegang dengan IOC setelah menolak keikutsertaan Israel dan Taiwan dalam Asian Games 1962 di Jakarta.

Baca juga: 4 Keputusan IOC Usai Indonesia Tolak Atlet Israel

GANEFO lahir sebagai bentuk perlawanan terhadap hegemoni olahraga Barat, menjadi semacam pesta olahraga alternatif bagi negara-negara berkembang.

Saat itu, menghadapi situasi —yang mungkin tak jauh berbeda dengan saat ini—Soekarno dengan lantang menegaskan pada dunia bahwa olahraga tidak boleh buta terhadap keadilan politik dunia—“sport yes, but not sport alone.”

Meski akhirnya Indonesia diboikot IOC dan GANEFO hanya bertahan satu kali penyelenggaraan, perhelatannya meninggalkan jejak penting, bahwa olahraga bisa menjadi alat diplomasi ideologis, menunjukkan identitas bangsa dan keberpihakan terhadap kemanusiaan

Kini, enam dekade kemudian, bayang-bayang GANEFO kembali muncul. Apakah Indonesia akan mengulang sejarah melawan sistem yang dianggap tidak adil itu dengan menggalang solidaritas dunia atau memilih berdialog dalam tatanan global yang memang berubah?

Apalagi bila ditilik lebih jauh, GANEFO pun tak serta merta digagas, tapi memang sejalan dengan semangat Konferensi Asia Afrika (KAA)—lahirnya solidaritas bangsa-bangsa non blok yang juga digagas Soekarno.

Itu artinya, jika dahulu Bandung 1955 menjadi simbol kemandirian politik, mungkinkah kini Indonesia, di bawah komando Presiden Prabowo, memelopori semacam “Bandung Spirit” di ranah olahraga internasional, sehingga lebih berdaulat dan beretika?

Waktu dan sejarah yang akan menjawab. Sesuatu yang pasti Indonesia telah menunjukan pada dunia konsistensi dan keberpihakannya pada kemanusiaan dan keadilan global.

Menata ulang rumah olahraga kita

Terlepas dari sanksi IOC, muncul pertanyaan yang lebih mendasar: apakah kita akan tunduk sepenuhnya pada tekanan global, atau justru menemukan momentum untuk mereformasi wajah olahraga Indonesia yang selama ini terbelah, tumpang tindih, dan kehilangan arah?

Menjawab pertanyaan ini, sorotan pertama wajar dialamatkan pada keberadaan Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI), lembaga tua yang sejak 1946 berdiri sebagai payung besar olahraga nasional, tetapi makin hari semakin kehilangan relevansinya.

KONI memang lahir dengan semangat baik: mengonsolidasikan organisasi olahraga di seluruh Indonesia, membina atlet di tingkat nasional, dan menyelenggarakan Pekan Olahraga Nasional (PON) sebagai ajang pemersatu bangsa. Itu konteks sejarahnya.

Namun, seiring perkembangan sistem olahraga dunia, apalagi sejak dibentuknya Komite Olimpiade Indonesia (KOI) atau National Olympic Committee (NOC) yang diakui IOC pada 1952, urusan internasional—termasuk Olimpiade, Asian Games, dan hubungan dengan federasi olahraga dunia—menjadi wewenang KOI.

Baca juga: Dasyatnya Kontestasi Kuasa di Balik Bola Bundar

Halaman Berikutnya
Halaman:


Terkini Lainnya
Janice Tjen Cetak Sejarah! Tembus 53 Dunia Usai Juara Chennai Open 2025
Janice Tjen Cetak Sejarah! Tembus 53 Dunia Usai Juara Chennai Open 2025
Sports
Semen Padang Vs Arema FC, Kans Dalberto Menjauh dari Dua Kompatriotnya di Top Skor
Semen Padang Vs Arema FC, Kans Dalberto Menjauh dari Dua Kompatriotnya di Top Skor
Liga Indonesia
Timnas U17 Indonesia Vs Zambia: Fokus Laga Pertama, Sisihkan Dulu Brasil!
Timnas U17 Indonesia Vs Zambia: Fokus Laga Pertama, Sisihkan Dulu Brasil!
Timnas Indonesia
Lamine Yamal Cetak Gol Lagi Buat Barcelona meski Belum 100 Persen Fit
Lamine Yamal Cetak Gol Lagi Buat Barcelona meski Belum 100 Persen Fit
Liga Spanyol
Jadwal Super League Pekan Ke-11: Persijap Vs Malut United, Semen Padang Vs Arema
Jadwal Super League Pekan Ke-11: Persijap Vs Malut United, Semen Padang Vs Arema
Liga Indonesia
Rahasia Kemenangan Jonatan Christie di Final Hylo Open 2025
Rahasia Kemenangan Jonatan Christie di Final Hylo Open 2025
Badminton
Janice Tjen Juara Chennai Open, Putus 23 Tahun Puasa Gelar Indonesia
Janice Tjen Juara Chennai Open, Putus 23 Tahun Puasa Gelar Indonesia
Sports
Juara Hylo Open 2025, Jonatan Christie Kaget Bisa Sapu 3 Gelar dalam Waktu Singkat
Juara Hylo Open 2025, Jonatan Christie Kaget Bisa Sapu 3 Gelar dalam Waktu Singkat
Badminton
Spartak Trnava Vs Trencin: Marselino Main Lagi, Kalah Telak dan Catat Kartu Kuning
Spartak Trnava Vs Trencin: Marselino Main Lagi, Kalah Telak dan Catat Kartu Kuning
Liga Lain
Hasil Austin FC Vs LAFC 1-4: Duet Maut Son Heung-min dan Bouanga
Hasil Austin FC Vs LAFC 1-4: Duet Maut Son Heung-min dan Bouanga
Liga Lain
Persebaya Menang Comeback atas Persis Solo, Pertunjukan Karakter Bajul Ijo
Persebaya Menang Comeback atas Persis Solo, Pertunjukan Karakter Bajul Ijo
Liga Indonesia
Timnas U17 Indonesia Ingin Berbicara Banyak di Piala Dunia U17 2025
Timnas U17 Indonesia Ingin Berbicara Banyak di Piala Dunia U17 2025
Timnas Indonesia
AC Milan Belum Boleh Impikan Scudetto
AC Milan Belum Boleh Impikan Scudetto
Liga Italia
Dybala Gagal Penalti, Rekor 4 Tahun Hancur di Laga AC Milan Vs AS Roma
Dybala Gagal Penalti, Rekor 4 Tahun Hancur di Laga AC Milan Vs AS Roma
Liga Italia
Nova Arianto Harap Tuah Qatar Berlanjut bagi Timnas U17 Indonesia
Nova Arianto Harap Tuah Qatar Berlanjut bagi Timnas U17 Indonesia
Timnas Indonesia
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau