Uraikan lika-liku Anda mengasuh anak jadi lebih simpel
Kenali soal gaya asuh lebih apik lewat konsultasi Kompas.com
JAKARTA, KOMPAS.com – Ketua Umum Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI) Nia Umar mengungkap, promosi produk pengganti ASI membuat angka menyusui di dunia turun, termasuk di Indonesia.
"Di dunia, yang masih promosinya itu justru yang menghasilkan uang, produk pengganti ASI. Kenyataannya, itu berimbas pada menurunnya angka menyusui di dunia," ucap dia dalam konferensi pers “Pekan Menyusui Dunia 2024” melalui Zoom, Rabu (31/7/2024).
Untuk diketahui, ASI sangatlah penting untuk tumbuh kembang anak, terutama sepanjang periode emas alias 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) Anak.
Baca juga: Konsultan Laktasi Sebut Dukungan untuk Ibu Menyusui di Pelosok Masih Kurang
Periode ini dimulai sejak nol hari alias dari masa konsepsi sampai anak berusia dua tahun. Bahkan, ASI wajib diberikan karena mengandung nutrisi yang dibutuhkan anak, khususnya yang berusia 0-6 bulan.
Nia melanjutkan, maraknya promosi produk pengganti ASI di Indonesia tidak berimbang dengan promosi praktik baik dalam Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA).
“Masih tidak bisa dipungkiri bahwa promosinya masih masif. Ini sangat mengganggu dan menurunkan kepercayaan diri pada ibu untuk bisa menyusui,” ujar dia,
Belum lagi, ketika ibu yang baru melahirkan menerima sampel produk pengganti ASI secara gratis atau kerap dihubungi penjualnya.
Tentunya, ini memberi tekanan pada ibu dan bisa berujung pada keengganan memberikan ASI eksklusif kepada anaknya.
Baca juga: Konsultan Laktasi Sebut Dukungan untuk Ibu Menyusui di Pelosok Masih Kurang
Nia mengajak seluruh masyarakat terlibat dalam mendukung kegiatan menyusui dan menyusu pada ibu dan anak di Indonesia.
Akan tetapi, ia juga mewanti-wanti agar masyarakat berhati-hati saat ingin melibatkan pihak lain dalam menggaungkan kampanye menyusui.
“Terkadang, ada pihak yang ingin dagangannya laku. Mereka mengikuti kampanye menyusui. Mereka selalu bilang, ‘menyusui itu baik. Tapi kalau ibu kesulitan menyusui, ada susu ini (produk pengganti ASI)’. Itu salah satu konflik kepentingan,” terang Nia.
Contoh lainnya adalah membuat aplikasi untuk para ibu. Memanfaatkan teknologi memang sangat membantu dalam menyebarluaskan informasi tentang gerakan menyusui.
Sayangnya, aplikasi tidak luput dari “penyusup”. Nia mengungkapkan, produsen produk pengganti ASI bisa saja menjadi sponsor aplikasi tersebut.
“Mereka bikin aplikasi, menyediakan layanan telekonseling buat para ibu meyusui. Ujung-ujungnya kalau kesulitan menyusui, biasanya yang ditawarkan adalah produk mereka,” ucapnya.
Baca juga: 3 Kesalahan Saat Menyusui dan Solusinya
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang