JAKARTA, KOMPAS.com - Alergi susu sapi bukan hanya mengganggu sistem pencernaan anak, melainkan juga bisa memicu ruam eksim, biduran, hingga gangguan pernapasan lainnya.
Namun, masih ada beberapa orang yang meyakini, jika terus mengonsumsi makanan pemicu alergi, bisa membuat tubuh menjadi kebal dan tidak lagi alergi.
Benarkah demikian?
Merespons pertanyaan tersebut, Dokter Spesialis Alergi dan Imunologi Anak Prof. Dr. Budi Setiabudiawan, dr.Sp.A(K), M.Kes menjelaskan, apabila anak memiliki alergi susu sapi, maka sangat wajib untuk menghindari pemicunya.
Baca juga: Waspadai, Munculnya Eksim Bisa Jadi Gejala Alergi Susu Sapi pada Anak
“Kalau sudah pasti alergi susu sapi, berarti anak harus menghindari makanan dan minuman yang mengandung susu sapi,” kata Budi dalam Media Briefing Kalbe Nutritionals Dukung Anak Alergi Susu Sapi Menjadi Generasi Anak Juara di Kuningan City Mall, Jakarta Selatan, Kamis (12/12/2024).
Ia mengimbau para orangtua, agar tidak memaksakan anak untuk mengonsumsi makanan pemicu alergi.
Sebab, tindakan tersebut tak serta merta membuat anak menjadi kebal terhadap susu sapi.
“Jangan sampai sudah tahu anaknya alergi, lalu terus diberikan. Hal ini tidak akan bikin anak jadi kebal atau sembuh dari alerginya,” jelas dia.
Membiarkan anak untuk minum susu sapi justru berpotensi memperparah kondisi alerginya.
Untuk itu, agar alergi anak bisa sembuh dan berkurang seiring bertambahnya usia, hindari pemicunya, serta cari alternatif lain yang bisa mencukupi kebutuhan gizinya.
“Khawatirnya justru akan semakin parah, karena alerginya terus kambuh, sebab tidak dihindari pemicunya,” tutur Budi.
Baca juga: Apakah Alergi Susu Sapi pada Anak Bisa Sembuh?
Ia menyarankan untuk memberikan ASI eksklusif, dengan catatan sang ibu harus pantang konsumsi makanan dan minuman dari olahan susu sapi.
Jika kondisi tidak memungkinkan memberikan ASI eksklusif, susu formula berbahan kedelai juga bisa jadi solusi alternatif bagi anak yang alergi susu sapi.
“Jangan khawatir, sekarang susu soya itu formulanya sudah dilengkapi kandungan DHA dan vitamin lainnya, tidak seperti zaman dulu yang susu soya hanya tepung kedelai saja,” tandas Budi.
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini