KOMPAS.com - Kesehatan mental seringkali menjadi aspek yang luput dari perhatian seorang ibu. Padahal, penting kesehatan mental ibu adalah sesuatu yang tidak bisa disepelekan.
Lalu, bagaimana cara mengenali tanda-tanda awal agar kita dapat segera melakukan langkah-langkah pencegahan dan penanganan, seperti melakukan skrining kesehatan mental?
Menurut pendiri Health Collaborative Center (HCC), Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi, MKK, FRSPH, terdapat dua jenis tanda awas yang perlu dipahami, yaitu tanda subyektif dan tanda obyektif.
"Dalam aspek kesehatan jiwa, itu kita mengenal ada dua tanda awas. Yang pertama adalah kita sebut sebagai tanda subjektif dan tanda objektif," ujarnya dalam podcast Kompas Lifestyle, Ruang Keluarga, yang bertajuk Banyak Ibu Rumah Tangga Alami Masalah Jiwa yang tayang Minggu (22/12/2024).
Baca juga:
Menurut Ray, tanda obyektif adalah tanda yang dapat dilihat dan diamati oleh orang lain. Gejala ini biasanya lebih mudah dikenali dan ditangani karena sifatnya yang terlihat jelas.
Contohnya, seseorang yang mulai mengurung diri, mengubah pola pergaulan, atau menunjukkan perilaku yang berbeda dari biasanya, seperti sering merasa kelelahan tanpa sebab yang jelas.
"Itu tanda obyektif, bisa langsung dilihat," pungkasnya.
Berbeda dengan tanda obyektif, tanda subyektif seringkali tersembunyi dan sulit dikenali. Inilah yang kerap menjadi pemicu awal gangguan kesehatan mental yang dikenal sebagai psikosomatis.
"Tanda subyektif ini, yang justru menjadi pemicu awal, dan berat banget, sayangnya tidak kelihatan. Itu yang kita kenal sebagai psikosomatis," jelas Ray.
Psikosomatis adalah gangguan fisik yang sebenarnya disebabkan oleh stres atau tekanan psikologis.
Misalnya, seorang ibu yang mengalami gangguan kesehatan jiwa, kadang-kadang memunculkan gangguan pada sistem pencernaan.
Baca juga:
Misalnya, sakit perut, perut kembung, asam lambung naik, dan gejala seperti GERD.
"'Kayaknya saya GERD. Padahal kayaknya enggak GERD deh', itu psikosomatis," pungkas Ray.
Tidak hanya sakit perut, stres juga bisa mengakibatkan sakit kepala, pandangaan buram, hingga naiknya tekanan darah.
Hal tersebut membuat tanda subjektif lebih sulit dikenali karena tidak dapat dilihat orang lain dan kerap disangka sebagai penyakit.
"Ini tidak mudah terlihat dan terselubung. Tapi penyebab stresnya itu, stres psikologis, stres emosionalnya itu tinggi banget. Nah, ini yang harus dibantu," tutut Ray.
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di siniArtikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya