KOMPAS.com - Gejala masalah kesehatan mental pada seorang ibu tidak hanya ditandakan dengan perubahan perilaku, tetapi juga dapat disertai gangguan fisik seperti gejala GERD, tekanan darah tinggi, dan sakit kepala.
Menurut Pendiri dan Ketua Health Collaborative Center (HHC), Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi, MKK, FRSPH, gangguan ini muncul sebagai akibat dari stres atau tekanan psikologis yang dialami seorang ibu, yang dikenal dengan istilah psikosomatis.
Gejala ini cenderung tidak terlihat oleh orang lain, sehingga hanya dapat dirasakan sendiri oleh penderitanya.
Baca juga:
Oleh karena itu, mencari pertolongan dari tenaga kesehatan profesional sangat penting untuk menangani kondisi ini.
“Kalau di puskesmas, dokter sudah diberi pembekalan dari Kementerian Kesehatan dan telah dibuat sistem yang mental health friendly,” ujarnya dalam Podcast Kompas Lifestyle yang bertajuk Banyak Ibu Rumah Tangga Alami Masalah Kesehatan Jiwa yang tayang Minggu (22/12/2024).
Dokter dapat membantu secara profesional dan keilmuan, sehingga ibu dapat dirujuk untuk konseling dengan psikolog.
Namun permasalahannya, banyak ibu enggan datang ke puskesmas karena merasakan gejala tersebut hanyalah nyeri biasa.
“Masalah terbesarnya adalah mereka (pasien) yang tidak datang ke puskesmas karena merasa itu hanya gejala GERD biasa, padahal karena stres,” lanjut Ray.
Berdasarkan data statistik di Indonesia, hanya 2,5 persen orang yang mengalami gangguan kesehatan mental mendapatkan pertolongan dari klinik.
Lalu, bagaimana dengan ibu yang tidak pergi ke fasilitas kesehatan untuk mendapatkan pertolongan?
“Pemerintah dan banyak organisasi profesi sudah menyiapkan screening dan ini penting sekali di indonesia,” ujarnya.
Baca juga:
Melalui screening kesehatan jiwa, yang dapat diakses dari sejumlah situs termasuk situs Kementerian Kesehatan dan HCC, seorang ibu dapat mengidentifikasi apabila dia memiliki risiko gangguan kesehatan mental, serta mengetahui tingkat risikonya.
Ketika sudah menunjukkan tanda-tanda risiko gangguan kesehatan mental ringan, ibu diimbau segera mencari pertolongan profesional untuk mendapatkan penanganan yang tepat.
“Kalau di kesehatan masyarakat, ini disebut sebagai fenomena half leg solution. (Ibaratnya) masalah adalah dua kaki, dan screening menyelesaikan satu kaki,” tutup Ray.
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di siniArtikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya