KOMPAS.com - Selama Ramadhan perubahan gaya hidup memengaruhi berbagai aspek kesehatan, salah satunya pada organ reproduksi.
Salah satu permasalahan yang sering dihadapi wanita terkait organ reproduksi adalah sindrome pramenstrual (PMS).
Hampir 48 persen wanita usia subur mengalami PMS, serta 20 persen dari mereka memiliki gejala yang cukup parah hingga memengaruhi rutinitas sehari-hari.
Baca juga: Cegah Nyeri Menstruasi dengan Asupan Magnesium dan Zat Besi
Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi dr. Gracia Merryane Rauw, Sp.OG membagikan cara mengatasi gejala PMS saat Ramadhan, yang disampaikan dalam Webinar Ramadan #SehatTanpaCobaan bersama Halodoc pada Kamis (14/3/2025).
Menurutnya, supaya gejala PMS tidak mengganggu ibadah puasa selama Ramadhan, maka penting untuk memastikan tubuh tetap terhidrasi dengan banyak minum air putih, mengonsumsi makanan bergizi, dan menghindari makanan asin serta manis yang berlebihan.
Selain itu yang tak kalah penting, melakukan olahraga ringan dan mengelola stres, agar tubu tetap bugar.
"Namun, jika keadaan tidak membaik atau gejala semakin parah, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter, agar mendapatkan penanganan yang tepat," ujarnya.
PMS (sindrom pramenstruasi) adalah nama untuk gejala yang dialami wanita pada minggu-minggu sebelum menstruasi mereka. Ini dapat memengaruhi siapa saja yang mengalami menstruasi.
Dikutip dari laman Healthline, rata-rata siklus menstruasi berlangsung sekitar 28 hari, jika kamu memiliki siklus dengan durasi rata-rata ovulasi akan terjadi sekitar hari ke-14 atau titik tengah siklus.
Gejala PMS dapat dimulai kapan saja setelah ovulasi, meskipun biasanya dimulai pada minggu sebelum menstruasi dan berlangsung hingga lima hari atau lebih setelah menstruasi dimulai. Menstruasi, atau pendarahan, akan dimulai pada hari ke-28 siklus.
Baca juga: 3 Rempah yang Berguna Meredakan Keluhan PMS
Banyak ahli percaya PMS terjadi sebagai respons terhadap perubahan kadar hormon estrogen dan progesteron.
Hormon-hormon ini secara alami berfluktuasi sepanjang siklus menstruasi. Selama fase luteal yang mengikuti ovulasi, hormon mencapai puncaknya dan kemudian menurun dengan cepat, dapat menyebabkan kecemasan, lekas marah, dan perubahan suasana hati lainnya.
Sedangkan selama puasa terdapat perubahan pola makan, asupan nutrisi, pola istirahat berubah yang dapat mempengaruhi hormon dan bisa menyebabkan haid tidak teratur.
Baca juga: Mengapa Payudara Nyeri Saat PMS?
Gejala setiap wanita berbeda dan dapat bervariasi dari bulan ke bulan, tetapi kebanyakan wanita memiliki sindrom pramenstruasi di beberapa titik.
Dikutip dari laman NHS, gejala paling umum dirasakan adalah perubahan suasana hati, mudah tersinggung, emosional, kelelahan, insomnia, kembung, kram, nyeri payudara, sakit kepala, rambut lepek, muncul jerawat dan perubahan napsu makan.
Baca juga: 4 Gejala PMS dan Penyebabnya yang Mungkin Dialami Wanita
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang