KOMPAS.com - Hubungan yang sehat tak selalu terlihat sempurna. Begitu pula hubungan yang toxic, seringkali tak disadari sejak awal.
Psikolog sekaligus pelatih hubungan, Aaron Steinberg mengungkapkan, hubungan yang toxic biasanya ditandai dengan ketidakmampuan pasangan untuk berkolaborasi sebagai satu tim.
“Dalam hubungan yang toksik, satu atau kedua pihak merasa menjadi korban terus-menerus. Konflik tidak diselesaikan, hanya dipendam atau berujung pada ledakan emosi,” ujar Steinberg seperti dikutip dari Newsweek, Jumat (1/8/2025).
Baca juga: 10 Green Flag Cowok yang Sering Tidak Disadari Perempuan
Untuk memahami dinamika ini, kenali tanda-tanda red flag dan green flag dalam sebuah hubungan berikut ini.
Red flag adalah tanda peringatan dini yang menunjukkan bahwa hubungan kamu mungkin berjalan ke arah yang tidak sehat. Simak tandanya berikut ini.
Setiap pasangan pasti pernah bertengkar, tapi red flag muncul saat konflik berubah jadi siklus menyalahkan, merendahkan, atau menghindari masalah.
Jika perilaku tersebut terus kamu alami secara berulang, maka waspadalah. Ini bisa menjadi red flag yang merusak hubungan.
“Pasangan yang saling menghindar saat ada masalah menunjukkan pola hubungan yang buruk,” kata Steinberg.
Jika hanya satu pihak yang terus berusaha, memberi dukungan, atau mengorbankan diri, hubungan jadi timpang.
Ketimpangan ini kerap membuat pasangan merasa kelelahan emosional, karena merasa berusaha sendirian.
Padahal, hubungan yang sehat seharusnya bisa mengimbangi dan saling berjuang agar tidak ada satu pihak yang merasa lebih berjuang.
Memberikan ruang pada pasangan adalah bentuk menghargai satu sama lain. Meskipun sudah menjalin hubungan, setiap individu dalam hubungan tersebut memiliki batasan yang harus dihargai.
Melansir dari Healthline, jika seseorang terus melanggar batasan pribadi, dari kebutuhan waktu sendiri hingga ruang emosional, ini adalah tanda red flag.
Pasangan toxic seringkali menunjukkan perilaku manipulatif, seperti love bombing di awal lalu berubah menjadi pengontrol.
Menurut Journal of Social and Personal Relationships (2022), disadur dari Forbes, pola ini dapat menciptakan ikatan traumatik akibat campuran kasih sayang dan penolakan yang berulang.