KOMPAS.com - Dalam hubungan, tak jarang kita justru lebih mudah kehilangan kendali emosi kepada pasangan dibandingkan kepada teman atau rekan kerja. Ketika ada masalah atau sesuatu yang tidak berkenan bisa memicu ledakan emosi.
Pertengkaran yang terus berulang ini bisa menggerogoti ikatan dengan pasangan, hingga akhirnya terucap perpisahan.
Menurut psikolog klinis Divani Aery Lovian M.Psi, marah merupakan emosi yang alamiah, namun jika seseorang lebih sering melampiaskan pada pasangan terdekatnya bukan berarti ada gangguan emosi.
“Belum tentu, dan tidak selalu juga,” kata Divani, psikolog yang berpraktik di NALA Mindspace, TigaGenerasi, dan Arsanara, Sabtu (9/8/2025).
Baca juga: Penyebab Lebih Sulit Mengontrol Emosi Marah kepada Pasangan
Divani menerangkan, emosi adalah respons normal manusia ketika dihadapkan pada sesuatu, misalnya ancaman terhadap keselamatannya. Emosi yang muncul dapat menentukan tindakan seperti apa yang bakal diambil oleh manusia.
Dalam sebuah hubungan amarah terhadap pasangan adalah hal yang wajar. Mungkin, pasangannya melakukan sesuatu yang membuat seseorang merasa frustrasi atau mengganggu batasannya.
“Tapi, yang perlu diwaspadai itu bukan kemunculan emosinya itu sendiri, karena semua emosi itu valid. Yang perlu diwaspadai adalah frekuensinya. Seberapa sering amarah itu muncul?” kata Divani.
Baca juga: Ketika Pasangan Selingkuh, Jangan Langsung Dengar Kata Orang, Kenapa?
Selanjutnya adalah intensitas amarah kepada pasangannya setinggi apa, seperti apa bentuk amarah yang muncul dan yang terpenting adalah cara mengekspresikan amarah tersebut.
Misalnya, ketika marah kepada pasangan, ada yang berbicara dengan nada tinggi sambil membentak-bentak dan menunjuk-nunjuk pasangan, atau bahkan melakukan kekerasan.
.Menurut Divani, ketika marah muncul hampir setiap hari, dan disertai dengan ledakan emosi yang berlebihan, ini yang perlu diwaspadai. Sebab, hal tersebut bisa merusak hubungan atau membahayakan diri sendiri atau pasangannya.
“Bisa jadi, itu adanya tanda masalah regulasi emosi, dan tentu perlu dievaluasi lebih lanjut supaya ketahuan kira-kira apa penyebabnya, dan apakah kira-kira sudah perlu penanganan tertentu,” jelas dia.
Meski luapan marah tak selalu berarti adanya gangguan emosi, namun menurut Divani apa pun yang muncul itu bisa jadi tanda seseorang butuh pengelolaan emosi yang tepat.
“Apa yang muncul di kita, mungkin emosi, pikiran, atau tingkah laku, itu adalah sinyal bahwa seseorang mungkin saja butuh strategi pengelolaan emosi yang lebih sehat, atau bahkan bantuan profesional lebih lanjut,” ucap Divani.
Baca juga: Cara Tahu Pasangan Benar-benar Sayang atau Cuma Formalitas
Divani mengungkapkan, seseorang bisa lebih marah kepada pasangan sampai tidak bisa mengontrol emosinya, karena perasaan aman dalam mengekspresikan berbagai jenis emosi, termasuk amarah.
“Bisa jadi karena ada asumsi bahwa hubungan tersebut cukup kuat untuk bertahan. Kalau misalnya dengan orang yang mungkin relasinya agak lebih jauh, ada yang kita pertaruhkan,” jelas dia.