Uraikan lika-liku Anda mengasuh anak jadi lebih simpel
Kenali soal gaya asuh lebih apik lewat konsultasi Kompas.com
KOMPAS.com – Kasus penyebaran video deepfake bermuatan tak senonoh di Semarang baru-baru ini menggemparkan publik.
Seorang alumni SMAN 11 Semarang, Chiko Radityatama Agung Putra diketahui menyebarkan video hasil rekayasa kecerdasan buatan (AI) yang menampilkan wajah guru dan teman-temannya diubah menjadi figur perempuan tanpa busana.
Video yang disebarkan melalui akun media sosial X (Twitter) itu dengan cepat viral dan menuai kemarahan warganet.
Baca juga: 4 Tips Terhindar dari Penipuan Saat Belanja Online, Awas Konten AI!
Sejumlah korban, termasuk guru perempuan dan sesama alumni, telah melaporkan kasus ini ke Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Jawa Tengah.
Kasus ini menjadi pengingat penting bagi orangtua untuk lebih waspada terhadap dampak negatif penggunaan teknologi AI di kalangan remaja.
Psikolog Meity Arianty menegaskan, pengawasan dan edukasi digital dari orangtua berperan besar dalam membentuk perilaku anak di dunia maya.
Menurut Meity, langkah pertama yang bisa dilakukan orangtua adalah membangun komunikasi terbuka dengan anak mengenai bahaya di dunia digital.
“Orangtua perlu membangun komunikasi terbuka dengan anak tentang bahaya dan risiko yang mungkin muncul di dunia digital, termasuk manipulasi gambar atau video menggunakan teknologi AI,” ujarnya saat diwawancarai Kompas.com, Jumat (17/10/2025).
Dengan komunikasi yang jujur dan terbuka, anak akan lebih mudah memahami bahwa teknologi seperti AI bukan hanya bermanfaat, tetapi juga bisa disalahgunakan untuk tujuan yang merugikan orang lain.
Meity menjelaskan, orangtua memiliki peran penting dalam menanamkan pemahaman tentang privasi sejak dini.
“Orangtua harus mengajarkan pentingnya privasi, serta cara melindungi data pribadi secara online,” katanya.
Baca juga: Anak Jadi Korban Pelecehan di Lingkungan Sekolah, Orangtua Harus Apa?
Orangtua dapat membantu anak memahami risiko membagikan foto pribadi, lokasi, atau data sensitif di internet.
Cara ini membuat anak belajar menjaga batas antara kehidupan pribadi dan ruang publik digital.
Selain edukasi, pengawasan teknis juga perlu diterapkan. Meity menyarankan orangtua memanfaatkan fitur kontrol pada perangkat atau aplikasi yang digunakan anak.
“Orangtua dapat menggunakan kontrol pada perangkat dan aplikasi untuk membatasi akses anak ke konten yang tidak pantas dan mengawasi aktivitas online mereka secara berkala,” imbaunya.